KESETIMBANGAN KIMIA terupdate

Mahsun saleh S.Si

0 Comment

Link

A. PELAKSANAAN  PRAKTIKUM

1. Tujuan Praktikum : Mempelajari reaksi  kesetimbangan kompleks Besi (III)-Tiosianat.

B. LANDASAN TEORI

        Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversibel (dua arah). Ketika reaksi baru mulai proses reversibel hanya berlangsung ke arah pembentukan produk, namun ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk, mulai berjalan. Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi ke kanan (pembentukan molekul produk) telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri (pembentukan molekul reaktan) dan konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk tidak berubah-ubah lagi. Jadi, kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis (Pusrwoko, 2006: 169-170).

           Kesetimbangan dibagi menjadi dua yaitu kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan yang melibatkan satu fase yang sama, sedangkan kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan yang meliputi dua fase atau lebih. Sebagai contoh:


2C(s) + O2(g)       →←         2CO(g)

Kesetimbangan ini meliputi fase gas dan padatan. Dalam sistem ini terdiri atas suatu campuran oksigen dan karbon monoksida. Persamaan ini menyatakan bahwa suatu sistem mengandung  CO(g), O2(g) dan C(s) dalam kesetimbangan yang tidak menghiraukan berapa banyak C(s) berada. Aturan yang mudah bahwa untuk kesetimbangan heterogen padatan, di mana padatan murni dan cairan-cairan murni diabaikan dari pengertian aksi massa (Gold, 2007: 120).

          Kc merupakan konstanta kesetimbangan konsentrasi, karena banyaknya zat yang dinyatakan dalam konsentrasi. Dengan demikian secara umum dapat dirumuskan bahwa konstanta kesetimbangan

    aAB + bCD     →←       cAC + dBD

Jadi, dalam kesetimbangan kimia terdapat hubungan antara konstanta kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang disebut hukum kesetimbangan (Syukri, 1999: 316).

         Besarnya tetapan kesetimbangan tergantung pada jenis reaksi. Jika tetapan kesetimbangan kecil (k<1 a="" aksi="" b="" banyak="" berarti="" berlangsung="" c="" contoh="" d="" dan="" dari="" daripada="" ini="" jauh.="" jika="" kanan="" ke="" kecil="" kesetimbangan.="" kesetimbangan="" kiri="" lebih="" massa="" menghasilkan="" p="" pada="" pembilang="" pencampuran="" peneyebutnya.="" sebagai="" tetapan="" tidak="">

A(g) + B(g)       →←      C(g) + D(g)

Jika tetapan kesetimbangan besar (k>1), berarti pembilang lebih besar daripada penyebut dalam aki massa. Ini berarti bahwa pada keadaan keseimbangan, paling tidak salah satu dari zat di sebelah kiri dari persamaan kimia kecil. Hingga suatu tetapan keseimbangan besar memberikan pengertian bahwa reaksi berjalan dari kiri ke kanan menuju kesempurnaan. Sebagai contoh, pencampuran E dan F yang menghasilkan perubahan yang hampir sempurna menjadi G dan H.

E(g) + F(g)       →←    G(g) + H(g)

Tetapan keseimbangan ditentukan berdasarkan percobaan. Contoh pengukuran yang telah diperoleh keseimbangan H2, I2, dan HI (Sastrohamidjojo, 2005: 181).

           Suatu katalis menaikkan kecepatan reaksi maju dan mundur dengan sama kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan, nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah. Katalis memang mengubah waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat mencapainya beberapa menit dengan hadirnya katalis. Lagi pula, reaksi yang berlangsung dengan laju yang sesuai hanya pada temperatur yang sangat tinggi, dapat berjalan dengan cepat pada temperatur yang jauh lebih rendah bila digunakan katalis (Keenan, 1989: 593).

         Kuantitas yang diperoleh dengan cara mensubstitusikan konsentrasi awal ke persamaan kontanta kesetimbangan disebut hasil bagi reaksi (reaction quotient)(Qc). Untuk menentukan ke arah mana reaksi bersihnya berlangsung agar kesetimbangannya tercapai, kita bandingkan nilai Qc dan Kc. Terdapat tiga kemungkinan kasus, yaitu Qc < Kc, Qc = Kc, dan Qc > Kc. Jika Qc < Kc, perbandingan konsentrasi awal produk terhadap reaktan terlalu kecil. Untuk mencapai kesetimbangan, reaktan harus diubah menjadi produk. Sistem bergeser dari kiri ke kanan (mengkonsumsi reaktan, membentuk produk) untuk mencapai kesetimbangan. Jika Qc = Kc, konsentrasi awal adalah konsentrasi kesetimbangan, sistem berada pada kesetimbangan. Jika Qc > Kc, perbandingan konsentrasi awal produk terhadap reaktan terlalu besar. Untuk mencapai kesetimbangan, produk harus  diubah menjadi reaktan. Sistem bergeser dari kanan ke kiri (mengkonsumsi produk, membentuk reaktan) untuk mencapai kesetimbangan (Chang, 2004: 75).

          Prinsip Le Chatelier memberikan jalan untuk memprediksi secara kualitatif arah perubahan sistem di bawah pengaruh luar. prinsip ini sangat bertumpu pada Q sebagai alat prediksi. Pengaruh perubahan konsentrasi reaktan dan produk, penambahan reaktan menurunkan Q bagian bawah, dan reaksi netto berlangsung ke arah maju, dengan mengubah sebagian reaktan menjadi produk, sampai Q menjadi sama kembali dengan K. Pengaruh perubahan volume, penurunan volume sistem gas akan menaikkan tekanan total, maka reaksi bergeser ke ruas mol gas yang lebih kecil. Sebaliknya, kenaikan volume cenderung menyebabkan turunnya tekanan total, sehingga reaksi bergeser ke ruas mol gas yang lebih besar. Pengaruh pengubahan suhu, reaksi kimia dapat berlangsung endotermik (mengambil panas dari lingkungan) atau eksotermik (melepaskan panas). Dalam keadaan endoterm, jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke arah reaksi endoterm (ke kanan). Sebaliknya jika suhu diperkecil atau diturunkan, kesetimbangan akan bergeser ke reaksi eksoterm (ke kiri). Sedangkan dalam keadaan endotermik, jika suhu dinaikkan, kesetimbangan bergeser ke arah endoterm (ke kiri), dan jika suhu diturunkan, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi eksoterm (ke kanan) (Oxtoby, 2001: 279).

   

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

1. Alat-alat Praktikum

a. Labu ukur 25 ml

b. Gelas kimia 250 ml

c. Tabung reaksi

d. Spatula

e. Pipet gondok 10 ml

f. Pipet gondok 5 ml

g. Pipet tetes

h. Rak tabung reaksi

i. Ruble bulb

j. Penggaris 30 cm

k. Kertas label

l. Tissue

m. Lap

2.  Bahan-bahan Praktikum

a. Aquades (H2O(l))

b. Larutan Fe(NO3)3 0,2 M (Besi (III) nitrat)

c. Larutan KSCN 0,002 M (Kalium tiosianat)

d. Larutan KSCN pekat (kalium tiosianat)

e. Butiran Na2HPO4(Natrium hidropospat)


D. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Kesetimbangan Besi (III) – Tiosianat

a. Dimasukkan 10 ml KSCN 0,002 M ke dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan 2 tetes larutan Fe(NO3)3 0,2 M.

b. Dibagi larutan tersebut ke dalam 4 tabung reaksi.

c. Digunakan tabung reaksi pertama sebagai pembanding.

d. Ditambahkan 1 tetes KSCN pekat ke dalam tabung reaksi kedua.

e. Ditambahkan 3 tetes Fe(NO3) 0,2 M ke dalam tabung reaksi ketiga.

f. Ditambahkan beberapa butir padatan Na2HPO4 ke dalam tabung reaksi keempat.

g. Dicatat semua peristiwa yang terjadi.

b. Kesetimbangan Besi (III) – Tiosianat Yang Semakin Encer.

a. Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan diberi nomor. Ke dalam 5 tabung reaksi ini dimasukkan masing-masing 5 ml KSCN 0,002 M. Ke dalam tabung reaksi pertama ditambahkan 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,2 M. Tabung ini digunakan sebagai standar.

b. Diukur 10 ml Fe(NO3)3 0,2 M dan ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 25 ml. 5 ml dari larutan ini diukur dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua, selebihnya disimpan untuk pengerjaan berikutnya.

c. Ditambahkan aquades kedalam 10 ml Fe(NO3)3 (sisa larutan percobaan 2b) hingga volumenya mencapai 25 ml, kemudian 5 ml larutan ini diukur dan dimasukkan kedalam tabung reaksi ketiga.

d. Dilakukan pengerjaan yang sama sampai tabung reaksi kelima.

e. Dibandingkan warna larutan pada tabung kedua dengan tabung standar (tabung I), jika diperoleh intensitas warna tidak sama, maka larutan dari tabung reaksi standar dikeluarkan setetes demi setetes sampai kedua tabung tersebut menunjukkan intensitas warna yang sama (larutan yang dikeluarkan dimasukkan kedalam wadah yang bersih), lalu diukur tinggi larutan dalam masing-masing tabung. Dilanjutkan dengan cara yang sama , disamakan intensitas warna larutan pada tabung ketiga, keempat, dan kelima, selanjutnya dibandingkan semua tabung dengan tabung pertama.

E. HASIL PENGAMATAN

<1 a="" aksi="" b="" banyak="" berarti="" berlangsung="" c="" contoh="" d="" dan="" dari="" daripada="" ini="" jauh.="" jika="" kanan="" ke="" kecil="" kesetimbangan.="" kesetimbangan="" kiri="" lebih="" massa="" menghasilkan="" p="" pada="" pembilang="" pencampuran="" peneyebutnya.="" sebagai="" tetapan="" tidak="">F. ANALISIS  DATA

1. Percobaan Pertama

Kesetimbangan Besi (III) Tiosianat

Diasumsikan Bahwa :

a. Fe(NO3)3 dan KSCN dalam bentuk ion.

b. Pada tabung I dianggap terbentuk FeSCN2+.

Fe3+(aq) +  SCN-(aq)→←FeSCN2+(aq)

Jika:

  • Tabung  I (standar)  : Warna larutan menjadi merah.

  •  Tabung II + KSCN Pekat : warna larutan menjadi merah pekat.

  • Tabung III + Fe(NO3)3 0,2 M : warna larutan menjadi merah kecokelatan.
  • Tabung IV + Na2HPO4  : warna larutan bening kekuning-kuningan.

 Persamaan reaksi pada tabung IV:

FeSCN2+ (aq) + Na2HPO4(s)  →←       FePO4(s) + HSCN(aq)  +  2Na+(aq)

2. Percobaan Kedua

Kesetimbangan Besi (III) Tiosianat Yang Semakin Encer

a. Perbandingan tinggi tabung

Diasumsikan tabung satu sebagai tabung setandar sehingga dihitung dengan cara

   T1 = Tstandar/T2

    T2 = Tstandar/T3

     Dst.

b. Menghitung Konsentrasi FeSCN2+

 [FeSCN2+] = T x Konsentrasi standar

Data:

 Konsentrasi Fe3+ = 0,2 M

 Volume Fe3+ = 5 ml

 Konsentrasi SCN- = 0,002 M

 Volume SCN-  = 5 ml

ü n Fe3+  = M . V

          = 0,2  x 5

          = 1 mmol

ü n SCN  = M . V

            = 0,002 x 5

            = 0,01 mmol

     Fe3+(aq) +  SCN-(aq)   →←FeSCN2(aq)

Mula-mula :    1          0,01                –              
Bereaksi      : 0,01        0,01     –          0,01+

————————————————————-
Setimbang :  0,99  mmol   –    0,01 mmol

a. [FeSCN2+]0   =  n/Vtot

              =

              = 0,001 M

b. [FeSCN2+]1  = T1 x [FeSCN2+]0

              = 0,910 x 0,001

              = 0,00091 M

               = 9,1 . 10-4  M

c. [FeSCN2+]    = T2 x [FeSCN2+]0

              = 0,829 x 0,001

              = 0,000829 M

              = 8,29 . 10-4  M

d. [FeSCN2+]3  = T3 x [FeSCN2+]0

                   = 0,594  0,001 M

                   = 0,000594 M

                   = 5,94 . 10-4  M

e. [FeSCN2+]4 = T4  [FeSCN2+]0

                    = 0,239  0,001

                    = 0,000239 M

                    = 2,39 . 10-4  M

C. Perhitungan Konsentrasi Fe3+ mula-mula

Pengenceran  I

   M1.V1 = M2.V2

        M2  =  0.2 x 10 / 25

                = 0,08 M                      

 Pengenceran II

          M3 = 0,032 M          

           

Pengenceran III

          M4 =0,0128 M

 Pengenceran IV

          M5 =0,00512 M

d. Perhitungan Konsentrasi  Fe3+ setimbang

[Fe3+]  =  [Fe 3+]mula-mula FeSCN2+]setimbang

a. [Fe3+]stb1    = 0,08 – 0,00091

            = 7,909.10-2 M

b. [Fe 3+]stb2  = 0,032 – 0,000829

`         = 3,117.10-2 M

c. [Fe3+]stb3     = 0,0128  0,000594

            = 1,221.10-2 M

d. [Fe3+]stb4   = 0,00512 – 0,000239

           = 4,881.10-3 M

 

e. Perhitungan Konsentrasi SCN- setimbang

[SCN-]mula-mula = 0,002

[SCN-]setimbang = [SCN-]mula-mula   [FeSCN2+]setimbang

a. [SCN-]stb1   = 0,002  0,00091

                          = 1,09.10-3 M

b. [SCN-]stb2  = 0,002 – 0,000829

                          = 1,171.10-3 M

c.  [SCN-]stb3  = 0,002 0,000594

                          = 1,406.10-3 M

d. [SCN-]stb4   = 0,0020,000239

                          = 1,761.10-3 M

                                                               

f. Ka  = [Fe3+] [FeSCN-] [SCN-]

a. Ka1  = 7,909.10-2 x 9,1.10-4 x 1,09.10-3

             = 78,449 . 10-9

b. Ka2  = 3,117.10-2 x 8,29.10-4 x1,171.10-3

             = 30,259.10-9

c. Ka3  = 1,221.10-2 x 5,94.10-4 x 1,406.10-3

              = 10,197.10-9

d. Ka4  = 4,881.10-3 x 2,39.10-4 x 1,761.10-3

              = 20,543.10-10

  

G. PEMBAHASAN

Hanya sedikit reaksi kimia yang berlangsung satu arah. Kebanyakan merupakan reaksi reversibel. Pada awal proses reversibel, reaksi berlangsung maju ke arah pembentukan produk. Segera setelah beberapa molekul produk terbentuk, proses balik mulai berlangsung, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Nilai laju reaksi maju dan reaksi balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu, maka tercapailah kesetimbangan kimia. Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamik, artinya proses molekuler tetap berlangsung tetapi diimbangi dengan tidak terjadinya perubahan dari sifat mikroskopis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia, yaitu perubahan konsentrasi, perubahan tekanan, perubahan volume dan perubahan suhu. Sedangkan katalis hanya berfungsi sebagai suatu zat yang mempercepat tercapainya keadaan setimbang. Jika dilakukan pada sistem tertutup sehingga dapat dikatakan katalis tidak berpengaruh terhadap pergeseran kesetimbangan.

Pada percobaan ini, praktikum bertujuan untuk mempelajari reaksi kesetimbangan besi (III)-tiosianat. Terdapat dua percobaan dalam praktikum ini, yaitu percobaan reaksi kesetimbangan besi (III)-tiosianat dan percobaan reaksi kesetimbangan besi (III)-tiosianat yang semakin encer. Pada praktikum ini akan terlihat bagaimana pengaruh dari konsentrasi dan volume terhadap kesetimbangan kimia.

Pada percobaan pertama, yaitu kesetimbangan besi (III)-tiosianat, terjadi pencampuran antara larutan KSCN 0,002 M (kalium tiosianat) dengan larutan Fe(NO3)3 0,2 M (besi (III) nitrat) yang dibagi ke dalam empat tabung reaksi, dengan tabung pertama dijadikan tabung standar atau pembanding terhadap tabung lainnya. Pada reaksi ini, larutan KSCN sebelum ditetesi larutan Fe(NO3)3 memiliki warna yang bening, dan setelah ditetesi dua tetes Fe(NO3)3 menunjukkan perubahan warna menjadi merah. Warna merah ini disebabkan oleh adanya ion terkoordinasi FeSCN2+. Kesetimbangan anatar ion-ion FeSCN2+ yang tidak terurai dan Fe3+ dan SCN- dituliskan sebagai:

Fe3+(aq)      +    SCN-(aq)   →←                    FeSCN2+(aq)

kuning pucat tak berwarna  merah

Pada tabung kedua, ditambahkan KSCN pekat. Penambahan konsentrasi reaktan (SCN- (berasal dari penguraian KSCN)) yang bereaksi dengan ion Fe3+ akan menyebabkan kesetimbangan bergeser dari reaktan ke produk:

Fe3+(aq)      +    SCN-(aq)     →←                  FeSCN2+(aq)

Akibatnya, warna merah pada larutan bertambah pekat. Hal ini sesuai dengan hukum kesetimbangan, yaitu jika suatu reaksi setimbang mengalami penambahan konsentrasi, maka kesetimbangan akan bergeser menjauhi senyawa yang konsentrasinya lebih besar. Kemudian pada tabung ketiga, ketika larutan asal ditambahkan dengan tiga tetes larutan Fe(NO3)3, warna larutan berubah menjadi merah kecokelatan. Hal ini disebabkan karena ion Fe3+ tambahan dari Fe(NO3)3 akan menggeser kesetimbangan dari reatan ke produk. Baik K+ maupun NO3- ialah ion-ion pendamping yang tak bewarna. Pada tabung keempat, ditambahkan beberapa butir Na2HPO4. Natrium hidropospat terionisasi dalam air membentuk ion PO43-, yang terikat dengan ion-ion Fe3+ membentuk FePO4.

FeSCN2+(aq)   +   Na2HPO4     →←              FePO4(s) + HSCN(aq) + 2Na+(aq)

Pembentukan FePO4 menyebabkan jumlah ion Fe3+ berkurang dari larutan. Akibatnya lebih banyak satuan FeSCN2+ yang terurai sehingga kesetimbangan akan bergeser dari produk ke reaktan. Larutan berwarna merah akan berubah menjadi bening kekuning-kuningan karena terbentuknya FePO4.

Pada percobaan kedua, yaitu kesetimbangan besi (III)-tiosianat yang semakin encer, digunakan lima tabung reaksi di mana masing-masing tabung berisi larutan KSCN 0,002 M. Pada percobaan ini intensitas warna antara larutan yang satu dengan yang lain menunjukkan warna yang berbeda-beda setelah dilakukan pengenceran atau penambahan volume larutan. Tabung pertama dijadikan sebagai tabung standar berisi campuran antara KSCN dan Fe(NO3)3 0,2 M. Sedangkan pada tabung kedua, ketiga, keempat, dan kelima ditambahkan Fe(NO3)3 yang telah diencerkan. Tabung pertama yang ditambahkan Fe(NO3)3 memiliki warna merah pekat. Kemudian tabung pada tabung kedua yang telah mengalami pengenceran mempunyai warna merah pekat yang sedikit memudar. Tabung ketiga yang telah mengalami pengenceran lagi memiliki warna merah pekat yang memudar, tabung keempat yang juga mengalami pengenceran menunjukkan warna merah pekat yang semakin memudar. Dan tabung kelima yang telah mengalami pengenceran sebanyak empat kali memiliki perubahan warna menjadi merah. Perubahan warna larutan semakin memudar ini disebabkan karena perubahan volume berupa aquades yang ditambahkan untuk mengencerkan Fe(NO3)3. Penambahan volume juga berakibat pada berubahnya nilai konsentrasi. Ketika volume terus ditambah maka konsentrasipun akan menurun. Hal ini disebabkan karena pengenceran yang dilakukan menyebabkan molaritas larutan menjadi semakin kecil, sehingga semakin kecil pula konsentrasi pada Fe3+, yang menyebabkan SCN- yang bereaksi dengan Fe3+ semakin berkurang, dan semakin berkurang pula FeSCN2+ yang terbentuk setiap pengenceran. Konsentrasi awal Fe(NO3)3 sebelum pengenceran yaitu 0,2 M, dan setelah dilakukan pengenceran menurun berturut-turut menjadi 0,08 M (konsentrasi pada tabung kedua), 0,032 M (konsentrasi pada tabung ketiga), 0,0128 M (konsentrasi pada tabung keempat), dan 0,00512 M (konsentrasi pada tabung kelima).

Pada saat pembandingan dan penyetaraan konsentrasi atau dalam hal ini dapat dilakukan dengan penyetaraan intensitas warna tiap-tiap tabung memerlukan ketelitian yang tinggi. Penyetaraan warna harus dilakukan di tempat yang terang (memerlukan cahaya yang memadai), agar terlihat jelas perbedaan warna pada masing-masing larutan. Dalam penyetaraan warna tidak dapat diamati dari samping tabung, melainkan tabung reaksi harus dimiringkan sampai terlihat jelas perbedaan warna pada larutan. Penyetaraan warna antara tabung pertama (standar) dengan tabung kedua, ketiga, keempat, dan kelima dilakukan dengan cara mengurangi volume pada tabung pertama setetes demi setetes sampai didapatkan intensitas warna yang sama. Setelah mengalami pengurangan sebanyak empat kali, diperoleh tinggi larutan dalam tabung pertama berturut-turut 6,1; 5,8; 4,1 dan 1,7.

Untuk menghitung dan menentukan kesetimbangan dalam suatu sistem dapat diketahui dengan menghitung konstanta kesetimbangannya. Pada percobaan ini, tetapan kesetimbangan besi (III)-tiosianat dalam keadaan setimbang dapat dihitung dengan menggunakan tiga persamaan, yaitu:

Ka  = [Fe3+] [FeSCN-] [SCN-]

Kb  =  [Fe3+] [FeSCN2+] / [SCN-]

Kc  =  [FeSCN2+]/  [Fe3+] [SCN-]

Secara teoritis, ada empat faktor yang mempengaruhi kesetimbangan. Namun, hanya perubahan suhu yang dapat mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Perubahan konsentrasi, tekanan dan volume dapat mengubah konsentrasi-konsentrasi kesetimbangan dari campuran bereaksi, tetapi ketiga faktor ini tidak dapat mengubah konstanta kesetimbangan apabila suhunya tidak berubah. Sehingga nilai dari suatu kesetimbangan adalah konstan. Namun dari hasil analisis data diperoleh nilai Ka, Kb dan Kc yang berbeda-beda atau menunjukkan  nilai yang tidak konstan. Ketidakkonstanan nilai ketetapan pada praktikum ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu praktikan kurang teliti dalam menyamakan intensitas warna larutan, praktikan kurang cermat dalam mengukur volume dari bahan-bahan yang digunakan dan kurangnya keahlian dalam melakukan pengenceran.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa pada saat kesetimbangan, semua reaktan dan produk berada dalam sistem reaksi. Kesetimbangan dipengaruhi oleh konsentrasi dan volume zat yang ditambahkan saat pencampuran dan pengenceran. Pengenceran atau penambahan volume dapat menyebabkan nilai konsentrasi pada larutan menurun atau berkurang. Peningkatan konsentrasi reaktan (Fe3+ atau SCN-) akan menggeser kesetimbangan ke arah produk, dan penurunan reaktan Fe3+ akan menggeser kestimbangan ke arah reaktan.

                        DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004.Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Gold, Berg David E. 2007. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.

Keenan. 1989. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Oxtoby, David W. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.

Purwoko, Agus Abhi. 2006. Kimia Dasar I. Mataram: Mataram University Press.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar.

http://www.kimiapost.net/?m=1

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar