Beberapa Fenomena cahaya alam yang terjadi beserta alasan ilmiahnya, yaitu airglow, aurora, raylight scattering dan lain-lain. Perbedaan Airglow, Aurora dan Raylight scattering
Baca juga: Burung dapat melihat sinar UV dan gelombang cahaya
Fenomena Alam Airglow, Aurora dan Raylight scattering
Berikut perbedaan dan alasan ilmiah terbentuknya Airglow, Aurora dan Raylight scattering
1. Airglow
Airglow adalah Pancaran sinar warna-warni yang berasal dari spectrum warna atom atau molekul yang terkesitasi oleh radiasi UV sinar matahari di atmosfer .
Fenomena airglow pertama kali ditemukan pada tahun 1868 oleh Anders angstrom, ilmuan asal swedia. Angstrom menemukan berbagai macam reaksi kimia yang menghasilkan energy elektromagnetik di zona yang kemudian disebut airglow.
Mekanisme terjadinya airglow, Airglow terbentuk di sekitar ketinggian 60-65 mil (100KM) yang melibatkan eksitasi atom dan molekul.
Bagaimana Airglow terbentuk
Penjelasan sederhananya yaitu ketika Partikel – partikel di atmosfer seperti Nitrogen dan oksigen berintraksi dengan radiasi sinar ultraviolet (UV) . Intraksi tersebut membuat atom-atom di atmosfer saling menghantam dan memancarkan spectrum cahaya berwarna. Penampakan sinar warna warni yang lembut tersebut disebut airglow .
Misalnya: eksitasi molekul , ketika sebuah atom nitrogen bereaksi dengan Oksigen yang merupakan Atom bebas membentuk Nitro-okside (NO). Reaksi tersebut memancarkan foton dengan gelombang dan karakteristik molekul NO yang berbeda pula. Elemen lain yang juga dapat menghasilkan spectrum cahaya berwarna di udara seperti Natrium (NA) , Lithium dan Hidroksil (OH) .
Jika dilihat dari bumi, airglow Nampak seperi aurora yang dapat dilihat diseluruh dunia di langit yang cerah . Namun, Airglow tidak dapat terlihat di siang hari karena cahaya matahari begitu terang di permukaan bumi.
Perbedaan warna yang tampak disebabkan oleh atom-atom atau molekul yang terlibat dalam reaksi tersebut.
- Warna Merah atau bercampur dengan warna hijau di ketinggian 90-185 mil (150-300 km). Partikel yang mengeluarkan warna tersebut diketahui yaitu radikal –OH (Hidroksil) yang diketahui melalui proses yang disebut chemoluminescence ketika ie bereaksi dengan oksigen dan nitrogen. Reaksi Chemoluminescince juga terjadi ketika molekul oksigen dan Nitrogen dipisahkan oleh sinar ultraviolet dan bergabung kembali membentuk NO.
- Warna Kuning, diketahui berasal dari atom Natrium pada ketinggian 57 mil(92 km) . Natrium tersebut diketahui berasal dari pecahan dan penguapan mineral meteorid ketika terbakar diatmosfer
- Warna biru , merupakan emisi lemah dari molekul oksigen yang tereksitasi pada ketinggian 59 mil ( 95 Km) .
2. Aurora
Aurora adalah pancaran spectrum cahaya dari reaksi partikel- partikel di udara di langit lintang tinggi sebagai akibat dari reaksi antara angin matahari dengan medan magnet bumi. Sekilas pemandangan aurora sama seperti yang terjadi pada airglow yaitu karena adanya perbedaan komposisi gas partikel di udara yang memberikan pemandangan berbeda. Namun secara proses terjadinya tidaklah sama dengan airglow dalam beberapa hal.
Perbedaan Airglow dengan Aurora, yaitu:
- Airglow dapat terjadi kapan saja dan bergantung pada jumlah komposisi partikel di atas atmosfer. Sedangkan aurora terjadi saat Matahari memuntahkan energy yang besar atau yang disebut angin matahari yang mampu menembus magnetosfer bumi .
- Airglow dapat terlihat di seluruh dunia karena berada pada lingkaran horizon bumi. Sedangkan Aurora dipengaruhi oleh medan magnet bumi, sehingga hanya akan tampak didaerah atmosfer lintang tinggi atau didaerah kutub .
- Airglow berbentuk seperti lapisan berwarna-warni yang diam. Sedangkan Aurora membentuk helaian sebagai akibat pembelokan oleh medan magnet bumi ke arah kutub.
Proses terjadinya Aurora
- Cahaya kuning dianggap sebagai angin matahari dan
- Garis biru aurora sebagai medan magnet bumi.
- Partikel angin matahari dibelokkan membentuk aurora
Proses aurora dimulai ketika Matahari memuntahkan energi yang cukup besar yang disebut sebagai angin matahari dan menghantam magnetosfer bumi. Partikel-partikel angin matahari dibelokkan dan sebagian ditarik menuju kutub medan magnet bumi yang kemudian bereaksi dengan partikel – partikel gas lain di atmosfer sehingga memberikan pemandangan cahaya yang disebut aurora.
3. Raylight scattering
Warna biru langit karena hamburan sinar marahari dari molekul atmosfer, pada panjang gelombang pendek. karena itu cahaya yang tersebar di bumi pada sudut pandang yang besar dari titik cahaya matahari, berada pada ujung biru spectrum atau langit biru lebih terlihat jenuh ketika melihat sudut yang lebih jauh dari titik matahari. Sehingga dapat dikatakan bahwa hamburan putih didekat matahari dikaitkan dengan hamburan yang tidak bergantung pada panjang gelombang .
Reylight mengacu pada hamburan cahaya dari molekul – molekul udara . hamburan dari molekul dan partikel yang sangat kecil. Raylight scattering dianggap sebagai hamburan elastic karena energy foton dari photon yang tersebar tidak berubah. Relight Raman hamburan di mana foton yang tersebar mmiliki energy foton yang lebih tinggi atau lebih rendah , yang biasanya melibatkan mod vibrasi dari molekul.
Ketika cahaya melewati kerapatan berbeda dari partikel yang tersebar di udara, cahaya melengkung – atau berpendar dan saling memantulkan spectrum dari partikel-partikel kecil di udara. Sehingga pada siang hari, partikel – partikel di atmosfer menyebarkan sinar matahari dan gelombang biru tidak diserap, tetapi dipantulkan. Ketika matahari terbenam, hal yang sama terjadi namun karena sudut matahari dan kerapatan volume gas, cahaya kemerahan Nampak dari panjang gelombang yang lebih panjang dalam spectrum cahaya.
Demikian artikel tentang Perbedaan Airglow, Aurora dan Raylight scattering. Semoga menambah wawasan
Sumber:
- Kafeastronomi.com
- Universetoday.com
- Atoptics.co.uk
- Hyperphysics.phy-astr.gsu.edu
Tinggalkan komentar