1. Tujuan Praktikum : a. Untuk mengenal berbagai reaksi kimia.
b. Untuk menentukan stoikiometri reaksi.
2. Waktu Praktikum : dd/mm/yy
3. Tempat Praktikum : Laboratorium
B. LANDASAN TEORI
Kimia adalah ilmu yang mempelajari setiap persoalan di alam dengan mencari dan menentukan fakta dan biasanya diperoleh melalui eksperimen. Oleh karena itu, ilmu kimia adalah ilmu yang berlandaskan eksperimen. Persamaan reaksi merupakan bahasa ilmu kimia, persamaan reaksi menjelaskan secara kualitatif peristiwa yang terjadi jika dua pereaksi atau lebih bergabung dan secara kuantitatif menyatakan jumlah zat yang bereaksi serta jumlah produk reaksi (Achmad, 2001: 1, 31).
Reaksi kimia adalah suatu proses di mana zat-zat baru, yaitu hasil reaksi, terbentuk dari beberapa zat aslinya, yang disebut pereaksi. Biasanya, suatu reaksi kimia disertai oleh kejadian-kejadian fisis, seperti perubahan warna, pembentukan endapan, atau timbulnya gas. Dengan mengetahui beberapa sifat jenis reaksi, kita dapat menerangkan reaksi-reaksi kimia lebih mudah. Satu skema klasifikasi yang menerangkan semua reaksi kimia menggunakan kriteria berikut (Petrucci, 1987: 62, 66):
1. Pembakaran, adalah suatu reaksi di mana suatu unsur atau senyawa bergabung dengan oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana, misalnya CO2, H2O, dan SO2.
2. Penggabungan (sintetis), adalah suatu reaksi di mana sebuah zat yang lebih kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa).
3. Penguraian, adalah suatu reaksi di mana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih sederhana.
4. Penggantian, adalah suatu reaksi di mana sebuah unsur memindahkan unsur lain dalam suatu senyawa.
Reaksi kimia menggabungkan unsur-unsur menjadi senyawa, penguraian senyawa menghasilkan unsur-unsurnya dan transformasi mengubah senyawa yang ada menjadi baru. Oleh karena atom tidak dapat dimusnahkan dalam reaksi kimia, maka jumlah atom (mol atom) dari setiap unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Kekekalan materi dalam perubahan kimia ini terlibat dari persamaan reaksi kimia yang seimbang untuk proses tersebut. Berdasarkan persetaraan reaksi, ada reaksi stoikiometri dan pereaksi pembatas (Purwoko, 2006: 71-72).
Bermacam perhitungan atau (perhitungan stoikiometri) dapat didasarkan atas persamaan reaksi. Persamaan reaksi adalah lambang-lambang dari suatu reaksi kimia. Jadi, lambang dan rumus merupakan pengganti dari nama-nama pereaksi dan hasil reaksi. Prinsip perhitungan stoikiometri adalah menggunakan faktor konfrensi yang berasal dari persamaan kimia. Massa molar, rapatan dan persen susunan juga sering digunakan. Banyak reaksi kimia berlangsung larutan. Suatu komponen yang menentukan keadaan larutan apakah sebagai padatan, cairan atau gas, disebut pelarut (savent) komponen-komponen (ain disebut zat pelarut atau solute) (Bresnick, 2002: 23-24).
Suatu reaksi tidak boleh melanggar hukum kekekalan massa, artinya jenis dan jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi harus sama. Sebagai contoh:
Hidrogen + Oksigen → Air
H2 + O2 → H2O
Jika diperhatikan, jenis atom sebelah kiri dan kanan tanda panah pada reaksi sama, yaitu H dan O, tetapi jumlah atom H sama sedangkan jumlah atom O tidak. Oleh karena itu, kita harus menambahkan bilangan bulat di depan masing-masing zat sedemikian rupa hingga jumlah atom-atom tersebut sama, yaitu (Syukri, 1999: 51-52):
2H2 + O2 → 2H2O
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Gelas kimia 100 ml
b. Gelas kimia 250 ml
c. Gelas ukur 50 ml
d. Rak tabung reaksi
e. Spatula
f. Pipet tetes
g. Tabung reaksi
h. Lap
i. Kertas label
j. Termometer
k. Tissue
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Larutan HCl 0,05 M (asam klorida)
b. Larutan CH3COOH 0,05 M (asam asetat)
c. Larutan NaOH 0,05 M (natrium hidroksida)
d. Indikator PP (fenolftalein)
e. Larutan K2CrO4 0,1 M ( kalium kromat)
f. Larutan HCl 1 M (asam klorida)
g. Larutan NaOH 1 M (natrium klorida)
h. Larutan K2Cr2O7 0,1 M (kalium dikromat)
i. Larutan AI2(SO4) 0,1 M (aluminium sulfat)
j. Larutan NH4OH 1 M (amonium hidroksida)
k. Larutan CuSO4 1 M (tembaga (II) sulfat)
l. Larutan NaOH 2 M (natrium hidroksida)
m. H2O(l) (aquades)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Reaksi Kimia
a. Ke dalam 2 tabung reaksi, dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan HCl 0,05 M dan CH3COOH 0,05 M. Masing-masing larutan ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator pp. Diamati warna larutan-larutan tersebut.
b. Ke dalam 2 tabung reaksi lain, dimasukkan larutan NaOH 0,05 M masing-masing 10 tetes. Pada keduanya ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator pp.
c. Kedua asam (tabung a) dicampurkan dengan basa (tabung b). Diamati perubahan yang terjadi.
d. Ke dalam 2 tabung reaksi, dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan kalium kromat, K2CrO40,1 M. Ke dalam tabung pertama ditambahkan larutan HCl 1 M, dikocok dan diamati. Ke dalam tabung lainnya ditambahkan larutan NaOH 1 M. Larutan disimpan dan dibandingkan dengan percobaan e.
e. Ke dalam 2 tabung reaksi dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan kalium dikromat, K2Cr2O7 0,1 M. Diperlakukan seperti percobaan d. Larutan d dan e dibandingkan.
f. Larutan Al2(SO4)3 0,1 M sebanyak 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 M. Diamati apa yang terjadi.
g. Larutan Al2(SO4)3 0,1 M sebanyak 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 5 tetes NH4OH 1 M. Ditambahkan lagi tetes demi tetes NH4OH 1 M dan diperhatikan apa yang terjadi. Dibandingkan dengan larutan pada percobaan f.
2. Variasi Kontinu
a. Stoikiometri Sistem CuSO4-NaOH
1. Digunakan larutan CuSO4 1 M dan larutan NaOH 2 M.
2. Dimasukkan 20 ml NaOH ke dalam gelas kimia dan dicatat suhunya.
3. Ditambahkan 5 ml larutan CuSO4 yang diketahui suhu awalnya, kemudian campuran larutan diaduk. Diukur temperatur campuran larutan.
4. Diulangi percobaan dengan menggunakan 10 ml NaOH dan 15 ml CuSO4, 5 ml NaOH dan 20 ml CuSO4 dan terakhir yaitu 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4.
b. Stoikiometri Asam-Basa
1. Kedalam 6 tabung reaksi dimasukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5, 6 ml larutan NaOH 1 M dan ke dalam 6 tabung reaksi lainnya dimasukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5, 6 ml larutan HCl 1 M.
2. Diukur suhu awal untuk masing-masing larutan dan diambil rata-ratanya.
3. Dicampurkan kedua larutan dengan pencampuran sebagai berikut:
0 ml NaOH + 6 ml HCl
1 ml NaOH + 5 ml HCl
2 ml NaOH + 4 ml HCl
3 ml NaOH + 3 ml HCl
4 ml NaOH + 2 ml HCl
5 ml NaOH + 1 ml HCl
6 ml NaOH + 0 ml HCl
4. Diukur suhu akhir setelah pencampuran.
E. HASIL PENGAMATAN
I. Reaksi Kimia
|
|||
No.
|
Prosedur Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1.
|
a. Ke dalam tabung reaksi, dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan HCl 0,05 M, kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator pp. Diamati warna larutan-larutan tersebut.
Ke dalam tabung reaksi lainnya, dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan CH3COOH 0,05 M, kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator pp. Diamati warna larutan-larutan tersebut.
|
– Warna awal larutan HCl yaitu bening, dan setelah ditambahkan 3 tetes larutan indikator PP, warna larutan tetap bening.
– Larutan CH3COOH yang semula berwarna bening, setelah di tambahkan 3 tetes larutan indikator PP tidak terjadi perubahan warna, yaitu tetap bening.
|
|
b. Ke dalam 2 tabung reaksi lain, dimasukkan larutan NaOH 0,05 M masing-masing 10 tetes. Pada keduanya ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator pp. Diamati perubahan yang terjadi.
|
Larutan NaOH yang semula berwarna bening berubah menjadi ungu setelah di tambahkan 3 tetes larutan indikator PP.
|
||
c. Kedua asam (tabung a) dicampurkan dengan basa (tabung b). Diamati perubahan yang terjadi.
|
– Larutan NaOH yang ditambahkan larutan indikator PP yang semula berwarna ungu, setelah dicampur dengan larutan HCl yang ditambahkan indikator PP yang semula berwarna bening, berubah menjadi bening kembali.
– Larutan NaOH yang semula berwarna ungu, setelah dicampur dengan larutan asam lemah (CH3COOH), ternyata warnanya berubah menjadi bening kembali.
|
||
d. Ke dalam 2 tabung reaksi, dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan kalium kromat, K2CrO4 0,1 M.
– Ke dalam tabung pertama ditambahkan larutan HCl 1 M, dikocok dan diamati.
– Ke dalam tabung lainnya ditambahkan larutan NaOH 1 M.
Kedua larutan disimpan dan dibandingkan dengan percobaan e.
|
– Awalnya K2CrO4 0,1 M berwarna kuning. Setelah ditambahkan dengan 3 tetes larutan HCl 1 M warnanya berubah menjadi warna orange pekat.
– Awalnya larutan K2CrO4 0,1 M berwarna kuning, setelah ditambahkan dengan 3 tetes larutan NaOH 1 M warnanya menjadi orange kekuning-kuningan.
|
||
e. Ke dalam 2 tabung reaksi dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan kalium dikromat, K2Cr2O7 0,1 M.
– Ke dalam tabung pertama ditambahkan larutan HCl 1 M, dikocok dan diamati.
– Ke dalam tabung lainnya ditambahkan larutan NaOH 1 M. Dikocok dan diamati.
Dibandingan larutan pada percobaan d dan e.
|
– Larutan K2Cr2O7 0,1 M yang semula berwarna kuning, setelah ditambahkan dengan larutan HCl 1 M warnanya menjadi orange.
– Larutan K2Cr2O7 0,1 M yang semula berwarna kuning, setelah ditambahkan dengan larutan NaOH 1 M, warnanya berubah menjadi kuning.
Perbandingan antara percobaan d dan e adalah:
– K2CrO4 0,1 M setelah di tetesi larutan HCl 1 M warnanya lebih pekat (orange pekat) dibandingkan dengan K2Cr2O7 0,1 M yang ditetesi dengan larutan HCl 1 M yang menghasilkan perubahan warna orange.
– K2CrO4 0,1 M setelah di tetesi larutan NaOH 1 M warnanya lebih pekat (orange kekuning-kuningan) dibandingkan dengan K2Cr2O7 0,1 M yang ditetesi dengan larutan NaOH 1 M warnanya menjadi kuning.
|
||
f. Larutan Al2(SO4)3 0,1 M sebanyak 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 M. Diamati apa yang terjadi.
|
Awalnya larutan Al2(SO4)3 0,1 M berwarna bening, setelah ditambahkan 3 tetes larutan NaOH 1 M yang semula berwarna bening, warnanya berubah menjadi putih keruh.
|
||
g. Larutan Al2(SO4)3 0,1 M sebanyak 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 5 tetes NH4OH 1 M. Ditambahkan lagi tetes demi tetes NH4OH 1 M dan diperhatikan apa yang terjadi.
Dibandingkan dengan larutan pada percobaan f.
|
Awalnya larutan Al2(SO4)3 0,1 M berwarna bening, setelah ditambahkan 3 tetes larutan NH4OH 1 M, menghasilkan perubahan warna putih lebih keruh.
Perbandingan percobaan f dan g yaitu warna larutan Al2(SO4)3 0,1 M yang ditetesi NH4OH 1 M menghasilkan warna lebih keruh (putih lebih keruh) dibandingkan dengan larutan Al2(SO4)3 0,1 M yang ditetesi NaOH 1 M.
|
||
II. Variasi Kontinu
|
|||
No.
|
Prosedur Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1.
|
Stoikiometri Sistem CuSO4-NaOH
a. Dimasukkan 20 ml NaOH ke dalam gelas kimia dan dicatat suhunya. Ditambahkan 5 ml larutan CuSO4 yang diketahui suhu awalnya. Campuran larutan diaduk. Diukur temperatur campuran larutan.
|
– Warna awal CuSO4 yaitu biru.
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna campuran larutan yaitu biru tua dan terdapat banyak endapan.
– Suhu awal CuSO4 yaitu 31°C.
– Suhu awal NaOH yaitu 31°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 31°C.
|
|
b. Dimasukkan 15 ml NaOH ke dalam gelas kimia dan dicatat suhunya. Ditambahkan 10 ml larutan CuSO4 yang diketahui suhu awalnya. Campuran larutan diaduk. Diukur temperatur campuran larutan.
|
– Warna awal CuSO4 yaitu biru.
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna campuran larutan yaitu biru kehitaman dan terdapat banyak endapan.
– Suhu awal CuSO4 yaitu 30,5°C.
– Suhu awal NaOH yaitu 31,5°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 32,25°C.
|
||
c. Dimasukkan 10 ml NaOH ke dalam gelas kimia dan dicatat suhunya. Ditambahkan 15 ml larutan CuSO4 yang diketahui suhu awalnya. Campuran larutan diaduk. Diukur temperatur campuran larutan.
|
– Warna awal CuSO4 yaitu biru.
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna campuran larutan yaitu biru kehijauan dan terdapat endapan.
– Suhu awal CuSO4 yaitu 31°C.
– Suhu awal NaOH yaitu 31,5°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 30°C.
|
||
d. Dimasukkan 5 ml NaOH ke dalam gelas kimia dan dicatat suhunya. Ditambahkan 20 ml larutan CuSO4 yang diketahui suhu awalnya. Campuran larutan diaduk. Diukur temperatur campuran larutan.
|
– Warna awal CuSO4 yaitu biru.
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna campuran larutan yaitu biru muda dan terdapat endapan.
– Suhu awal CuSO4 yaitu 31°C.
– Suhu awal NaOH yaitu 32°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 29,9°C.
|
||
2.
|
Stoikiometri Sistem Asam-basa
a. Dimasukkan 0 ml larutan NaOH 1 M ke dalam tabung reaksi dan dicatat suhunya. Ditambahkan 6 ml larutan HCl 1 M yang diketahui suhu awalnya. Diukur suhu campuran larutan.
|
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna awal HCl yaitu bening.
– Suhu awal HCl yaitu yaitu 31,1°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 31,1°C.
|
|
b. Dimasukkan 1 ml larutan NaOH 1 M ke dalam tabung reaksi dan dicatat suhunya. Ditambahkan 5 ml larutan HCl 1 M yang diketahui suhu awalnya. Diukur suhu campuran larutan.
|
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna awal HCl yaitu bening.
– Suhu awal NaOH yaitu 31,5°C.
– Suhu awal HCl yaitu yaitu 31°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 32,8°C.
|
||
c. Dimasukkan 2 ml larutan NaOH 1 M ke dalam tabung reaksi dan dicatat suhunya. Ditambahkan 4 ml larutan HCl 1 M yang diketahui suhu awalnya. Diukur suhu campuran larutan.
|
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna awal HCl yaitu bening.
– Suhu awal NaOH yaitu 31,9°C.
– Suhu awal HCl yaitu yaitu 31,1°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 34,1°C.
|
||
d. Dimasukkan 3 ml larutan NaOH 1 M ke dalam tabung reaksi dan dicatat suhunya. Ditambahkan 3 ml larutan HCl 1 M yang diketahui suhu awalnya. Diukur suhu campuran larutan.
|
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna awal HCl yaitu bening.
– Suhu awal NaOH yaitu 31,5°C.
– Suhu awal HCl yaitu yaitu 30,1°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 33,8°C.
|
||
e. Dimasukkan 4 ml larutan NaOH 1 M ke dalam tabung reaksi dan dicatat suhunya. Ditambahkan 2 ml larutan HCl 1 M yang diketahui suhu awalnya. Diukur suhu campuran larutan.
|
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna awal HCl yaitu bening.
– Suhu awal NaOH yaitu 31,25°C.
– Suhu awal HCl yaitu yaitu 30,4°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 33°C.
|
||
f. Dimasukkan 5 ml larutan NaOH 1 M ke dalam tabung reaksi dan dicatat suhunya. Ditambahkan 1 ml larutan HCl 1 M yang diketahui suhu awalnya. Diukur suhu campuran larutan.
|
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna awal HCl yaitu bening.
– Suhu awal NaOH yaitu 31,6°C.
– Suhu awal HCl yaitu yaitu 30,3°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 31,8°C.
|
||
g. Dimasukkan 6 ml larutan NaOH 1 M ke dalam tabung reaksi dan dicatat suhunya. Ditambahkan 0 ml larutan HCl 1 M yang diketahui suhu awalnya. Diukur suhu campuran larutan.
|
– Warna awal NaOH yaitu bening.
– Warna awal HCl yaitu bening.
– Suhu awal NaOH yaitu 31,7°C.
– Suhu campuran larutan yaitu 31,7°C.
|
||
F. ANALISIS DATA
1. Reaksi-reaksi Kimia
a. HCl(aq)+ NaOH (aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
b. CH3COOH(aq)+ NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
c. K2CrO4(aq)+ 2HCl(aq) → 2KCl(aq) + H2CrO4(aq)
d. K2CrO4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2CrO4(aq) + 2KOH(aq)
e. K2Cr2O7(aq)+ 2HCl(aq) → H2Cr2O7(aq) + 2KCl(aq)
f. K2Cr2O7(aq) + 2NaOH(aq) → Na2Cr2O7(aq) + 2KOH(aq)
g. Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq) → 2Al(OH)3(aq) + 3Na2SO4(s)
h. Al2(SO4)3(aq) + 6NH4OH(aq) → 2Al(OH)3(aq) + 3(NH4)2SO4(s)
2. Variasi Kontinu
a. Stoikiometri Sistem CuSO4-NaOH
ü Perhitungan mol larutan CuSO4 1 M
· Untuk 5 ml CuSO4 1 M
n1 = M . V1
= 1 . 5
= 5 mmol
· Untuk 10 ml CuSO4 1 M
n2 = M . V2
= 1 . 10
= 10 mmol
· Untuk 15 ml CuSO4 1 M
n3 = M . V3
= 1 . 15
= 15 mmol
· Untuk 20 ml CuSO4 1 M
n4 = M . V4
= 1 . 20
= 20 mmol
ü Perhitungan mol larutan NaOH 2 M
· Untuk 20 ml NaOH 2 M
n1 = M . V1
= 2 . 20
= 40 mmol
· Untuk 15 ml NaOH 2 M
n2 = M . V2
= 2 . 15
= 30 mmol
· Untuk 10 ml NaOH 2 M
n3 = M . V3
= 2 . 10
= 20 mmol
· Untuk 5 ml NaOH 2 M
n4 = M . V4
= 2 . 5
= 10 mmol
ü Mencari ΔT
ΔT = TA(suhu akhir)– TM(suhu mula-mula)
· ΔT1 = 310C – 310C
= 00C
· ΔT2 = 32,250C – 310C
= 1,250C
· ΔT1 = 300C – 31,250C
= -1,250C
· ΔT1 = 39,90C – 31,500C
= -1,60C
ü Tabel Stoikiometri Sistem CuSO4 – NaOH
VNaOH
Ml
|
V CuSO4
Ml
|
TNaOH
oC
|
TCuSO4
oC
|
TM
oC
|
TA
oC
|
DT
oC
|
mmol NaOH
|
mmol CuSO4
|
20
|
5
|
31
|
31
|
31
|
31
|
0
|
40
|
5
|
15
|
10
|
31,5
|
30,5
|
31
|
31
|
1,25
|
30
|
10
|
10
|
15
|
31,5
|
31
|
31,25
|
31,25
|
-1,25
|
20
|
15
|
5
|
20
|
32
|
31
|
31,50
|
31,50
|
-1,6
|
10
|
20
|
ü Grafik hubungan antara mmol CuSO4 dan NaOH dengan ΔT
· Reaksi antara CuSO4dan NaOH dapat ditulis:
CuSO4(aq) + 2NaOH(aq)→ Na2SO4(aq) + H2O(l)
· Perbandingan titik puncaknya = 10 : 30
= 1 : 3
b. Stoikiometri Asam-Basa
ü Perhitungan mol larutan HCl 1 M
· Untuk 6 ml larutan HCl 1 M
n1 = M .V1
= 1 . 6
= 6 mmol
· Untuk 5 ml larutan HCl 1 M
n2= M .V2
= 1 . 5
= 5 mmol
· Untuk 4 ml larutan HCl 1 M
n3= M .V3
= 1 . 4
= 4 mmol
· Untuk 3 ml larutan HCl 1 M
n4= M .V4
= 1 .3
= 3 mmol
· Untuk 2 ml larutan HCl 1 M
n5= M .V5
= 1 .2
= 2 mmol
· Untuk 1 ml larutan HCl 1 M
n6= M .V6
= 1 .1
= 1 mmol
· Untuk 0 ml larutan HCl 1 M
n7 = M .V7
= 1 .0
= 0 mmol
ü Perhitungan mol larutan NaOH 1 M
· Untuk 0 ml larutan NaOH 1 M
n1 = M .V1
= 1 . 0
= 0 mmol
· Untuk 1 ml larutan NaOH 1 M
n2= M .V2
= 1 . 1
= 1 mmol
· Untuk 2 ml larutan NaOH 1 M
n3= M .V3
= 1 . 2
= 2 mmol
· Untuk 3 mL larutan NaOH 1 M
n4= M .V4
= 1 .3
= 3 mmol
· Untuk 4 ml larutan NaOH 1 M
n5= M .V5
= 1 .4
= 4 mmol
· Untuk 5 ml larutan NaOH 1 M
n6= M .V6
= 1 .5
= 5 mmol
· Untuk 6 mL larutan NaOH 1 M
n7= M .V7
= 1 .6
= 6 mmol
ü Mencari ΔT
ΔT = TA(suhu akhir)– TM(suhu mula-mula)
· ΔT1 = 00C
· ΔT2 = 32,80C – 31,250C
= 1,550C
· ΔT3 = 34,10C – 31,50C
= 2,60C
· ΔT4 = 33,80C – 30,80C
= 30C
· ΔT5 = 330C – 30,8250C
= 2,1750C
· ΔT6 = 31,80C – 30,950C
= 0,850C
· ΔT7 = 00C
ü Tabel Perhitungan Stoikiometri Asam-Basa
VNaOH
ml
|
V HCl
Ml
|
TNaOH
oC
|
THCl
oC
|
TA
oC
|
TM
oC
|
DT
oC
|
mmol NaOH
|
mmol HCl
|
0
|
6
|
–
|
31,1
|
31,1
|
31,1
|
0
|
0
|
6
|
1
|
5
|
31,5
|
31
|
32,8
|
31,25
|
1,55
|
1
|
5
|
2
|
4
|
31,9
|
31.1
|
34,1
|
31,5
|
2,6
|
2
|
4
|
3
|
3
|
31,5
|
30,1
|
33,8
|
30,8
|
3
|
3
|
3
|
4
|
2
|
31,25
|
30,4
|
33
|
30,825
|
2,175
|
4
|
2
|
5
|
1
|
31,6
|
30,3
|
31,8
|
30,95
|
0,85
|
5
|
1
|
6
|
0
|
31,7
|
–
|
31,7
|
31,7
|
0
|
6
|
0
|
üGrafik Hubungan ΔT dengan jumlah mol
· Persamaan reaksi antara NaOH dan HCl dapat ditulis:
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq)+ H2O(l)
· Perbandingan titik puncak = 3 : 3
= 1 : 1
G. PEMBAHASAN
Persamaan reaksi digunakan untuk menggambarkan reaksi kimia. Persamaan reaksi terdiri dari rumus kimia atau rumus struktur dari reaktan sebelah kiri dan produk di sebelah kanan. Antara produk dan reaktan dipisahkan dengan tanda panah (→) yang menunjukkan arah dan tipe reaksi. Jika terdapat satu atau lebih zat berada pada sisi yang sama, maka zat-zat tersebut dipisahkan dengan tanda (+). Dalam reaksi, zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksi ditulis dalam bentuk rumus kimia dan biasanya disertakan pula wujud atau keadaan zat reaksi tersebut, yaitu (s) = solid (padat), (l) = liquid (cair), (aq) = aqueos (terlarut dalam air atau larutan), (g) = gas.
Pada percobaan ini, kita akan mengamati perubahan-perubahan kimia pada reaksi kimia. Perubahan kimia yang terjadi berupa sifat-sifat fisis pada reaksi kimia, seperti terbentuk endapan, terbentuk gas, perubahan warna dan perubahan suhu (eksoterm atau endoterm).
Pada percobaan pertama, yaitu reaksi-reaksi kimia, kita akan membuat persamaan reaksi-reaksi di antaranya reaksi asam basa. Pada percobaan tersebut terjadi perubahan warna yang menandakan terjadinya reaksi kimia antara larutan penetralan antara HCl dengan NaOH dan CH3COOH dengan NaOH yang menghasilkan garam dan air. Pada percobaan lainnya, larutan HCl dan CH3COOH ditetesi oleh indikator fenolftalein. Trayek pH dari indikator fenolftalein adalah 8,3 – 10 dan perubahan warnanya dari bening – merah muda. Hal ini berarti, indikator fenolftalein baru akan berwarna merah muda jika pH larutan sudah lebih besar dari 8,3. Berdasarkan hasil percobaan, larutan HCl dan CH3COOH yang ditetesi dengan indikator fenolftalein tidak mengalami perubahan warna, yaitu tetap bening seperti warna awal. Hal ini menunjukkan bahwa HCl dan CH3COOH bersifat asam, karena pH larutan HCl dan CH3COOH kurang dari 8,3. Sedangkan larutan NaOH ketika ditetesi dengan indikator fenolftalein, warnanya yang semula bening berubah warna menjadi ungu. Hal ini menunjukkan bahwa larutan NaOH bersifat basa, karena pH larutan NaOH lebih besar dari 8,3. Perubahan warna menandakan bahwa larutan-larutan di atas bereaksi secara kimia. Larutan indikator berfungsi sebagai pengubah warna dan untuk menentukan sifat asam atau basa.
Percobaan berikutnya, larutan HCl yang ditambahkan indikator fenolftalein dan larutan NaOH yang ditambahkan indikator fenoltalein dicampurkan, warna larutan campurannya berubah menjadi bening. Pada pencampuran HCl dan NaOH terjadi proses netralisasi, karena seperti yang kita ketahui, HCl adalah asam dan NaOH adalah basa. Jika asam bereaksi dengan basa, maka akan membentuk garam dan air. Reaksi pencampuran asam dengan basa adalah penggabungan ion H+ dari asam dengan basa yang membentuk elektrolit, sukar larut dalam air, maka garam itu akan membentuk endapan, tetapi pada pencampuran HCl dan NaOH tidak terbentuk endapan. Hal ini menunjukkan garam yang terbentuk dari pencampuran HCl dan NaOH larut dalam air. Pada pencampuran CH3COOH dengan NaOH terjadi juga perubahan warna menjadi bening. Pada proses pencampuran HCl dengan NaOH, terbentuk garam NaCH3COO dan air. Garam NaCH3COO larut dalam air, sehingga menyebabkan warna campuran bening. Garam ini bersifat basa, karena terbentuk dari larutan NaOH yang merupakan basa kuat dan CH3COOH yang merupakan asam lemah.
Pada percobaan berikutnya, yang menggunakan larutan K2CrO4 dan K2Cr2O7. Walaupun unsur-unsur penyusunnya sama, tetapi setelah mengalami pencampuran dengan asam dan basa, hasilnya berbeda. Pada larutan K2CrO4 yang dicampur dengan larutan HCl yang merupakan asam kuat, terjadi perubahan warna menjadi orange pekat dan apabila dibandingkan dengan larutan HCl yang dicampurkan dengan K2Cr2O7, menimbulkan perubahan warna larutan menjadi orange yang kurang pekat dari larutan K2CrO4 yang ditambahkan HCl. Begitu pula setelah ditetesi NaOH yang merupakan basa kuat. Hasil campuran antara K2CrO4dengan NaOH menghasilkan perubahan warna kuning yang lebih terang dibandingkan dengan hasil campuran larutan K2Cr2O7 dengan NaOH yang berwarna kuning. Pada pencampuran larutan-larutan tersebut tidak terbentuk endapan karena garam yang terbentuk berasal dari golongan alkali, sehingga mudah larut dalam air.
Pada percobaan selanjutnya, yang menggunakan larutan Al2(SO4)3yang dicampur dengan larutan NaOH dan larutan Al2(SO4)3yang dicampur dengan larutan NH4OH. Hasil reaksi dari pencampuran Al2(SO4)3dan NaOH terdapat perbedaan dengan hasil reaksi reaksi pada pencampuran Al2(SO4)3dan NH4OH, di mana warna larutan pada pencampuran Al2(SO4)3yang ditambahkan NH4OH lebih keruh dibandingkan larutan Al2(SO4)3yang ditambahkan NaOH. Hal ini disebabkan karena bereaksinya ion-ion yang membentuk senyawa yang sukar larut sehingga menimbulkan endapan. Ion-ion yang dapat membentuk senyawa sukar larut disebut dengan ion jenuh. Terbentuknya endapan yang menyebabkan warna kedua larutan ini keruh diakibatkan hidroksida (OH–) yang sukar larut dalam air. Pada reaksi antara Al2(SO4)3dan NH4OH, terbentuk garam N2SO4 yang bersifat asam.
Percobaan kedua yaitu mengenai variasi kontinu. Percobaan variasi kontinu terdiri atas dua percobaan yaitu variasi kontinu stoikiometri sistem CuSO4–NaOH dan stoikiometri asam-basa. Pada percobaan stoikiometri sistem CuSO4 – NaOH, dilakukan empat kali pencampuran antara larutan CuSO4 1 M dan larutan NaOH 2 M, dengan jumlah kuantitas pereaksinya diubah-ubah, tetapi jumlah kuantitas molar totalnya adalah sama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan stoikiometri reaksi. Dari hasil percobaan dan analisis data, larutan NaOH awalnya berwarna bening, sedangkan CuSO4 berwarna biru muda. Namun setelah dicampurkan 20 ml NaOH dan 5 ml CuSO4, larutan berubah warna menjadi biru tua dan terdapat banyak endapan. Pada pencampuran 15 ml CuSO4 dengan 10 ml NaOH, larutan berubah warna menjadi biru kehijaun dengan adanya endapan. Pada pencampuran 20 ml CuSO4 dan 5 ml NaOH menghasilkan warna biru muda dan terdapat endapan. Dan pada percobaan 10 ml CuSO4 dengan 15 ml NaOH menghasilkan warna biru kehitaman, dan terdapat banyak endapan. Endapan ini terbentuk melalui reaksi campuran CuSO4 dan NaOH, yaitu Cu(OH)2 memiliki hidroksida yang sukar larut dalam air. Sedangkan perbedaan warna endapan pada masing-masing campuran larutan disebabkan karena jumlah kuantitas pereaksinya diubah-ubah, di mana bila volume NaOH lebih besar dibandingkan volume CuSO4, akan dihasilkan warna larutan yang lebih tua dan endapan yang lebih banyak. Maka dapat disimpulkan NaOH lebih pekat dari CuSO4 karena molaritas dari NaOH lebih besar dibandingkan CuSO4 , yaitu 2:1. Setelah digambarkan pada grafik, ternyata titik puncaknya berada saat perbandingan mol antara CuSO4 dan NaOH sebesar 1:3. Hal ini tidak sesuai dengan perbandingan seharusnya, yaitu 1:2. Perbedaan ini disebabkan karena jumlah volume pada masing-masing larutan yang diubah-ubah dan molaritas larutan yang tidak sama, serta praktikan yang kurang teliti dalam pembacaan skala pada termometer.
Pada percobaan selanjutnya mengenai variasi kontinu stoikiometri asam-basa, dilakukan beberapa kali pencampuran antara HCl 1 M dengan NaOH 1 M, dengan kuantitas volume yang berbeda-beda, tetapi kuantitas molar totalnya sama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan stoikiometri reaksi. Setelah digambarkan pada grafik, titik puncaknya berada pada saat perbandingan mol 3:3 atau 1:1. Untuk bereaksi sempurna, ekivalen kedua larutan harus sama dan perbandingan 1:1 dari hasil percobaan telah memenuhi. Persamaan reaksinya:
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq)+ H2O(l)
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Reaksi kimia ditandai dengan adanya kejadian-kejadian fisis yaitu perubahan warna, terbentuknya endapan, perubahan wujud zat dan perubahan suhu.
2. Faktor yang mempengaruhi perbandingan koefisien reaksi kimia yang terjadi pada reaksi variasi kontinu adalah perubahan ∆T dan jumlah molar pereaksi.
3. Perbandingan reaksi antara HCl dan NaOH yang diperoleh adalah sebesar 1:1.
4. Stoikiometri reaksi dapat diketahui dengan mengetahui titik puncak dari reaksi (perbandingan mmol) pada zat yang direaksikan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. & Tupamahu.2001. Stoikiometri dan Energitika Kimia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Bresnick, Stephen. 2002. Institusi Kimia Umum. Jakarta: Hipokrates.
Petrucci, H. Ralph. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Purwoko, Agus Abhi. 2006. Kimia Dasar I. Mataram: Mataram University Press.
Syukri.1999.Kimia Dasar I. Bandung: ITB.
Tinggalkan komentar