
Praktik Pemisahan dan Pemurnian
ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Corong kaca kecil
b. Corong kaca besar
c. Gelas kimia 100 m
d. Gelas kimia 250 ml
e. Tabung reaksi
f. Labu erlenmeyer 100 ml
g. Gelas arloji
h. Spatula
i. Termometer
j. Gelas ukur 50 ml
k. Gelas ukur 25 ml
l. Pipet tetes
m. Kertas saring
n. Rak tabung reaksi
o. Hot plate
p. Timbangan analitik
q. Stopwatch
r. Labu alas bundar 500 ml
s. Dongkrak
t. Heating mantle
u. Lap
v. Tissue
w. Kertas label
x. Kondensor Liebig
y. Selang air masuk
z. Selang air keluar
a1. Statif
b1. Set alat sentrifugasi
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Bubuk kapur (CaCO3)
c. Garam dapur kotor (NaCl(s))
d. Tembaga (II) sulfat (CuSO4(s))
e. Iodium (I2(s))
f. Kloroform (CHCl3(l))
g. Etanol (C2H5OH(l)) 96%
h. Padatan batu didih
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Filtrasi dan Sentrifugasi Larutan Kapur (CaCO3(s))
a. Dimasukkan 3 sendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan 25 ml aquades yang telah diukur dengan gelas ukur, larutan diaduk.
b. Diambil larutan tersebut sebanyak 5 mL dengan pipet tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, serta 5 ml untuk tabung reaksi lainnya sebagai penyeimbang saat di dalam alat sentrifugasi.
c. Dimasukkan ke dalam alat sentrifugasi kedua tabung tersebut.
d. Diberikan tissue sebagai alas pada kedua tabung agar tidak mengalami gesekan yang cukup besar dengan alat sentrifugasi.
e. Disentrifuge selama ± 3 menit, dan didiamkan sampai benar-benar berhenti berputar.
f. Dipisahkan endapan dan sentrat dengan cara dekantasi.
g. Difiltrasi 15 ml larutan yang tersisa, filtrat ditampung dalam tabung reaksi.
h. Dibandingkan filtrat dengan sentrat, dicatat hasil pengamatan.
2. Rekristalisasi Garam Dapur Kotor (NaCl(s))
a. Dimasukkan garam dapur kotor secukupnya ke dalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dengan aquades sedikit mungkin.
b. Difiltrasi larutan garam tersebut.
c. Dipanaskan filtrat sampai kering dan membentuk kristal garam lagi.
d. Dibandingkan garam sebelum dan sesudah direkristalisasi, dicatat hasil pengamatan.
3. Rekristalisasi Tembaga (II) Sulfat (CuSO4(s))
a. Ditimbang sebanyak 1 gram Tembaga (II) sulfat dengan timbangan analitik.
b. Dimasukkan ke dalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dengan aquades sedikit mungkin.
c. Ditambahkan batu didih 4 butir, kemudian diuapkan sampai terbentuk kristal lagi.
d. Dibandingkan (CuSO4(s)) sebelum dan sesudah direkristalisasi.
4. Ekstraksi Iodium (I2 (s))
a. Dimasukkan beberapa butir iodium ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 5 ml aquades. Dikocok dan diperhatikan warna larutannya.
b. Ditetesi larutan dengan beberapa tetes CHCl3.
c. Dikocok larutan dengan cara membentur-benturkan dasar tabung dengan telapak tangan, diperhatikan warna larutannya.
d. Dicatat hasil pengamatan.
5. Destilasi (C2H5OH(l)) Alkohol 96%
a. Dipasang set alat destilasi.
b. Diukur alkohol sebanyak 15 ml dengan gelas ukur dan dimasukkan ke labu alas bundar.
c. Diukur aquades 5 ml dengan gelas ukur, kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bundar yang telah diisi alkohol.
d. Dipanaskan dengan alat destilasi sederhana, diusahakan suhunya di bawah 90°C.
e. Diukur volume destilat yang didapatkan dengan gelas ukur.
HASIL PENGAMATAN
No. | PERLAKUAN | HASIL PENGAMATAN |
1. | Filtrasi dan Sentrifugasi Bubuk Kapur (CaCO3(s)) a. Dimasukkan 3 sendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan 25 ml aquades yang telah diukur dengan gelas ukur, larutan diaduk. b. Diambil larutan tersebut sebanyak 5 mL dengan pipet tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, serta 5 ml untuk tabung reaksi lainnya sebagai penyeimbang saat di dalam alat sentrifugasi. c. Dimasukkan ke dalam alat sentrifugasi kedua tabung tersebut. d. Diberikan tisue sebagai alas pada kedua tabung agar tidak mengalami gesekan yang cukup besar dengan alat sentrifugasi. e. Disentrifuge selama ± 3 menit, dan didiamkan sampai benar-benar berhenti berputar. f. Dipisahkan endapan dan sentrat dengan cara dekantasi. g. Difiltrasi 15 ml larutan yang tersisa, filtrat ditampung dalam tabung reaksi. h. Dibandingkan filtrat dengan sentrat, dicatat hasil pengamatan. | – Warna bubuk kapur setelah dilarutkan menjadi putih keruh. – Ketika disentrifuge warnanya bening,dan terdapat endapan didasar tabung reaksi. – Ketika endapan dipisahkan dari sentrat dengan cara dekantasi, sentrat terlihat sedikit keruh, karena partikel-partikel kecil dari kapur ikut tertuang ke dalam larutan. – Pada larutan 15 ml warnanya putih keruh. – Setelah larutan 15 ml di filtrasi, larutan tersebut menjadi bening kembali (dihasilkan filtrat) tanpa endapan. – Perbandingan antara sentrat dengan filtrat,filtrate lebih bening dibandingkan sentrat. |
2. | Rekristalisasi Garam Dapur Kotor (NaCl(s)) a. Dimasukkan garam dapur kotor secukupnya ke dalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dengan aquades sedikit mungkin. b. Difiltrasi larutan garam tersebut. c. Dipanaskan filtrat sampai kering dan membentuk kristal garam lagi. d. Dibandingkan garam sebelum dan sesudah direkristalisasi, dicatat hasil pengamatan. | – Garam dapur sebelum direkristalisasi berbentuk Kristal garam besar dan kotor. – Setelah difiltrasi dan diuapkan, didapatkan garam dapur yang lebih bersih dan halus. |
3. | Rekristalisasi Tembaga (II) sulfat (CuSO4(s)) a. Ditimbang sebanyak 1 gram Tembaga (II) sulfat dengan timbangan analitik. b. Dimasukkan ke dalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dengan aquades sedikit mungkin. c. Ditambahkan batu didih 4 butir, kemudian diuapkan sampai terbentuk Kristal lagi. d. Dibandingkan (CuSO4(s)) sebelum dan sesudah direkristalisasi. | – Warna padatan CuSO4 sebelum direkristalisasi adalah biru. – Setelah direkristalisasi, terbentuk Kristal CuSO4 kembali dengan warna biru yang lebih muda. |
4 | Ekstraksi Iodium (I2 (s)) a. Dimasukkan beberapa butir iodium ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 5 ml aquades. Dikocok dan diperhatikan warna larutannya. b. Ditetesi larutan dengan beberapa tetes CHCl3. c. Dikocok larutan dengan cara membentur-benturkan dasar tabung dengan telapak tangan, diperhatikan warna larutannya. d. Dicatat hasil pengamatan. | – Setelah ditambahkan beberapa butir iodium, warna larutan berubah menajdi orange kecokelatan. – Setelah ditetesi kloroform, terbentuk endapan berwarna ungu didasar tabung, dan larutan tetap berwarna orange kecokelatan. |
5 | Destilasi (C2H5OH(l)) Alkohol 96% a. Dipasang set alat destilasi. b. Diukur alkohol sebanyak 15 ml dengan gelas ukur dan dimasukkan ke labu alas bundar. c. Diukur aquades 5 ml dengan gelas ukur, kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bundar yang telah diisi alkohol. d. Dipanaskan dengan alat destilasi sederhana, diusahakan suhunya di bawah 90°C. e. Diukur volume destilat yang didapatkan dengan gelas ukur. | – Volume air = 5 ml. – Wolume awal alkohol = 15 ml. – Volume destilat = 9 ml. |
ANALISIS DATA
a. Gambar set alat destilasi sederhana

Keterangan gambar dan fungsi bagian alat destilasi:
1. Saklar: Sebagai pengalir listrik.
2. Dongkrak : Sebagai tempat untuk meletakkan dan meninggikan mantle.
3. Heating mantle : Sebagai alat pemanas.
4. C2H5OH(l) + H2O(l) : Campuran larutan yang akan didestilasi.
5. Labu alas bundar : Sebagai wadah larutan yang akan didestilasi.
6. Sumbat : Sebagai penahan termometer.
7. Termometer : Sebagai pengukur suhu larutan.
8. Selang air keluar : Untuk mengeluarkan air.
9. Kondensor Liebig : Untuk mendinginkan uap.
10. Tiang statif : Sebagai penyangga alat destilasi.
11. Selang air masuk : Untuk memasukkan air.
12. Destilat : Hasil dari destilasi alkohol dan aquades.
13. Labu erlenmeyer : Sebagai tempat untuk menampung destilat.
14. Kran : Sebagai sumber air atau untuk mengalirkan air.
b. Perhitungan
Diketahui :
Volume awal alkohol = 15 ml
Volume air = 5 ml
% alkohol = 96 %
1. Volume alkohol murni
V = Volume awal x % alkohol
= 15 x 96 %
= 14,4 ml
2. Volume campuran
V = Volume alkohol + Volume air
= 15 + 5
= 20 ml
3. Volume destilat = 9 ml
4. % alkohol dalam campuran
= 72 %
5. % alkohol setelah destilasi
= 62,5 %
Pembahasan Praktik Pemisahan dan Pemurnia
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium). Beberapa teknik pemisahan dan pemurnian suatu zat dari campurannya, yaitu destilasi, rekristalisasi, ekstraksi, sublimasi, kromatografi, sentrifugasi, dan dekantasi.
Pada percobaan kali ini, terdapat lima rangkaian percobaan proses pemisahan dan pemurnian, yaitu filtrasi dan sentrifugasi larutan kapur (CaCO3), rekristalisasi garam dapur kotor (NaCl(s)), rekristalisasi tembaga (II) sulfat (CuSO4(s)), ekstraksi iodium (I2(s)), dan destilasi larutan alkohol 96%.
Pada percobaan pertama, yaitu filtrasi dan sentrifugasi larutan kapur (CaCO3). Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Sedangkan sentrifugasi merupakan suatu metode yang digunakan dalam pencapian sedimentasi dimana partikel-partikel yang ada dalam suatu bahan dipisahkan dari campurannya. Prinsip yang digunakan dalam sentrifugasi yaitu objek yang diputar secara horizontal pada jarak radial dari titik yang dikenakan gaya sentrifugal. Gaya ini menyebabkan pencapaian atau sedimentasi dari partikel melewati lapisan dari liquid dan mengendap menjadi sebuah lapisan yang menempel di dinding atau dasar tabung. Sentrifugasi bergantung pada kekuatan sedimentasi atau pengendapan partikel dengan memanfaatkan massa, ukuran dan densitas partikel. Pada saat bubuk kapur (CaCO3) dicampurkan ke dalam aquades, dihasilkan larutan yang berwarna putih keruh. Hal ini disebabkan karena bubuk kapur (CaCO3) berdifusi (bergerak mengalir dan bercampur) ke semua molekul aquades. Kemudian campuran ini dipisahkan dengan dua cara yaitu filtrasi dan sentrifugasi. Saat disentrifugasi, akan terlihat jelas perbedaan antara larutan dan endapannya, karena gaya sentrifugal yang dihasilkan dapat memisahkan partikel yang paling besar ke bawah. Hal ini juga dipengaruhi oleh perbedaan berat jenis antara kapur dan air. Kapur yang memiliki berat jenis 2.83 gr/cm3 lebih besar dari berat jenis air yaitu 1 gr/cm3, sehingga kapur akan mengendap di bawah lapisan air. Dari hasil percobaan, kapur yang mengendap hanya sedikit dan cairan masih terlihat sedikit keruh, dikarenakan partikel kapur belum semuanya mengendap. Hal ini dikarenakan proses sentrifugasi hanya berlangsung selama tiga menit, semakin lama suatu campuran disentrifugasi, maka akan semakin cepat proses sedimentasi yang terjadi dan semakin banyak pula partikel padat yang mengendap. Kemudian hasil sentrifugasi ini didekantasi (dituangkan) sehingga diperoleh sentratnya. Sisa dari larutan sebelumnya difiltrasi untuk mengambil filtratnya. Berdasarkan hasil pengamatan, ketika hasil sentrat dan filtrat dibandingkan, di dapatkan bahwa hasil sentrat lebih keruh dibandingkan dengan hasil filtrat. Hal ini disebabkan karena proses dekantasi tidak dapat memisahkan cairan dan padatan secara sempurna sehingga terkadang padatan ikut masuk ke dalam wadah baru, sehingga terlihat ukuran padatan cukup kecil pada sentrat yang tidak mengendap di dasar cairan, tetapi tersebar pada cairan. Sedangkan pada proses filtrasi dengan menggunakan kertas saring, kertas saring akan menahan padatan (residu) yang lebih besar dari pada ukuran lubang saring, yang menyebabkan hasil filtrat jenih. Sehingga ketika dibandingkan, sentrat lebih keruh dari pada filtrat karena mungkin sebagian padatan pada proses dekantasi ikut tertuang ke dalam wadah yang baru.
Pada percobaan kedua, yaitu rekristalisasi garam dapur kotor (NaCl(s)). Rekristalisasi atau penguapan merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut berdasarkan titik didihnya. Titik didih setiap zat berbeda satu dengan yang lain. Adanya perbedaan titik didih tersebut dapat dimanfaatkan untuk memisahkan dua campuran zat yang berbeda titik didihnya dengan cara penguapan. NaCl memiliki titik didih (1465oC) yang jauh lebih tinggi daripada air (100oC) sehingga air akan lebih cepat membentuk fasa uap. Natrium klorida (NaCl) merupakan komponen utama penyusun garam dapur. Komponen lainnya merupakan pengotor biasanya berasal dari ion-ion Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42-, I– dan Br–. Pengotor-pengotor inilah yang menyebabkan garam berwarna kehitaman. Garam dapur (NaCl) yang kotor dilarutkan dengan air, sehingga NaCl akan terionisasi. Garam yang telah dilarutkan kemudian disaring menggunakan kertas saring sehingga filtrat turun dan zat pengotor akan tertahan diatas kertas saring. Filtrat berupa larutan garam dapur lalu dipanaskan hingga kandungan air dalam garam tersebut habis teruapkan. Sehingga diperoleh kembali garam murni yang berkualitas lebih baik berwarna putih dan bersih dibandingkan dengan garam sebelum difiltrasi dan direkristalisasi yang berwarna kehitaman dan kotor.
Pada percobaan ketiga, yaitu rekristalisasi tembaga (II) sulfat (CuSO4(s)). CuSO4 yang dilarutkan dengan aquades memiliki warna biru. Kemudian larutan tersebut dipanaskan yang sebelumnya telah ditambahkan batu didih, sebab apabila batu didih dimasukkan saat larutan sudah hampir mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan ledakan ataupun kebakaran. Setelah dipanaskan dan dibiarkan beberapa saat, diperoleh hasil bahwa padatan CuSO4 yang semula berwarna biru berubah menjadi kristal baru CuSO4, namun warnanya nampak lebih muda dari warna CuSO4 mula-mula. Hal ini disebabkan karena pada saat pemanasan CuSO4 menyerap aquades sehingga warna biru pada CuSO4 memudar akibat kandungan air yang bertambah. Syarat utama terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam kondisi lewat jenuh. Yang dimaksud dengan kondisi lewat jenuh adalah kondisi dimana pelarut (solven) mengandung zat terlarut (solute) melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan solute pada suhu tetap. Pada keadaan lewat jenuh, bila larutan tersebut didinginkan, maka molekul-molekul senyawa terlarut akan saling menempel, tumbuh menjadi kristal-kristal yang akan mengendap didasar wadah. Pada percobaan ditambahkannya batu didih, yang mana batu didih berfungsi untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk menghindari lewat titik didih. Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya ke permukaan larutan, hal inilah yang menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung kecil pada batu didih. Tanpa batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan menjadi superheated (super panas) pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan letupan/ledakan. Batu didih adalah benda yang kecil, bentuknya tidak rata, dan berpori, yang biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang akan dipanaskan. Biasanya, batu didih terbuat dari bahan silika, kalsium karbonat, porselen, maupun karbon. Batu didih sederhana bisa dibuat dari pecahan-pecahan kaca, keramik, maupun batu kapur, selama bahan-bahan itu tidak bisa larut dalam cairan yang dipanaskan.
Pada percobaan keempat, yaitu ekstraksi iodium (I2(s)). Ekstraksi merupakan metode pemisahan dan pemurnian yang berdasarkan pada perbedaan kelarutan komponen campuran pada pelarut tertentu dimana kedua pelarut tidak saling melarutkan. Pada percobaan ekstraksi ini digunakan iodium yang ditambahkan air dan kloroform sebagai pelarut. Pada pencampuran antara iodium dan air, menghasilkan perubahan warna menjadi kuning kecokelatan, dan pada saat ditambahkan kloroform, larutan tetap berwarna kuning kecokelatan, tetapi terdapat endapan berwarna ungu di dasar tabung yang berasal dari kloroform. Ketika air, iodium dan kloroform dicampurkan menghasilkan dua fasa atau lapisan, di mana lapisan bawah yang berwarna ungu merupakan lapisan iodium dalam kloroform, sedangkan lapisan atas yang berwarna kuning kecokelatan adalah iodium dalam air. Kloroform berada di lapisan bawah karena berat jenis kloroform (1,49 gr/cm3) lebih besar daripada berat jenis air (1,0 gr/cm3). Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa iodium lebih banyak terlarut dalam kloroform dibandingkan dalam air. Hal ini disebabkan oleh sifat kloroform yang hampir sama dengan sifat iodium daripada sifat air dengan iodium. Air bersifat polar sedangkan iodium dan kloroform bersifat nonpolar. karena itu iodium lebih cenderung terdistribusi dan terlarut ke dalam kloroform dibanding ke dalam air.
Pada percobaan kelima, yaitu destilasi alkohol 96 %. Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan destilasi adalah perbedaan titik didih. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu. Pada percobaan destilasi ini, ketika air dan alkohol dicampurkan, kedua larutan menyatu, hal ini disebabkan karena air dan alkohol memiliki wujud yang sama yaitu berupa cairan yang tidak berwarna (bening) dan memiliki sifat yang sama yaitu bersifat polar, sehingga saling melarutkan. Komponen alkohol dan air digunakan karena komponen tersebut mempunyai titik didih yang berbeda, dimana air mempunyai titik didih 100°C dan etanol 78°C. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa komponen yang akan menguap lebih dahulu adalah alkohol karena titik didihnya lebih rendah daripada air. Pada saat campuran dipanaskan, suhu campuran akan meningkat dan akan ditunjukkan oleh termometer. Pada teknik destilasi sederhana, larutan alkohol dan air dipanaskan sampai suhu ruangan pada labu destilasi kurang dari 90ºC. Hal ini karena, agar suhu yang diukur pada labu alas bundar benar-benar suhu alkohol sehingga dihasilkan alkohol murni pada gelas erlenmeyer. Namun sebaliknya jika suhu pada labu alas bundar lebih dari 90ºC, maka air yang terkandung dalam alkohol tersebut akan ikut menguap sehingga hasil destilasi tidak murni. Berdasarkan hasil pengamatan, ketika temperatur berada pada suhu sekitar 82°C, temperatur tersebut dijaga agar tetap berada pada titik didih antara titik didih alkohol dan di bawah titik didih air. Hal ini menunjukkan bahwa pada temperatur 82°C ini, tekanan uap alkohol sama dengan tekanan atmosfer, sehingga alkohol akan menguap sedangkan air akan tetap berada pada labu destilasi karena pada temperatur tersebut belum mencapai titik didih air. Akibatnya air akan tetap berada pada fasa cair dan tidak ikut menguap bersama alkohol. Hal ini karena tekanan uap air belum mencapai tekanan atmosfer. Uap alkohol akan bergerak ke atas dan melalui kondensor. Pada kondensor dialirkan air secara terus-menerus yang berfungsi sebagai pendingin, sehingga pada kondensor ini terjadi peristiwa kondensasi atau pengembunan dimana uap alkohol didinginkan sehingga mengembun dan menjadi cairan kembali. Alkohol cair kemudian akan mengalir dari kondensor melalui adaptor, lalu ditampung pada labu erlenmeyer, dan disebut destilat. Pada percobaan ini, destilat yang diperoleh adalah 9 ml dari volume alkohol awal dalam campuran 15 ml. Jadi, diperoleh efisiensi kadar alkohol sebanyak 62,5%. Artinya, dari 100% alkohol yang didestilasi, diperoleh 62,5% sebagai destilat. Keberhasilan suatu proses destilasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya yaitu penempatan posisi termometer pada alat destilasi. Penempatan posisi yang salah dapat menyebabkan uap cairan misalnya alkohol akan menempel pada termometer dan tidak melewati kondensor untuk melalui proses pengembunan, tetapi akan kembali pada labu destilasi yang berisi campuran cairan. Akibatnya, jumlah destilat yang diperoleh tidak maksimal. Selain itu, suhu pada termometer juga harus diperhatikan selama proses destilasi. Suhu termometer harus selalu dijaga agar tetap berada pada suhu titik didih cairan yang ingin dipisahkan yakni pada suhu titik didih yang lebih rendah daripada titik didih pelarut.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menghasilkan suatu larutan dari suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu filtrasi, sentrifugasi, dekantasi, rekristalisasi, ektraksi, dan destilasi. Filtrasi merupakan cara pemisahan dengan menggunakan kertas saring, sentrifugasi dengan cara pemutaran, dekantasi dengan cara menuangkan, rekristalisasi merupakan metode pemisahan zat padat yang terlarut berdasarkan titik didihnya, ekstraksi dilakukan berdasarkan perbedaan kelarutan komponen pada pelarut yang tidak saling melarutkan, dan destilasi yaitu metode pemisahan zat cair yang terkotori berdasarkan titik didih.
Demikian bahasan tentang 5 Metode Pemisahan dan Pemurnian Beserta Praktiknya. Semoga bermanfaat!
DAFTAR PUSTAKA
Bahti. 1998. Teknik Pemisahan Kimia Dan Fisika. Bandung: Universitas Padjajaran.
Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sahidin. 2008. Penuntun Praktikum Kimia OrganikI. Kendari: Unhalu.
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB.
Takeuchi, Yashito. 2006. Pengantar Kimia. Tokyo: Iwanami Shoten Publisher.