Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6 (berat molekul = 176,13). Metode Penentuan Kadar Vitamin C
Vitamin C digunakan sebagai antioksidan untuk pembentukan kolagen, penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang dan gigi.
Baca juga: Identifikasi Pewarna Makanan
Vitamin C (asam askorbat) adalah vitamin yang larut dalam air yang dibutuhkan untuk kesehatan gusi dan membantu melindungi tubuh terhadap infeksi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kekurangan vitamin C menyebabkan penyakit yang disebut “penyakit kudis”. Meskipun buah jeruk merupakan sumber yang baik dari vitamin C, diyakini bahwa spesies yang berbeda memiliki berbagai tingkat vitamin C. Hasilnya jelas menunjukkan bahwa apel memiliki kandungan vitamin C terendah (11,44mg/100g), sedangkan jeruk memiliki kandungan tertinggi (54,56mg/100g), diikuti oleh anggur (49,28mg/100g), lemon (44,88mg/100g), jeruk bali (27,28mg/100g), tangerine (26,40mg/100g) dan jeruk nipis (19,36 mg/ 100g).
Berbagai jenis tumbuhan dapat mensintesis vitamin C (asam askorbat) dari prekursor karbohidrat termasuk glukosa dan galaktosa. Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber yang baik dari vitamin C. Namun, vitamin C dalam sayuran dihancurkan oleh proses memasak (R, 2013).
Asam askorbat terkandung dalam beberapa buah-buahan dan sayur-sayuran yaitu lemon, pisang, nangka, sawo, delima, wortel, buncis, kubis, kembang kol dan kentang. Kandungan asam askorbat dan jumlah kandungan fenolik dari jus buah segar dan sayuran ditentukan dengan metode volumetrik. Kandungan asam askorbat tinggi dalam lemon sedangkan rendah dalam buah pisang (Kumar, 2013).
Perbedaan kandungan vitamin C antar spesies tumbuhan akuatik dapat disebabkan oleh adanya faktor genetis. Biosintesis vitamin C diregulasi oleh adanya gen-gen penyandi enzim yang berperan didalamnya. Tumbuhan-tumbuhan ini mensintesis vitamin C dalam jumlah yang tidak banyak. Asumsinya adalah hanya sedikit karbohidrat yang mampu dimanfaatkan sebagai prekursor dalam sintesis vitamin C, selebihnya dimanfaatkan untuk metabolisme lainnya. Hal ini diduga terjadi pula pada beberapa spesies yang memiliki kandungan vitamin C rendah.
Tumbuhan-tumbuhan air tersebut mensintesis vitamin C dalam jumlah sedikit, tetapi sudah cukup dimanfaatkan untuk mempertahankan diri dari tekanan lingkungan (Kurniawan, 2010).
Penentuan Kadar Vitamin C
Kadar vitamin C dalam larutan dapat diukur menggunakan titrasi redoks iodimetri, dengan menggunakan larutan indikator kanji (starch) yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit larutan iodin (I2) yang diketahui molaritasnya sampai mencapai titik keseimbangan yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru pekat. Dengan diketahuinya molaritas dan volume larutan iodin yang ditambahkan selama titrasi pada larutan bervitamin C, maka kadar vitamin C dalam larutan dapat dicari nilainya (Pratama, 2011).
Tentang Titrasi Redoks
Titrasi redoks merupakan titrasi yang melibatkan oksidator dan reduktor. Jika suatu reagen berperan baik sebagai oksidator atau reduktor, maka reagen tersebut dikatakan mengalami autooksidasi.
Adapun titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan titrasi redoks yang menggunakan iodida sebagai pentiter disebut iodimetri. Pada titrasi iodimetri digunakan cara titrasi tidak langsung. Artinya oksidator ditambahkan dengan larutan berlebih berupa larutan kalium iodida dan iodium yang dilepaskan (setara dengan jumlah oksidator) dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 (Khopkar, 2007: 348). Wa
Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengosid (iodimetri), dan ion iodida digunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan larutan natrium tiosulfat. Iodometri adalah suatu proses analitis tak langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat (Underwood, 2002 : 294).
Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan KIO3 0,1 N dilakukan dengan dipipet 10 ml larutan KIO3 0,1 N, kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu, ditambahkan 5 ml larutan KI 10%, lalu ditambahkan 2 ml larutan H2SO4 dan dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai berwarna kuning muda. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% lalu dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru hilang.
Kemudian Penetapan kadar Vitamin C dalam larutan dengan larutan Iodium standar Dipipet 50 ml larutan sampel mangga, lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 6 ml larutan H2SO4 10%, ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% dan dititrasi dengan larutan I2 standar sampai berwarna biru (Karinda,2013).
Titrasi iod harus dilakukan dengan lambat agar I2 sempurna bereaksi dengan antalgin. Jika titrasi tepat maka I2 tidak tereduksi sempurna antalgin sehingga titik akhir lebih cepat tercapai dan hasilnya tidak akurat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator kanji atau amilum yang akan memberikan warna biru pada saat terjadinya titik akhir titrasinya (Sudjadi, 2007 : 154).
Mekanisme oksidasi spontan terjadi karena mono anion asam askorbat merupakan sasaran menyerangan oksidasi oleh molekul oksigen menghasilkan radikal anion askorbat dan H2O diikuti pembentukan dehidro-asam askorbat dan hidrogenperoksida. Dehidro-asam askorbat (asam L-dehidroaskorbat) merupakan bentuk oksidasi dari asam L-askorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C; namun asam L-dehidro-askorbat bersifat sangat labil dan dapat mengalami perubahan menjadi 2.3-L-diketogulonat (DKG). DKG yang terbentuk tidak mempunyai keaktifan vitamin C lagi sehingga jika DKG terbentuk akan mengurangi bahkan menghilangkan vitamin C yang ada dalam produk (Rahayu,2012).
Alat-Bahan Penentuan Kadar Vitamin C
Berikut Alat-bahan penentuan kadar vitamin C yang harus Anda siapkan:
Alat-alat
Alat pemeras jeruk
Aluminium foil
Buret 50 mL
Corong kaca 60 mm
Corong kaca 90 mm
Erlenmeyer 250 mL
Gelas kimia 100 mL
Gelas kimia 250 mL
Gelas ukur 10 mL
Kertas saring
Klem
Labu ukur 100 mL
Pipet gondok 10 mL
Pipet tetes
Pipet volume 2 mL
Pipet volume 5 mL
Pisau
Rubber bulb
Statif
Timbangan analitik
Bahan-bahan Praktikum
- Aquades (H2O)(l)
- Jeruk buah
- Jeruk nipis
- Larutan indikator amilum 2%
- Larutan asam sulfat (H2SO4) 1 N
- Larutan iodine (I2) 0,01 N
- Larutan kalium iodida (KI) 10%
- Larutan kalium triiodida (KIO3) 0,1 N
- Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
Metode Penentuan Kadar Vitamin C
- Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N
- Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Standar Na2S2O3 0,01 N
- Penetapan Kadar Vitamin C dalam Larutan dengan Larutan Iodium Standar
- Pembuatan Larutan Buah
- Titrasi Iodimetri Cara I
- Titrasi Iodimetri Cara II
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N
Masukkan 10 mL larutan KIO3 0,1 N ke dalam erlenmeyer
Larutan awal larutan KIO3 = bening
Berat erlenmeyer kosong = 106,04 gram
Massa erlenmeyer + larutan KIO3 = 116,29 gram
Massa larutan KIO3 = 116,29 gram -106,04 gram = 10,25 gram
Tambahkan 5 mL larutan KI 10% Warna awal larutan KI = bening
Warna campuran = bening
Tambahkan 10 tetes larutan H2SO4 1 N Warna awal larutan H2SO4 = bening
Warna campuran menjadi kuning kecoklatan dan terdapat endapan hitam pada dasar erlenmeyer
Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N Warna awal larutan Na2S2O3 = bening
Pada titik akhir titrasi larutan berwarna kuning muda
Tambahkan beberapa tetes larutan amilum 2% Warna awal larutan amilum = bening keruh
Warna campuran biru tua
Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N Pada titik akhir titrasi larutan berwarna bening
Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Standar Na2S2O3 0,1 N
10 mL larutan I2 dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N
Warna awal larutan I2 = kuning kecoklatan
Pada titik akhir titrasi larutan berwarna kuning muda
Tambahkan beberapa tetes larutan amilum 2% Warna campuran = ungu tua
Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N Pada titik akhir titrasi larutan berwarna bening
Penentuan Kadar Vitamin C dalam Larutan Iodium Standar
Pembuatan Larutan Buah
Jeruk buah dan jeruk nipis diperas dan ditempatkan pada wadah yang berbeda
10 mL air perasan jeruk buah dan jeruk nipis ditimbang
Warna air jeruk buah = orange
Warna air jeruk nipis = kuning kehijauan
Untuk jeruk buah
Massa erlenmeyer kosong = 84,07 gram
Massa erlenmeyer + air jeruk buah = 93,27 gram
Sehingga assa air jeruk = 93,27 gram – 84,07 gram = 9,2 gram
Untuk jeruk nipis
Massa erlenmeyer kosong = 90,34 gram
Massa erlenmeyer + air jeruk nipis = 99,05 gram
Massa air jeruk = 99,05 gram – 90,34 gram = 8,71 gram
Titrasi Iodimetri Cara I
10 mL air jeruk buah dan jeruk nipis diencerkan hingga 100 mL dengan aquades dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 6 mL larutan H2SO4 1 N
Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 2%
Dititrasi dengan larutan I2 standar
Warna awal aquades = bening
Dan arna air jeruk buah dan jeruk nipis setelah diencerkan menjadi lebih pudar dan keruh
Warna campuran baik pada jeruk buah dan jeruk nipis adalah kuning kecoklatan
Warna campuran baik pada jeruk buah dan jeruk nipis tidak mengalami perubahan
Pada titik akhir titrasi warna larutan baik pada jeruk buah dan jeruk nipis adalah biru tua
Titrasi Iodimetri Cara II
10 mL air jeruk buah dan jeruk nipis dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 6 mL larutan H2SO4 1 N
Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 2%
Dititrasi dengan larutan I2 standar
Warna awal air jeruk buah = orange
Warna awal air jeruk nipis = kuning kehijauan
Dan Warna campuran baik pada jeruk buah dan jeruk nipis adalah kuning kecoklatan
Warna campuran baik pada jeruk buah dan jeruk nipis tidak mengalami perubahan
Pada titik akhir titrasi larutan jeruk buah berwarna biru tua
Tabel Volume Titrasi
No Percobaan Volume
1 Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N Vtit1 = 10,5 mL
Vtit2 = 9,1 mL
Vtit-tot = Vtit1 + Vtit2
= 10,5 mL + 9,1 mL
= 19,6 mL
2 Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Standar Na2S2O3 0,01 N Vtit1 = 1 mL
Vtit2 = 1,8 mL
Vtit-tot = Vtit1+Vtit2
= 1 mL+ 1,8 mL
= 2,8 mL
3 Penentuan Kadar Vitamin C dalam Larutan Iodium Standar
Sampel jeruk buah
Sampel jeruk nipis
Vtit cara I = 0,6 mL
Vtit cara II = 16,4 mL
Dan
Vtit cara I = 1,1 mL
Vtit cara II = 8,6 mL
Perhitungan penentuan kadar vitamin C
Persamaan Reaksi
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N
Oksidator + KIO3(aq) I2(aq) + KI(aq)
IO3-(aq) + 5I- (aq) + 6H+(aq) 3I2(aq) + 3H2O(l)
I2(aq) + 2Na2S2O3(aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
I2(aq) + amilum(aq) I2-amilum(aq)
Titrasi kembali
I2-amilum(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + amilum(aq) + S4O6-(aq)
Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Na2S2O3
I2(aq) + Na2S2O3(aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
I2(aq) + amilum(aq) I2-amilum(aq)
Titrasi kembali
I2-amilum(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + amilum(aq) + S4O6-(aq)
Reaksi Vitamin C dengan Iodium
C6H8O6(aq) + I2(aq) C6H6O6(aq) + 2I-(aq) + 2H+(aq)
Perhitungan
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N
N KIO3 = × × valensi
= × × 1
= 4,7897 N
(N × V) Na2S2O3 = (N × V) KIO3
N Na2S2O3 =
=
= 2,4437 N
Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Na2S2O3
(N × V) I2 = (N × V) Na2S2O3
N I2 =
=
= 0,6842 N
Kadar Vitamin C dalam Jeruk Buah
Cara I
% b/b =
=
= 3,4917× 10-5
= 0,0034 %
Cara II
% b/b =
=
= 8,8193 × 10-3
= 0,88193%
Kadar Vitamin C dalam Jeruk Nipis
Cara I
% b/b =
=
= 6,0599× 10-5
= 0,0060599 %
Cara II
% b/b =
=
= 47,3789 × 10-4
= 0,473789 %
.
KESIMPULAN
Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks yaitu titrasi iodimetri dimana penetapannya berdasarkan jumlah I2 (iodium) yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida (I). Titrasi iodimetri yang dilakukan ada dua cara yaitu cara pertama dengan pengenceran terlebih dahulu dan cara 2 tanpa pengenceran terlebih dahulu. Pada cara 1 diperoleh kadar vitamin C untuk jeruk buah adalah 0,0034% dan untuk jeruk nipis 0,0060599 % sedangkan dengan cara 2 diperoleh kadar vitamin C untuk jeruk buah adalah 0,88193% dan untuk jeruk nipis 0,47389%. Perbedaan kadar vitamin C tersebut disebabkan karena pada cara 1 ditambahkan dengan aquades dimana vitamin C akan larut di dalam air, sehingga kadar vitamin C lebih sedikit dibandingkan dengan kadar vitamin C pad acara 2 tanpa penambahan aquades.
DAFTAR PUSTAKA
Karinda, Monalisa, dkk. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan Iodometri. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Khopkar, S. M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Kumar, G. Vasanth, dkk. 2013. Determination of Vitamin C in Some Fruits and Vegetables in Davanagere City, (Karanataka) – India. India : Yuvaraja’s College, University of Mysore.
Kurniawan, Madha, dkk. 2010. Kandungan Klorofil, Karotenoid, dan Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik. Semarang : Universitas Diponegoro.
Pratama, Anggi, dkk. 2011. Aplikasi LabView sebagai Pengukur Kadar Vitamin C dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri. Semarang : Universitas Diponegoro.
Rahayu, Enni Suwarsi dan Putik Pribadi. 2012 . Kadar Vitamin dan Mineral dalam Buah Segar dan Manisan Basah Karika Dieng (Carica pubescens Lenne & K. Koch). Semarang : Universitas Negeri Semarang.
R, Ezeigbo O, dkk. 2013. Determination of Relative Levels of Vitamin C in Different Citrus Fruits Cultivated in Nigeria. Nigeria : Abia State Polytechnic.
Sudjadi, 2007. Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Underwood, A.L, and Day R.A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Tinggalkan komentar