BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba tertentu agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sehingga berkembang dengan baik untuk jangka waktu yang lama. Laba diperoleh dari total pendapatan ditambah total biaya dalam suatu perioda yang sama. Laba dipengaruhi tiga faktor, yaitu harga jual produk, biaya dan volume penjualan. Harga jual mempengaruhi volume penjualan, penjualan berpengaruh pada volume produksi, volume produksi mempengaruhi biaya serta biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki. Maka dari itu, harga jual merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Namun, sebelum menentukan harga jual kita perlu menentukan harga pokok produk terlebih dahulu. Ada dua macam pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi, yaitu dengan menggunakan metoda Full Costing dan metoda Variable costing.
Full Costing merupakan metoda penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai harga pokok produksi baik biaya produksi yang berperilaku variabel maupun tetap. Sedangkan Variable costing merupakan metoda penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya produksi yang berperilaku variabel saja kepada produk. Untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar, biasanya produk pabrikasi biasanya terdiri atas bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Pelaporan semua biaya ini sebagai biaya produk yang disebut penentuan biaya pokok absorpsi dan diharuskan dalam prinsip akuntansi yang berlaku.
Meskipun demikian, format pelaporan keuangan dengan penentuan biaya pokok variabel dapat pula dipakai untuk pengambilan keputusan manajerial. Variabel lebih disukai oleh manajer untuk pengambilan keputusan internal dan harus digunakan apabila laporan laba rugi disusun dengan format kontribusi. Biasanya full costing dan variabel costing menghasilkan perhitungan laba bersih yang berbeda dan perbedaan tersebut dapat sangat besar. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas lebih mendalam tentang full costing dan variabel costing sebagai perbandingan dalam metode full costing.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perbandingan metode Full Costing dengan metode Variabel Costing ?
2. Bagaimana metode Penentuan Biaya Produksi itu ?
3. Apa saja penjelasan atau definisi dari Full Costing ?
4. Apa saja karekteristik Full Costing ?
5. Bagaimana perhitungan biaya per unit ?
6. Bagaimana penyajian laporan Rugi Laba ?
7. Bagaimana perbandingan laporan Rugi Laba Full Costing & Variabel Costing ?
8. Bagaimana perbandingan Laporan Rugi laba perusahaan Manufaktur dengan laporan Rugi Laba perusahaan dagang ?
9. Apa saja metode pengumpulan Harga Pokok Produksi ?
10. Bagaimanakah pembuatan keputusan itu?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbandingan Metode Full Costing Dengan Metode Variabel Costing
Metode full costing maupun variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada di antara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berprilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada: (1) perhitungan harga pokok produksi dan (2) penyajian laporan laba rugi.
2.2 Metode Penentuan Biaya Produksi
Metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
2.3 Full Costing
Full costing atau sering pula disebut absorption atau conventional costing merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari:
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Harga pokok produk xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Harga pokok produk xx
Kos produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur kos produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik baik yang berprilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.
Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebananoverhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan rugi-laba sebelum produknya terjual.
Sedangkan variabel costing adalah penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variabel costing terdiri dari:
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produk xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produk xx
Metode variabel costing ini dikenal dengan nama direct costing. Istilah direct costing sebenarnya sama sekali tidak berhubung dengan dengan direct cost (biaya langsung). Pengertian langsung dan tidak langsung suatu biaya tergantung erat tidaknya hubungan biaya dengan obyek penentuan biaya, misalnya: produk, proses, departemen, dan pusat biaya yang lain. Dalam hubungannya dengan produk, biaya langsung adalah biaya yang mudah didentifikasikan (atau diperhitungkan) secara langsung kepada produk. Apabila pabrik hanya memproduksi satu jenis produk, maka semua biaya produksi adalah merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Oleh karena itu tidak selalu biaya langsung dalam hubungannya dengan produk merupakan biaya variabel.
Dalam metode variabel costing, biaya overhead pabrik tetap diperlukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap di dalam metode variabel costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya sampe saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi, baik yang berprilaku tetap maupun yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut terjual. Sebaliknya metode variabel costing tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut (atau dengan kata lain tidak menyetujui pembebanan biaya overhead tetap kepada produk).
Menurut metode variabel costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang.
2.4 Karakteristik Full Costing :
a) Perhitungan biaya produksi dengan memasukkan biaya tetap dan biaya variabel.
b) Menganut konsep biaya produk untuk perhitungan biaya produksi variabel, dan menganut konsep biaya periodik untuk perhitungan biaya produksi non variabel.
c) Laporan biaya untuk memenuhi pihak Eksternal.
d) Laporan Rugi Laba disajikan dengan format tradisional.
e) Analisa biaya dilakukan oleh pihak Internal untuk perhitungan biaya persediaan, penentuan laba dan pelaporan keuangan untuk pihak Eksternal.
2.5 Perhitungan biaya per unit
Keterangan
|
Absorption Costing (full costing)
|
Variable Costing
|
Biaya Produksi
|
Bahan Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Overhead pabrik variabel
Overhead pabrik tetap
|
Bahan langsung
Tenaga kerja langsung
Overhead pabrik vaiabel
–
|
Biaya Periodik
|
Beban penjualan dan administrasi
–
|
Overhead pabrik tetap
Beban penjualan dan administrasi
|
2.6 Penyajian Laporan Rugi Laba
Ditinjau dari penyajian laporan rugi-laba, perbedaan pokok antara metode variabel costing dengan full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan rugi-laba tersebut. Laporan rugi laba yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Dengan demikian laporan rugi-laba metode full costing yakni sebagai berikut:
Laporan Rugi Laba Full Costing
Hasil penjualan xx
Harga pokok penjualan
(termasuk biaya overhead pabrik tetap) xx
Laba bruto xx
Biaya Administrasi dan umum xx
Biaya pemasaran xx
xx
Laba bersih xx
Harga pokok penjualan
(termasuk biaya overhead pabrik tetap) xx
Laba bruto xx
Biaya Administrasi dan umum xx
Biaya pemasaran xx
xx
Laba bersih xx
Laporan rugi-laba tersebut di atas menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum.
Di lain pihak laporan rugi-laba metode variabel costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Sehingga laporan rugi-laba metode variabel costing sebagai berikut:
Laporan Rugi Laba Variabel Costing
Hasil penjualan xx
Dikurang biaya-biaya variabel:
B. Produksi variabel xx
B. Pemasaran variabel xx
B. Administrasi & umum variabel xx
xx
laba kontribusi xx
Dikurang biaya-biaya variabel:
B. Produksi variabel xx
B. Pemasaran variabel xx
B. Administrasi & umum variabel xx
xx
laba kontribusi xx
Dikurangi biaya-biaya tetap:
B. Produksi tetap xx
B. Pemasaran tetap xx
B. Administrasi & umum tetap xx
xx
Laba bersih usaha xx
B. Produksi tetap xx
B. Pemasaran tetap xx
B. Administrasi & umum tetap xx
xx
Laba bersih usaha xx
2.7 Perbandingan Laporan Rugi Laba Full Costing & Variabel Costing
- Dengan menggunakan full costing, jika ada peningkatan persediaan maka beberapa biaya produksi tetap dalam periode berjalan tidak akan tampak dalam laporan keuangan sebagai bagian dalam HPP.
- Dengan menggunakan variable costing, seluruh biaya tetap dalam biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan.
- Persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibandingkan dengan metode full costing. Alasannya adalah bahwa dengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi variabel yang dibebankan ke unit yang diproduksi dan oleh karenanya dimasukkan dalam persediaan.
- Metode full costing tidak membuat pembedaan antara biaya variabel dan biaya tetap. Oleh arenanya metode ini tidak cocok untuk perhitungan biaya-volume-laba yang sangat penting untk perencanaan dan pengendalian.
- Pendekatan variable costing untuk menentukan biaya per unit prduksi selaras dengan pendekatan kontribusi karena kedua konsep tersebut didasarkan pada klasifikasi biaya berdasarkan perilakunya.
Pada dasarnya perbedaan antara kedua metode ini terletak pdaa waktu (timing). Variable costing menentukan bahwa biaya overhead tetap harus dibebankan segera sedangkan full costing menyatakan bahwa biaya overhead pabrik tetap harus dibebankan dan dikurangan dari pendapatan untuk setiap unit yang terjual.
2.8 Perbandingan Laporan Rugi laba perusahaan Manufaktur Dengan Laporan Rugi Laba Perusahaan Dagang
Perusahaan Dagang:
· Kegiatannya berupa pembelian barang dagangan dari perusahaan lain dan penjualan barang dagangan tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur.
· Perusahaan dagang tidak melakukan pemrosesan terhadap barang dagangan yang dibeli .
· Untuk menjalankan usaha dagangnya, perusahaan dagang mengeluarkan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dagangannya, mengeluarkan biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.
Pegorbanan sumber ekonomi yang disajikan dalam laporan rugi laba dikelompokkan ke dalam 3 golongan :
- Pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dagangan dari perusahaan lain. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Harga Pokok Penjualan”
- Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran barang dagangan . Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya Pemasaran”.
- Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain perolehan barang dagangan dan pemasaran barang dagangan . Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya administrasi dan umum”.
Perusahaan Manufaktur:
· Pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dan penjualan produk jadi tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur lain.
Kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi memerlukan 3 kelompok pengorbanan sumber ekonomi :
- Pengorbanan bahan baku
- Pengorbanan jasa tenaga kerja
- Pengorbanan jasa fasilitas
Dalam pendekatan Full costing, berbagai pegorbanan sumber ekonomi disajikan dalam laporan rugi laba yang dikelompokkan dalam 3 gol:
1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya produksi” yang dirinci menjadi :biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya Pemasaran”.
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan pemasaran produk. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya administrasi dan umum”.
Dalam pendekatan Variable costing, berbagai pegorbanan sumber ekonomi disajikan dalam laporan rugi laba menurut perilakunyan dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya dalam laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan variable costing disajikan dalam dua kelompok biaya variabel & biaya tetap.
v Laporan Laba Rugi Perusahaan Dagang
PT. Eliona Sari
Laporan Laba-rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 2013
Laporan Laba-rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 2013
Pendapatan Penjualan Rp. 500.000
Harga Pokok Penjualan :
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal Rp. 25.000
Pembelian Rp.290.000
Harga Pokok Barang yang tersedia untuk dijual Rp.315.000
Persediaan akhir Rp. 20.000
Pembelian Rp.290.000
Harga Pokok Barang yang tersedia untuk dijual Rp.315.000
Persediaan akhir Rp. 20.000
Harga Pokok Penjualan Rp. 295.000
Laba bruto Rp. 205.000
Biaya Usaha:
Biaya administrasi & umum Rp. 56.000
Biaya pemasaran Rp. 75.000
Biaya pemasaran Rp. 75.000
Rp. 131.000
Laba bersih usaha Rp. 74.000
Pendapatan di luar usaha Rp. 4.000
Biaya di luar usaha Rp. 7.000 Rp. 3.000
Laba bersih sebelum pajak Rp. 71.000
Pajak penghasilan 35 % 24.850
Laba bersih setelah pajak Rp. 46. 150
Biaya di luar usaha Rp. 7.000 Rp. 3.000
Laba bersih sebelum pajak Rp. 71.000
Pajak penghasilan 35 % 24.850
Laba bersih setelah pajak Rp. 46. 150
v Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur dengan pendekatan Full Costing
PT. Karya Puspita
Laporan Laba Rugi dengan pendakatan Full Costing
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 201
Laporan Laba Rugi dengan pendakatan Full Costing
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 201
Pendapatan penjualan Rp. 500.000
Harga pokok penjualan :
Harga pokok penjualan :
Persediaan awal produk jadi Rp. 25.000
Harga pokok produksi :
Persediaan awal produk dalam proses Rp.10.000
Biaya produksi :
Biaya bahan baku Rp.50.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp.60.000
Biaya overhead pabrik Rp.75.000 Rp.185.000
Rp. 195.000
Persediaan awal produk dalam proses Rp.10.000
Biaya produksi :
Biaya bahan baku Rp.50.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp.60.000
Biaya overhead pabrik Rp.75.000 Rp.185.000
Rp. 195.000
Persediaan akhir produk dalam proses Rp. 15.000
Harga pokok produksi Rp.180.000
Harga Pokok produk yang tersedia untuk dijual Rp.205.000
Persediaan akhir produk jadi 20.000
Harga Pokok Penjualan Rp.195.000
Laba Bruto Rp.305.000
Harga pokok produksi Rp.180.000
Harga Pokok produk yang tersedia untuk dijual Rp.205.000
Persediaan akhir produk jadi 20.000
Harga Pokok Penjualan Rp.195.000
Laba Bruto Rp.305.000
Biaya usaha:
Biaya adm & umum Rp. 56.000
Biaya Pemasaran Rp. 175.000
Biaya adm & umum Rp. 56.000
Biaya Pemasaran Rp. 175.000
Rp.231.000
Laba bersih usaha Rp. 74.000
Pendapatan di luar usaha Rp. 4.000
Biaya di luar usaha Rp. 7.000 Rp. 3.000
Laba bersih usaha Rp. 74.000
Pendapatan di luar usaha Rp. 4.000
Biaya di luar usaha Rp. 7.000 Rp. 3.000
Laba bersih sebelum pajak Rp. 71.000
Pajak Penghasilan 35% Rp. 24.850
Pajak Penghasilan 35% Rp. 24.850
Laba bersih setelah pajak Rp. 46.150
v Laporan Laba-Rugi Perusahaan manufaktur dengan pendekatan Variable Costing
PT. Karya Puspita
Laporan Laba-Rugi Dengan Pendekatan Variable Costing
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 2013
Laporan Laba-Rugi Dengan Pendekatan Variable Costing
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 2013
Pendapatan penjualan Rp. 500.000
Biaya Variabel :
Harga pokok penjualan variabel:
Persediaan awal produk jadi Rp. 20.000
Harga Pokok Produksi variabel :
Persediaan awal produk dlm proses Rp. 20.000
Biaya Produksi Variabel :
Biaya bahan baku Rp. 50.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 60.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 45.000 Rp. 155.000
Harga Pokok Produksi variabel :
Persediaan awal produk dlm proses Rp. 20.000
Biaya Produksi Variabel :
Biaya bahan baku Rp. 50.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 60.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 45.000 Rp. 155.000
Rp. 175.000
Persd. akhir produk dlm proses Rp. 10.000
Harga pokok produksi variabel Rp. 165.000
Harga pokok produksi yang tersedia untuk dijual Rp. 185.000
Persediaan akhir produk jadi Rp. 15.000
Harga Pokok penjualan variabel Rp. 170.000
Persd. akhir produk dlm proses Rp. 10.000
Harga pokok produksi variabel Rp. 165.000
Harga pokok produksi yang tersedia untuk dijual Rp. 185.000
Persediaan akhir produk jadi Rp. 15.000
Harga Pokok penjualan variabel Rp. 170.000
Biaya administrasi & umum variabel Rp. 70.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 90.000
Total biaya variabel Rp. 330.000
Laba kontribusi Rp. 170.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 90.000
Total biaya variabel Rp. 330.000
Laba kontribusi Rp. 170.000
Biaya Tetap:
Biaya overhead pabrik tetap Rp. 20.000
Biaya Adm&umum 40.000
Biaya pemasaran tetap 30.000
Total biaya tetap Rp. 90.000
Laba bersih Rp. 80.000
Biaya Adm&umum 40.000
Biaya pemasaran tetap 30.000
Total biaya tetap Rp. 90.000
Laba bersih Rp. 80.000
2.9 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya :
1. Biaya Produksi : Biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk.
Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses.
2. Biaya Non Produksi : Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatn non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum.
Biaya nonproduksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total total harga pokok produk.
Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Cara memproduksi produk ada 2 macam :
- Produksi atas dasar pesanan : Perusahaan melaksanakan pengolahan produksinya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contohnya : Perusahaan percetakan, perusahaan mebel, dll.
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi persatuan produk dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
- Produksi massa : Perusahaan melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi permintaan di gudang, umumnya produknya berupa produk standar. Contohnya : Perusahaan semen, pupuk,makanan ternak dan bumbu masak dan tekstil.
Dalam metode ini pengumpulan harga pokok produksi dengan menggunakan metode harga pokok process (process cost Method).Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi persatuan produk yang dihasilkan dalam periode tsb dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan yang dihasilkan dalam periode tertentu.
Keunggulan dari Metode Full Costing :
· Praktis dan memerlukan penggolongan biaya tetap dan variabel.
· Perhitungan biaya full costing lebih menarik bagi para akuntan dan manajer karena mereka percaya metode ini lebih baik dalam menggambarkan penandingan dan pendapatan.
· Pada tingkat tertentu, perhitungan biaya full costing diterima sebagai metode yang digunakan untuk menyiapkan laporan eksternal yang diwajibkan dan laporan pajak penghasilan. Dengan alasan biaya dan kemungkinan kebingungan untuk membuat sistem perhitungan ganda, satu untuk eksternal dan satu lagi untuk internal maka kebnyakan perusahaan menggunakan perhitungan biaya full costing untuk laporan eksternal dan internal.
Kelemahan dari Metode Full Costing :
· Tidak dapat menginformasikan bagi manajemen mengenai berapakah biaya produksi variabel untuk menghasilkan suatu produk, sehingga manajemen untuk (tujuan interen) pengambilan keputusan khususnya perencanaan jangka pendek mengalami kesulitan, misalnya : keputusan untuk membeli atau membuat suatu produk.
2.10 Pembuatan Keputusan
Masalah pokok full costing adalah bahwa biaya overhead pabrik tetap tampak seperti bervariael dengan unit yang terjual padalah sesungguhnya tidak. Kesalahan persepsi bahwa biaya produksi per unit dengan full costing dapat mengakibatkan muncunya masalah manajerial, termasuk keputusan penentuan harga dan keputusan untuk menghentikan produksi produk tertentu yang sesuggunya meguntungkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas keunggulan absorption costing (full costing) adalah praktis dan memerlukan penggolongan biaya tetap dan biaya variabel sedangkan kelemahan metode ini adalah tidak dapat menginformasikan bagi manajemen mengenai berapakah biaya produksi variabel untuk menghasilkan suatu produk sehingga pihak manajemen mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan untuk perencanaan jangka pendek. Sedangkan untuk variabel costing adalah memberikan informasi yang cepat bagi pihak manajemen (interen) untuk perencanaan, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan, misalnya dalam perencanaan laba (mengetahui besarnya laba konstribusi) dan dapat secara langsung mengetahui pengaruh biaya tetap terhadap laba. Kelemahan dari metode ini adalah kurang praktis menuntut adanya pengelompokan biaya variabel dan tetap dan laporan yang dihasilkan hanya untuk pihak interen saja.
3.2 SARAN
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan kami juga butuh saran atau kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN KEUANGAN Ibu WIDYA ASTUTI Yang telah memberi kami tugas kelompok demi kebaikan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
diploma4stan.wordpress.com/…/02/16/resume-materi–akuntansi–manajemen
Mulyadi, Akuntansi Biaya. Edisi 5. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN. 1992
Akuntansi Manajemen : Konsep Manfaat dan Rekayasa, Mulyadi UGM. Edisis 3. Penerbitan Salemba Empat
Tinggalkan komentar