Identifikasi Rhodamin B dalam Makanan

Mahsun saleh S.Si

0 Comment

Link

Zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Identifikasi Rhodamin B dalam Makanan

Penambahan pewarna pada makanan bertujuan untuk memperbaiki warna makanan yang berubah atau memucat selama proses pengolahan atau memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik.

Baca juga: Identifikasi Boraks dalam Makanan

Zat pewarna sintesis yang sering ditambahkan pada jajanan adalah  Rhodamin B  dan Methanyl Yellow, yaitu merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Kedua zat ini merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Keduanya bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kanker (Pertiwi, 2013).

Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil yang dilarang penggunaannya pada makanan dan dinyatakan sebagai bahan yang berbahaya menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang zat warna yang dinyatakan berbahaya dan dilarang di Indonesia (Depkes RI, 1992).

Struktur Rhodamin B

Rhodamin B dilarang digunakan dalam produk makanan karena penggunaan rhodamin B dalam waktu lama dan jumlah yang banyak pada manusia dapat menyebabkan gangguan fungsi hati atau kanker hati dengan cara menumpuk dilemak yang lama kelamaan jumlahnya terus bertambah didalam tubuh. Bila mengkonsumsi makanan berwarna yang mengandung rhodamin B, urine akan berwarna merah atau merah muda (Dianti, 2012).

Rhodamin B adalah pewarna terlarang yang sering ditemukan pada makanan, terutama makanan jajanan.  Rhodamin B, yaitu zat pewarna berupa serbuk kristal berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam larutan warna merah terang berfluoresan sebagai bahan pewarna tekstil atau pakaian.  Jenis jajanan yang banyak dijumpai dan dicampuri dengan Rhodamin B, antara lain bubur delima, cendol, kolang-kaling, cincau dan kue-kue lainnya. Setelah dicampuri bahan ini makanan tersebut menjadi berwarna merah muda terang (Paulina, 2011).

Bila mengonsumsi makanan yang mengandung Rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lama-kelamaan jumlahnya akan terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian. Zat ini tidak layak untuk dikonsumsi, jika sudah masuk dalam tubuh, maka akan mengendap pada jaringan hati dan lemak, tidak dapat dikeluarkan, dalam jangka waktu lama bisa bersifat karsinogenik. Oleh karena itu dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/MenKes/Per/IX/88, Rhodamin B merupakan salah satu bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pangan (Astuti, 2010).

Terasi merupakan bahan utama sambal atau penyedap makanan yang berwarna hitam atau kemerahan dan berbau khas. Produk Terasi banyak dicari oleh para ibu rumah tangga dan dikonsumsi dalam bentuk olahan sambal. Terasi banyak digunakan sebagai bumbu penyedap masakan yang mampu membangkitkan selera makan karena rasa dan aromanya yang khas.

Dalam pembuatan terasi, umumnya selalu menambahkan bahan pewarna baik pewarna alam maupun sintetik untuk memperoleh warna terasi yang cerah juga sebagai penambah daya pikat tanpa mengubah rasa terasi. Hasil penelitian Retno Juli Siswantari (2006) menunjukkan sebanyak 50 % terasi bermerek dan 50% terasi tidak bermerek yang beredar di Kabupaten Rembang mengandung Rodamin B. Hasil penelitian lain dilakukan oleh Reny Kurniati (2005) menunjukkan sebanyak 27 % terasi  yang beredar di Bandar Lampung mengandung Rodamin B (Ujiani, 2012).

Identifikasi Rhodamin B dalam Makanan

Berikut Proses identifikasi Rhodamin B dalam Makanan

Alat dan Bahan

Alat-alat:

  • Chamber
  • Pipa kapilerPipet tetes
  • Erlenmeyer 100 ml
  • Erlenmeyer 250 ml
  • Pensil
  • Gelas beaker 250 mL
  • Gelas ukur 10 ml
  • Gelas ukur 100 ml
  • Hot plate
  • Labu takar 100 ml
  • Mortal + penggerus
  • Neraca analitik
  • Pengaduk
  • Penggaris

Bahan-bahan Praktikum

  • Aquades
  • Asam asetat glacial encer
  • Ethanol 50%
  • Kertas kromatografi
  • NaCl
  • Rhodamin B (bubuk)

Sampel yang akan diuji yakni: pewarna tekstil (wantek), terasi yang berwarna merah.

Cara Identifikasi Rhodamin B

Hasil Pengujian

Pembuatan larutan Rhodamin B (sebagai standar)
NoPercobaanHasil pengamatan
11 gram Rhodamin B ditimbang dan dimasukkan dalam gelas beaker 250 mLRhodamin B yang ditimbang berbentuk bubuk halus (serbuk kristal) dengan warna merah keunguan pekat.
2Rhodamin B dilarutkan dengan penambahan sedikit aquades dan diencerkan dalam labu takar 100 mL.Bubuk Rhodamin B yang berwarna merah keunguan ini setelah ditambahkan dengan sedikit aquades (± 10mL), serbuk merah keunguan tersebut mulai larut membantuk larutan merah terang yang pekat. Larutan yang dibuat ini sebesar 1% (%w/V)
Persiapan sampel uji
NoPercobaanHasil pengamatan
1Sampel uji dimasukkan dalam gelas beaker 250 mL dan dilarutkan dalam aquades sampai seluruh zat warna larut dalam airSampel wantek berbentuk bubuk dengan warna merah tua. Sementara terasi berbentuk padatan dengan warna kecoklatan. Semua sampel dengan sangat mudah larut dalam air, dimana warna air berubah sesuai dengan warna bahan uji yang akan diuji seperti: Wantek          : berwarna merah agak  keunguan Terasi             : berwarna coklat
Pembuatan eluen
NoPercobaanHasil pengamatan
11 gram NaCl dilarutkan dalam etanol 50%. Dimasukkan chamber dan Dijenuhkan selama ± 30menitWarna larutan: bening Proses penjenuhan berlangsung selama 30 menit
Pengujian Rhodamin B dalam smpel uji
NoPercobaanHasil pengamatan
1Larutan Rhodamin B (standar) dan sampel uji ditotolkan pada kertas kromatografi kemudian dimasukkan dalam chamber yang berisi eluen. Kemudian dielusi sampai pelarut merambat sampai tanda batas–          Sampel terasi tidak mengalami pergerakan ke atas/tidak ada muncul spot. Sedangkan untuk standarnya, muncul spot pada jarak 8,4 cm dari titik awal. –          Pada Sampel wantex muncul spot pada jarak 8,8 cm dari titik awal. Sedangkan untuk standarnya, muncul spot pada jarak 8,5 cm dari titik awal.

Gambar hasil elusidasi dengan Kromatografi Kertas

F.     ANALISIS DATA

Hasil pengujian rhodamin B

NoSampelHasil uji
1Terasi
2Wantex+

Pembahasan Idetifikasi Rhodamin B

Pada percobaan pertama yaitu membuat larutan standar rhodamin B sebagai pembanding dengan sampel. Selanjutnya sampel terasi dan wantek masing-masing dilarutkan dengan asam asetat glasial encer dengan tujuan untuk mendestruksi senyawa-senyawa yang ada di dalam sampe dan menstabilkan rhodamin B agar tidak berubah dari bentuk terionisasi menjadi bentuk netral.

Selanjutnya dilakukan penyiapan eluen sebagai pelarut atau fase gerak. Digunakan NaCl yang dilarutkan dalam etanol. Eluent yang digunakan bersifat lebih polar dari fase diamnya agar sampel yang polar tidak terikat kuat pada fase diamnya.

Penggunaan eluent ini disesuaikan dengan sifar polar Rhodami B karena memiliki gugus karboksil dengan pasangan elektron bebas dan gugus amina pada struktur molekulnya. Gugus karboksil dan amina ini akan membentuk ikatan hidrogen intermolekular dengan pelarut polar sehingga mudah larut dalam pelarut polar seperti alkohol Oleh karena itu, digunakan campuran eluen polar agar dapat mengeluasi Rhodamin b dengan baik.

Setelah dibuat eluent, maka larutan eluent tersebut dijenuhkan terlebih dahulu. Tujuan penjenuhan adalah untuk memastikan partikel fasa gerak terdistribusi merata pada seluruh bagian chamber sehingga proses pergerakan spot di atas fasa diam oleh fasa gerak berlangsung optimal, dengan kata lain penjenuhan digunakan untuk mengotimalkan naiknya eluent.

Kertas yang sebagai fase gerak sekaligus sebagai media pendukung diberi batas atas dan bawah masing-masing 1 cm. Fungsinya sebagai penanda jarak tempuh eluent. Batas bawah kertas dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terendam oleh eluent. Setelah itu, dilakukan penotolan larutan baku dan sampel menggunakan pipa kapiler. Tujuannya yaitu supaya penotolan kecil karena dalam kromatografi kertas, penotolan yang baik diusahakan sekecil mungkin untuk menghindari pelebaran spot dan jika sampel yang digunakan terlalu banyak akan menurunkan resolusi. Pelebaran spot dapat mengganggu nilai Rf karena memungkinkan terjadinya himpitan puncak. Penotolan dilakukan pada garis bawah yang telah dibuat. 

Kemudian dibiarkan beberapa saat hingga mengering. Penotolan kertas juga tidak boleh terlalu berdekatan untuk menghindari bergabungnya spot masing-masing larutan dan tidak boleh terlalu pekat untuk menghindari adanya tailing saat spot naik bersama fasa gerak. Selanjutnya, kertas dimasukkan dengan hati-hati ke dalam chamber tertutup yang berisi fasa gerak dengan posisi fasa gerak berada di bawah garis. Kromatografi kertas ini menggunakan metode ascending (naik). Kemudian fase gerak dibairkan naik sampai hampir mendekati batas atas kertas. Fase gerak perlahan-lahan bergerak naik.

Meskipun melawan gravitasi, namun eluent bisa naik karena adanya afinitas. Dalam proses naiknya fase gerak, komponen-komponen yang berbeda dari campuran berjalan pada tingkat yang berbeda sesuai dengan kepolarannya. Setelah mencapai jarak tempuh, kertas diangkat dan dibiarkan kering diudara. Tujuannya untuk menguapkan sisa pelarut yang masih terdapat pada plat untuk menjamin penguapan telah sempurna dan agar spot jelas terlihat.

Dari hasil pengamatan terlihat sampel wantek terlihat adanya spot dengan jarak tempuh 8,8 cm, sedangkan pada sampel terasi tidak adanya spot yang terbentuk. Hal ini menunjukkan adanya rhodamin B pada sampel wantek atau pewarna tekstil, namun sangat sedikit karena kemunculan spot yang rendah, sedangkan pada terasi tidak terdapat rhodamin B karena tidak terbentuknya spot.

Hal ini mungkin dikrenakan sampel terlalu pekat sehingga mempengaruhi kemampuan pergerekan sampel oleh eluen. Karena sebenarnya kandungan rhodamin B pada wantek tinggi. Kemudian pada sampel terasi tidak terlihatnya noda atau perjalanan rhodamin B di sepanjang lintasan sehingga di dapat nilai Rf yaitu 0. Hal ini berarti terasi itu tidak menggunakan pewarna sintetik rhodamin B. Rf yang didapatkan pada standar untuk wantek sebesar 0.9444 dan Rf pada sampel wantek sebesar 0.9778. Sedangkan Rf pada standar untuk terasi sebesar 0.9333 dan Rf pada sampel terasi 0.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dan analisa data  yang dilakukan diperoleh hasil yang positif mengandung rhodamin B pada sampel wantek dengan nilai Rfsebesar 0.9778dan pada sampel terasi diperoleh hasil negatif mengandung rhodamin B yang ditandai dengan tidak munculnya spot, dengan Rf sebesar 0.

Daftar Pustaka

  • Astuti, Rahayu, dkk. 2010. Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B” pada Terasi berdasarkan Pengetahuan & Sikap Produsen Terasi di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Semarang: UMS.
  • Dianti, Ni Wayan, dkk. 2012. Analisis Keberadaan Rhodamin B pada Ikan Cakalang Fufu yang Beredar di Pasaran Kota Manado. Manado: UNSRAT.
  • Hamdani. 2013. Available online at http://catatankimia.com/catatan/rhodamin-b.html [Diakses tanggal 17-11-14].
  • O’Neil, Maryadele J. et al, 2006,  The Merck Index,  Merck Sharp & Dohme Corp., a subsidiary of Merck & Co., Inc.
  • Paulina, V. Y. Yamlean. 2011. Identifikasi dan Penetapan Kadar Rhodamin B pada Jajanan Kue Berwarna Merah Muda yang Beredar di Kota Manado. Manado: UNSRAT.
  • Pertiwi, Dian, dkk. 2013. Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetik Rhodamin B dan Methanyl Yellow pada Jajanan Anak di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar. Makassar: UNHAS.
  • Ujiani, Sri dan Pudji Rahayu. 2012. Analisis Risiko Rodamin B dalam Terasi terhadap Kesehatan Masyarakat. Lampung: Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang.

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar