Makanan adalah salah satu dari tiga kebutuhan dasar (basic needs) bagi manusia selain kebutuhan sandang dan papan. Dengan mengonsumsi makanan tubuh manusia akan menghasilkan tenaga atau energi. Energi tersebut diperlukan untuk kelangsungan hidup dan aktivitas manusia. Metode Identifikasi Boraks dalam Makanan
Baca Juga: Identifikasi Formalin dalam Makanan
Makanan yang dijajakan sekarang ini tidak terlepas dari zat atau bahan yang mengandung unsur berbahaya dan pengawet yang dalam jumlah banyak menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh.
Jika suatu bahan makanan mengandung bahan yang sifatnya berbahaya bagi kesehatan, maka makanan tersebut dikategorikan sebagai bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi. Makanan yang tidak layak dikonsumsi misalnya, makanan yang mengandung logam berat (Pb, Cd, Hg, Ra, dsb), mengandung mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh, mengandung bahan pengawet (Boraks, formalin, alkohol, dsb), serta makanan yang mengandung zat pewarna berbahaya (Rhodamin B, Methanyl yellow atau Amaranth) (Effendy, 2004:13).
Bahan tambahan pangan (BTP) secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai bahan makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi padapembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan danpenyimpanan.
Tujuan penambahan zat tambahan makanan adalah untuk meningkatkanatau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan panganlebih mudah dihidangkan serta mempermudah dalam penyiapan bahan pangan(Wisnu, 2006).
Bahaya Borax
Boraks dilarang digunakan di dalam makanan, karena sangat berbahayabagi kesehatan tubuh diantaranya mengakibatkan demam, kerusakan ginjal,kanker, kerusakan hati, bahkan dapat mengakibatkan kematian apabiladikonsumsi dalam jangka panjang. Tetapi masih banyak digunakan dalam beberapaproduk makanan seperti mie kuning basah, bakso dan lontong.
Keracunan Boraks dapat terjadi melalui makanan, salah satunya adalah bakso sebagai jajanan anak-anak sekolah dasar. Ketertarikan anak-anak sekolah dasar membeli bakso dikarenakan harganya yang murah dan rasanya yang enak, sehingga anak-anak sekolah dasar menyukai makanan ini.
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam proses produksi pangan perludiwaspadai. Boraks dilarang digunakan dalam BTP karena dapat menyebabkan gangguanotak, hati, dan ginjal, penggunaan dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan kematian.
Metode Identifikasi Borax dalam Makanan
Alat dan Baha
Alat – alat Praktikum
- Cawan porselin
- Mortar + Penggerus
- Penjepit
- Pipet tetes
- Tanur
- Timbangan analitik
- Kertas label
- Korek api
- Pipet volume 2 mL
- Rubber bulb
Bahan-bahan Praktikum
- Aquades
- Bakso
- H2SO4 pekat
- Krupuk
- MartabakÂ
- Metanol
- Mie Basah
Langkah-langkah identifikasi boraks dalam makanan
Hasil Pengamatan Uji Borax
Standar (boraks)
No | Perlakuan | Hasil pengamatan |
1 | Boraks ditimbang kemudian ditambahkan H2SO4 pekat dan methanol absolut | Boraks berbentuk bubuk kristal berwarna putih ditimbang sebanyak 5 gram. Kemdian ditambahkan dengan H2SO4 pekat dan methanol absolute sehingga menghasilkan uap. |
2 | Boraks + H2SO4 pekat + methanol absolut kemudian dibakar | Uap yang dihasilkan dari reaksi ini kemudian dibakar, dimana dihasilkan nyala api berwarna hijau. Ini digunakan sebagai standar pembanding untuk sampel makanan yang di uji. |
Sampel Uji
No | Perlakuan | Hasil pengamatan |
1 | Sampel makanan digerus dengan mortar | Semua sampel yang dibawa untuk praktikum ini yakni terdiri dari: martabak,bakso, dan mie basah dan krupuk masing-masing digerus dengan mortar hingga halus |
2 | Sampel yang sudah halus di masukkan ke oven | Semua sampel yang masing-masing dimasukkan dalam cawan porselin dimasukkan dalam tanur dan di oven sampai membentuk arang. Pada percobaan ini sampel dipanaskan sampai dengan suhu 550oC. Setelah dipanaskan pada masing-masing sampel akan terbentuk arang berwarna hitam kecoklatan. |
3 | Penambahan H2SO4 pekat dan methanol absolut | Setelah ditambahkan H2SO4 pekat dan methanol pada masing-masing sampel, terbentuk uap. |
4 | Sampel kemudian dibakar | Uap yang dihasilkan ini kemudian dibakar, pada masing-masing sampel tidak menujukkan adanya perubahan warna yang sama dengan standar (boraks) yang ditunjukkan dengan nyala api yang berwarna orange pada sampel sedangkan nyala api boraks berwarna hijau. |
Sampel | Warna nyala | Keterangan |
Bakso | Orange kemerahan | Negatif mengandung boraks |
Mie basah | Orange kemerahan | Negatif mengandung boraks |
Krupuk | Orange kemerahan | Negatif mengandung boraks |
Kulit martabak | Orange kemerahan | Negatif mengandung boraks |
Gambar .
Gambar sampel setelah digerus
Gambar sampel setelah dibakar di tanur
Hasil Uji Nyala sampel makanan dibandingkan dengan hasil uji nyala Boraks (standar)
F. ANALISIS DATA
Na2B4O7 + H2SO4+ 5 H2O → 4 H3BO3 ↑ + 2 Na+ + SO42-
H3BO3 + 3CH3OH → B(OCH3)3↑ + 3H2O
Pembahasan Identifikasi Boraks dalam Makanan
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat (NaB4O710 H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat deterjen dan antiseptic. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Larangan penggunaan boraks juga diperkuat dengan adanya Permenkes RI No 235/Menkes/VI/1984 tentang bahan tambahan makanan, bahwa Natrium Tetraborate yang lebih dikenal dengan nama Boraks digolongkan dalam bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, tetapi pada kenyatannya masih banyak bentuk penyalahgunaan dari zat tersebut (Subiyakto, 1991).
Pengujian boraks pada berbagai jenis makanan yang biasanya ditambahkan boraks, yaitu bakso, mie basah, kerupuk, dan martabak manis. Uji yang dilakukan yaitu uji kualitatif, yaitu menggunakan uji nyala. Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak.
Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan warna hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks. Prosedur dilakukan dengan melarutkan senyawa uji dengan metanol dalam wadah (cawan penguap) kemudian dibakar, warna api hijau menunjukkan terdapat senyawa boraks (Roth, 1988).
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mempersiapkan boraks standar. Boraks yang berbentuk kristal putih ditambahkan asam sulfat dan etanol lalu dibakar, menghasilkan nyala hijau. Nyala hijau inilah yang akan dibandingkan dengan nyala sampel.
Untuk sampel, langkah pertama yang dilakukan yaitu preparasi sampel. Masing-masing sampel ditimbang dan haluskan menggunakan mortar, tujuan untuk menghomogenkan sampel agar mudah dalam proses pembakaran dalam tanur. Selanjutnya, sampel-sampel tersebut dibakar dalam tanur sampai terbentuk arang dengan suhu 550 oC. Fungsi dari pengarangan ini adalah untuk menghilangkan senyawa-senyawa lain selain Boraks.Selanjutnya dilakukan uji nyala dengan membakar sampel yang sudah menjadi arang. Uji nyala ini dilakukan dengan menambahkan H2SO4pekat dan methanol. Penambahan H2SO4  ini berfungsi untuk membentuk asam borat, dimana asam borat yang terbentuk akan bereaksi dengan metanol yang ditambahkan yang akan membentuk metilborat B(OCH3)3 atau etil borat B(OC2H5)3 yang akan menunjukkan warna hijau saat dibakar.
Hasil yang didapatkan bahwa pada semua sampel yang kami uji tidak dihasilkan warna nyala hijau seperti pada Boraks standar. Semua sampel menghasilkan warna nyala orange kemerahan sehingga dapat dikatakan bahwa semua sampel makanan yang kami uji tidak mengandung Boraks.
Kesimpulan Uji Borax
Berdasarkan uji identifikasi boraks ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa adanya boraks dalam sampel makanan dapat diuji dengan metode uji nyala dan warna. Sampel makanan yang mengandung boraks akan memberikan warna nyala hijau sama seperti boraks standar, namun dari keempat sampel uji seluruhnya negatif mengandung boraks.
Daftar Pustaka
Astuti, Rini Nafsiati. 2009. Konsep Dasar Kimia. Malang: UIN Malang Press.
Effendy, S. 2004. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Media Indonesia.
Junianto, Choirul. 2013. Analisis Boraks Pada Bakso Daging Sapi A Dan B Yang Dijual Di Daerah Kenjeran Surabaya Menggunakan Spektrofotometri. Surabaya: Univrsitas Surabaya.
Nagieb, Zenat A., dkk. 2011. Effect of Addition of Boric Acid and Borax on Fire-Retardant andMechanical Properties of Urea Formaldehyde Saw Dust Composites. Cairo: National Research Center.
Rangavar, Hossein, dkk. 2012. Effects of Nanosilver in Improving Fire-Retarding Properties of Borax in Solid Woods.Iran: Shahid Rajaee Teacher Training University.
Saeed, Rehana, dkk. 2013. Ionic Interaction of Transition Metal Salts with Polyvinyl Alcohol-Borax- Ethyl Acetate Mixtures. Pakistan: University of Karachi.
Sultan, Pramutia.,Dkk.2014. Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks pada Jajanan Bakso di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar.Makassar : Universitas Hasanuddin Makassar.
Triastuti, Endang, dkk. 2013. Analisis Boraks Pada Tahu yang Diproduksi di Kota Manado. Manado: Unsrat.
Tubagus, Indra.,Dkk.2013. Identifikasi Dan Penetapan Kadar Boraks Dalam Bakso Jajanan Di Kota Manado.Manado : Unsrat.
Wisnu C. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Tinggalkan komentar