Dapatkah hewan bermigrasi ribuan mill melalui udara? Bisa. Banyak burung yang telah membuktikannya baik dengan kemampuan sistem tubuhnya atau lainnya. Tapi bagaimana dengan capung? Hewan yang hanya seberat miligram yang sangat mustahil dengan energi yang ia punya dapat bermigrasi ribuan mill.
Lalu, Dapatkah capung bermigrasi ribuan mil melintasi Samudra Hindia, dari India melalui Maladewa ke Afrika, dan kembali lagi? Sebuah tim peneliti internasional telah menggunakan model dan simulasi untuk mengetahui apakah hipotesis itu benar.
Capung globe skimmer terlalu kecil untuk dipasangi pemancar. Sebagai gantinya, para peneliti memeriksa aspek fisiologisnya dan menghitung berapa lama capung globe skimmer dapat bertahan di udara menggunakan energi yang dapat disimpan di dalam tubuhnya. Selain itu, para peneliti menggunakan model angin meteorologi untuk menentukan apakah ada angin yang dapat memfasilitasi migrasi di kedua arah.
“Studi kami menunjukkan bahwa migrasi dari India ke Afrika Timur ini sebenarnya mungkin. Namun, capung globe skimmer tidak dapat mengelolanya hanya dengan menggunakan lemak yang dapat disimpannya di dalam tubuhnya. Ini juga membutuhkan angin yang baik dan ini hadir selama periode tertentu. tahun ini,” kata Johanna Hedlund, peneliti biologi di Universitas Lund.
Menurut percobaan migrasi simulasi menggunakan model angin, sekitar 15 persen capung dapat mengatur migrasi dari India ke Afrika pada musim semi. Di musim gugur, 40 persen bisa melakukan perjalanan yang sama ke arah yang berlawanan.
Johanna Hedlund dan rekan-rekannya menganggap capung bisa melakukan ini semua. Yang lebih mengesankan adalah fakta bahwa migrasi capung dunia melintasi Samudra Hindia adalah yang terpanjang di dunia hewan dalam kaitannya dengan ukuran hewan.
“Kami semakin dekat untuk memecahkan misteri bagaimana capung kecil, yang hanya berbobot 300 miligram, dapat melintasi 2.000 kilometer laut lepas,” kata Johanna Hedlund.
Hewan lain juga bergantung pada kondisi angin yang menguntungkan ketika mereka bermigrasi. Dua contohnya adalah elang amur dan burung kukuk Jacobin, yang juga terbang melintasi Samudra Hindia. Para peneliti di balik penelitian tersebut memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat mempengaruhi kemungkinan burung-burung ini dan capung dunia skimmer di masa depan. Ada risiko bahwa pola angin akan berubah ketika permukaan air menjadi lebih hangat.
Para peneliti menganggap bahwa penelitian ini penting dalam beberapa hal. Ini menciptakan pemahaman tentang jarak yang dapat ditempuh oleh salah satu migran terkecil di dunia hewan, meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana hewan yang bermigrasi dapat menyebarkan penyakit, dan juga berkontribusi pada layanan ekosistem di lokasi yang tersebar luas di seluruh dunia.
Jurnal Referensi:
- Johanna S. U. Hedlund, Philipp Lehmann, Hua Lv, Gao Hu, R. Charles Anderson, Jason W. Chapman. 2021. Unraveling the World’s Longest Non-stop Migration: The Indian Ocean Crossing of the Globe Skimmer Dragonfly. Frontiers in Ecology and Evolution, 2021; 9 DOI: 10.3389/fevo.2021.698128
Tinggalkan komentar