Sekolah Positif: Strategi Psikologi untuk Generasi Berdaya

admin

0 Comment

Link

Penulis: Bella Christina, Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta.

Pendidikan tidak hanya soal menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun karakter, harapan, dan kemampuan siswa untuk berkontribusi bagi masyarakat. Dalam konteksini, konsep sekolah positif menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat. Artinya, sekolah diharapkan tidak hanya mendukung keberhasilan akademik siswa saja, tetapi juga mendukung kesejahteraan emosional dan sosial siswa. Sekolah Positif: Strategi Psikologi untuk Generasi Berdaya

Baca juga: Anak dengan Pengasuhan Berkualitas Lebih Sukses dalam sains

Apa itu Psikologi Positif?

Psikologi positif merupakan cabang ilmu psikologi yang dikembangkan oleh Martin Seligman, berfokus pada pengembangan kekuatan, kebahagiaan, dan potensi manusia. Konsep PERMA (Positive Emotion, Engagement, Relationships, Meaning, Accomplishment) menjadi dasar pendekatan ini yang berupaya meningkatkan kualitas hidup melalui hubungan positif, keterlibatan aktif, dan pencapaian bermakna. Dengan pendekatan yang lebih humanis, sekolah positifberusahamenjadi tempat di manasetiap siswa dapat merasa dihargai, didukung, dan diberdayakan.

Apa itu Sekolah Positif dan Manfaatnya?

Pada dasarnya, sekolah positif adalah sekolah yang di dalamnya terdapat kepedulian, kepercayaan, menghormati keberagaman, motivasi, rencana, tujuan, harapan, dan berkontribusi pada masyarakat.

Gambar 1: Ilustrasi Komponen Sekolah Positif

1. Sekolah Positif dapat Membangun Sasa Empati dan Sikap Saling Menghargai Antar Siswa

Diibaratkan dengan sebuah bangunan, rasa kepedulian, kepercayaan, dan menghormati keberagaman menjadi komponen paling dasar di sekolah positif. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang merasa dihargai dan didukung oleh lingkungan cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi (Lopez et al., 2015). Selain itu, rasa menghormati keberagaman juga menjadi hal penting di dalam sekolah positif. Keberagaman ini mencakup beberapa aspek, mulai dari suku, agama, budaya, hingga pandangan hidup. Dengan menciptakan lingkungan yang inklusif, sekolah dapat menanamkan rasa empati dan saling pengertian antar siswa.

2. Sekolah Positif dapat Membantu Menetapkan dan Memantapkan Tujuan Siswa

Komponen kedua berkaitan dengan goals atau tujuan yang jelas. Sekolah positif berperan penting dalam membantu siswa untuk menetapkan tujuan yang spesifik dan realistis. Dengan dukungan emosional dan teknik, seperti goal-setting theory, siswa dapat mengembangkan rasa percaya diri untuk mencapai target mereka. Penelitian Locke dan Latham (2002) menunjukkan bahwa siswa yang memiliki tujuan spesifik cenderung memiliki performa akademik lebih baik. Dengan demikian, guru dapat membimbing siswa untuk menetapkan tujuan kecil yang terukur sehingga siswa dapat merasakan pencapaian dan tetap termotivasi untuk belajar.

3. Sekolah Positif dapat Memotivasi dan Menguatkan Bakat Keunggulan Siswa

Komponen ketiga berkaitan dengan plans (perencanaan) dan motivation (motivasi) yang berbasis kekuatan. Di dalam sekolah positif, guru dapat menggunakan pendekatan berbasis kekuatan (strength-based teaching), dimana fokus pembelajaran diarahkan pada keunggulan siswa, Seperti kemampuan kolaborasi atau kreativitas. Studi menunjukkan bahwa metode ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa hingga 20% lebih tinggi dibandingkan metode konvensional (Seligman, 2011). Guru juga dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa sebagai bentuk dukungan dalam proses belajar. Pendekatan ini tentu dapat membantu siswa untuk merasa percaya diri dalam menghadapi tantangan sekaligus dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

4. Sekolah Positif dapat Menguatkan Keyakinan dan Mental Menggapai Tujuan Siswa

Komponen keempat berkaitan dengan hope atau harapan sebagai energi positif. Sekolah positif adalah sekolah yang menanamkan harapan pada siswa, yakni keyakinan bahwa siswa mampu mencapai tujuannya. Dengan memberikan dukungan emosional dan dorongan yang konsisten, siswa dapat merasa termotivasi untuk terus belajar dan berkembang.

4. Sekolah Positif Sebagai Sarana Pengembangan Diri dan Intraksi Sosial yang Lebih Baik

Komponen terakhir berkaitan dengan keterlibatan sosial dan kontribusi kepada masyarakat. Jika digambarkan dalam sebuah bangunan, komponen ini menjadi komponen paling atas yang melambangkan puncak dari pengembangan diri dan interaksi sosial siswa. Pendidikan bukan hanya untuk kepentingan siswa, tetapi juga untuk masyarakat. Sekolah positif adalah sekolah yang mengajarkan siswa betapa pentingnya berbagi ilmu, bekerja sama, dan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.

Di sekolah positif, keberhasilan tidak hanya diukur melalui angka-angka di rapor, tetapi juga dari bagaimana siswa mampu menghadapi tantangan, menjalin hubungan yang sehat, dan memiliki pandangan hidup yang optimis. Sekolah Positif: Strategi Psikologi untuk Generasi Berdaya

Guru memiliki peran sentral dalam mewujudkan sekolah positif. Mereka tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga pembimbing, motivator, dan teladan bagi siswa. Guru yang positif adalah guru yang dapat membangun hubungan penuh empati dan kepercayaan dengan siswa, menghargai dan mengakomodasi keragaman siswa di kelas, serta mendorong siswa untuk mengeksplorasi potensi tanpa rasa takut gagal.

Guru juga perlu memahami bahwa setiap siswa adalah individu unik yang belajar dengan cara dan kecepatan berbeda. Dengan pendekatan yang fleksibel dan personal, guru dapat membantu siswa dalam mengembangkan kekuatan, sekaligus memberikan dukungan pada area yang memerlukan perbaikan.

Langkah Mewujudkan Sekolah Positif

Implementasi sekolah positif di Indonesia memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk guru, siswa, orang tua, dan pembuat kebijakan pendidikan. Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan akademik, sosial, dan emosional siswa secara holistik.

Beberapa hal perlu disiapkan dalam mewujudkan sekolah positif, Antra lain:

1. Pelatihan Guru terkait Psikologi Positif

Hal ini penting untuk membekali guru dengan pemahaman dan keterampilan guna menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kesejahteraan siswa dan guru itu sendiri. Langkah implementasinya dapat berupa pelatihan rutin tentang strategi berbasis psikologipositif,seperti strength-based teaching dan growth mindset. Adapula penelitian Waters (2011) menunjukkan bahwa guru yang menggunakan positive reinforcement cenderung mampu meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa secara signifikan. Implementasi lain dapat melalui pendampingan dari psikolog atau pakar pendidikan untuk mendukung guru dalam menerapkan pendekatan psikologi positif di kelas.

2. Kurikulum Berbasis Karakter

Kedua, terkait dengan kurikulum inklusif yang berfokus pada pengembangan karakter siswa. Hal ini menjadi penting karena kurikulum yang inklusif dapat mengintegrasikan nilai-nilai psikologi positif dalam pembelajaran yang tidak hanya fokus pada capaian akademik, tetapi juga karakter siswa. Langkah implementasinya dapat berupa materi pembelajaran yang berbasis kekuatan karakter, seperti memasukkan pelajaran tentang kejujuran, kerja sama, rasa ingin tahu, dan ketangguhan ke dalam kurikulum melalui cerita, diskusi, dan studi kasus. Guru perlu melakukan evaluasi yang berbasis multidimensi, seperti mengganti sistem evaluasi yang hanya berbasis nilai ujian dengan penilaian portofolio.

3. Progam atau Kegiatan Mentality Sekolah

Ketiga, terkait dengan program sekolah untuk membangun kepercayaan diri siswa. Hal ini tentu dapat memberikan dampak positif bagi siswa karena membantu siswa dalam mengenali kekuatan pribadi mereka, meningkatkan rasa percaya diri, dan membangun tujuan hidup yang bermakna. Langkah implementasinya dapat berupa mentoring, seperti membentuk kelompok mentoring antara siswa dan guru atau alumni untuk berbagi pengalaman dan motivasi. Selain itu, implementasi lain juga dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, seperti lomba debat, seni, olahraga, atau proyek sosial yang memungkinkan siswa mengeksplorasi minat dan bakat mereka.

4. Dukungan untuk Guru dan Siswa

Keempat, terkait dengan dukungan bagi siswa dan guru. Hal ini menjadi penting karena untuk menjaga kesehatan mental dan emosional antara siswa dengan guru. Langkah implementasinya dapat berupa layanan konseling di sekolah dengan pendekatan preventif, seperti kelas stress management atau diskusi kelompok tentang masalah umum yang dihadapi siswa. Implementasi lain, pembuat kebijakan pendidikan perlu memastikan keberadaan psikolog di sekolah untuk menangani isu-isu kompleks yang membutuhkan perhatian khusus. Selain itu, sekolah perlu melibatkan orang tua dalam diskusi kesejahteraan siswa dan memberikan edukasi tentang pentingnya dukungan emosional di rumah.

5. Kolaborasi

Kelima,terkait dengan kolaborasi dengan pembuat kebijakan pendidikan. Hal ini penting karena untuk mengintegrasikan konsep sekolah positif ke dalam kebijakan pendidikan nasional. Langkah implementasinya dapat berupa mengadvokasi kebijakan yang mendukung pelatihan guru, pendanaan untuk layanan kesejahteraan mental, dan program pembangunan karakter siswa. Implementasi lain dapat melalui pengadaan forum dengan berbagai pemangku kepentingan (sekolah, pemerintah, LSM, dan akademisi) untuk berbagi praktik terbaik dan hasil riset.

Menerapkan prinsip psikologi positif disekolah adalah langkah strategis untuk mencetak generasi yang cerdas, optimis, dan peduli. Dengan kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, dan pembuat kebijakan pendidikan, kita dapat menciptakan sekolah yang mendukung kesejahteraan siswa sekaligus membangun masa depan yang lebih baik. Seiring dengan berkembangnya pendekatan ini, integrasi psikologi positif dalam kurikulum pendidikan tidak hanya dapat membantu siswa berhasil di bidang akademik saja, tetapi juga membangun karakter dan ketahanan emosional yang akan mendukung siswa sepanjang hidupnya.

Melalui artikel ini “Sekolah Positif: Strategi Psikologi untuk Generasi Berdaya” Mari kita wujudkan sekolah positif sebagai langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera!

Referensi

  • Locke,E.A.,&Latham,G.P.(2002). Building apractically useful theory of goal setting and task motivation. American Psychologist, 57(9), 705-717.
  • Lopez, S. J., Pedrotti, J.T., & Snyder, C. R. (2015). Positive Psychology: The Scientific and Practical Explorations of Human Strengths(3rded.). SagePublications,Inc.
  • Seligman, M.E.P.,& Csikszentmihalyi, M.(2000). Positive psychology: Anintroduction. American Psychologist, 55(1), 5-14.
  • Seligman, M. E. P. (2011). Flourish: A visionary new understanding of happiness and well-being. Atria Books.
  • Waters, L.(2011). A review of school-based positive psychology interventions.The Australian Educational and Developmental Psychologist, 28(2), 75-90.
  • Gambar1: Lopez, S.J.,Pedrotti, J.T., & Snyder, C.R.(2015). Positive Psychology: The Scientificand Practical Explorationsof Human Strengths (3rd ed.). Sage Publications, Inc.

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar