Waithood: Tren Perempuan Indonesia Menunda Pernikahan

0 Comment

Link

Tulisan Bersumber dari Voice Kais Mardiasih, Penulis Buku Milenial. Waithood: Tren Perempuan Indonesia Menunda Pernikahan

Anda sudah berusia 25 tahun ke atas tetapi masih berpikir untuk menunda menikah? tenang karena ternyata Anda tidak sendirian. Pew Reseach Center, menyatakan Generasi milenial menikah di usia yang lebih tua dibandingkan generasi sebelumnya.

Baca juga: Alasan Kenapa Wanita Terlihat Lebih Tua Setelah Menikah dibanding Pria.

Menurut badan kependudukan dan keluarga berencana nasional atau (BKKBN), usia perempuan Menikah di Indonesia juga cenderung mundur rata-rata usia perempuan menikah sekarang 22 tahun ke atas padahal tahun-tahun sebelumnya terutama sebelum 2020 lebih banyak yang menikah sebelum usia 22.

Menurut data bkkbn juga rata-rata perempuan praktis hanya melahirkan satu anak perempuan berarti satu perempuan meninggal tergantikan satu perempuan lahir itu nantinya akan membuat kualitas hidup berkelanjutan akan lebih terjaga.

Point ini menjadi piliham umum seperti Saya dan teman-teman sebaya kata penulis, Kalau ditanya mau berapa anak, Banyak yang tegas menjawab satu saja.

Waithood, Tren Menunda Pernikahan

Menunda pernikahan di sini bisa dalam jangka pendek maupun jangka panjang, nah tren menunda pernikahan dikalangan perempuan disebut Waithood.

Waithood pertama kali diperkenalkan oleh Diana zingerman profesor dari universitas amerika Washington DC, tahun 2007 dalam penelitian tentang generasi muda timur tengah dan tren ini menyebar ke seluruh dunia termasuk indonesia.

BPS melaporkan pada bulan maret 2023 total pemuda indonesia yang belum menikah 68,2-9% dari total seluruh pemuda indonesia, presentasi pemuda indonesia yang menikah tahun 2023 menjadi yang terendah dalam 10 tahun terakhir.

Faktor-faktor Perempuan Milenial Menunda Pernikahan

Beberapa faktor penyebab wanita indonesia memilih untuk menunda pernikahan, antara lain:

1. Kesetabilitas keuangan

Menurut penulis, banyak wanita indonesia sekarang jadi sandwich generation, harus menopang bukan hanya kehidupannya sendiri tetapi juga kehidupan orang tua dan saudara kandungnya, mereka harus menanggung biaya rumah tangga, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.

Sehingga dapat dibayangkan, berapa banyak pikiran dan tenaga yang harus mereka keluarkan untuk memenuh Kebutuhan finansial tersebut.

2. Karir dan pendidikan

Para Wanita fokus berpendidikan tinggi demi mendapatkan karir yang layak agar mencapai kemandirian ekonomi.

3. Akses informasi

Wanita masa kini punya perspektif tentang pernikahan, bukan dari mendengarkan apa yang dikatakan orang tua tetapi dari penelitian sendiri, dari buku, jurnal, berita dan lain-lain. Perempuan jadi mempertimbangkan aspek kesehatan fisik psikologis, krisis iklim dan lainnya.

Teror teror ditanya kapan pernikahan dari tetangga sekarang tidak lagi mempan, karena perempuan sudah berdaya dari sisi pengetahuan. Akhirnya perempuan juga ikut terpapar, bagaimana kasus kdrt, perselingkuhan cerai, budaya patriarki yang makin banyak menyudutkan perempuan dalam pernikahan muncul silih berganti diberitakan media, atau bahkan pernah trauma dengan perceraian orang tua juga

4. Sistem Budaya yang Gagal

Tren waithood ini juga sering muncul karena sistem dan budaya kita yang gagal dalam menjaga perempuan agar merasa aman, merasa tidak terancam, tidak terpojok dalam pernikahan dan mampu menjadi dirinya sendiri dan tetap selalu berkembang ketika berkeluarga.

5. Kesadaran pada Hak dan Kebebasan

Perempuan zaman sekarang juga semakin sadar bahwa dirinya punya banyak pilihan seperti hak atas otoritas tubuh, kesadaran akan kesehatan mental atau pilihan untuk pulih dari berbagai trauma sebelum memutuskan untuk menikah.

Jadi, mungkin inilah alasan kenapa statment wanita independent menjadi slogan baru wanita millenial. Waithood: Tren Perempuan Indonesia Menunda Pernikahan

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar