BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis di Indonesia saat ini sangatlah pesat dan menyebabkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaan, dengan kondisi ini perusahaan harus berusaha mengikuti perkembangan agar dapat mempertahankan Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat manfaat informasi harga pokok produksi adalah untuk menetukan harga jual produk serta penentuan harga pokok persedian produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca.
Perhitungan harga pokok dilakukan dengan menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi, sedangkan harga pokok produksi per unit ditentukan dengan membagi seluruh total biaya produksi dengan volume produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan. Cara seperti ini yang harus digunakan apabila berhubungan dengan prinsip akuntansi, mempengaruhi baik jumlah harga pokok produk maupun cara penyajiannya dalam laporan rugi laba (Lasena,2013). Penjelasan tersebut diatas, sudah jelas mengatakan bahwa Harga Pokok menjadi permasalahan yang sangat serius untuk segera di atasi.
Masalah manajemen yang tidak kalah pentingnya dengan masalah-masalah akuntansi lainnya adalah pengambilan keputusan untuk memberi/menentukan harga jual dari pokok perusahaan, masalah ini sering kali sangat rumit dan sukar menentukannya. Banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan tentang penentuan harga jual baik dari dalam perusahaan seperti biaya produksi dan biaya lain yang relevan, laba yang diinginkan, tujuan perusahaan dan sebagainya.
Sedang faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi penentuan harga jual di antaranya persaingan, luas pasar, sifat produk dan sebagainya. Penentuan harga jual seringkali tidak bisa sekali diambil untuk digunakan seterusnya. Dengan beberapa kali revisi akan membuat harga jual betul-betul bisa digunakan sesuai dengan keinginan dan tujuan perusahaan.
Penentuan harga jual yang salah sering berakibat fatal pada masalah keuangan perusahaan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha perusahaan misalnya: kerugian yang terus menerus atau menimbunnya prosuksi di gudang karena macetnya pasaran
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Harga Pokok Produksi Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual ?
2. Apa Pengertian Harga Jual ?
3. Bagaimana Implementasi Harga Pokok Produksi Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Pada CV Harapan Inti Usaha Palembang ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Harga Pokok Produksi Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual
2.1.1 Harga Pokok Produksi
Menurut Raiborn dan Michael (2011, h. 56) harga pokok produksi (cost of goods manufactured) atau (CGM) adalah total produksi biaya barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer ke dalam persediaan barang jadi selama sebuah periode.
Horngren (2008, h. 45) harga pokok produksi adalah biaya yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode berjalan.
Hansen dan Mowen (2006, h.48) adalah “Harga pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tertentu”.
Dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi dan harus dikeluarkan untuk mengolah dan membuat bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar unsur-unsur biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Menurut Hansen dan Mowen (2006, h.50 h.51) Unsur-unsur biaya produksi adalah :
a. Biaya Bahan Baku Langsung Bahan baku langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi
c. Biaya Overhead Pabrik Semua biaya produksi selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan ke dalam satu kategori yang disebut ongkos overhead.
2.1.2 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi
Unsur-unsur yang melekat pada harga pokok produksi terdiri atas :
(1) bahan baku,(2) tenaga kerja langsung, (3) overheadpabrik (Sodikin dan Bogat Agus Riyono, 2012, h.280).
1) Bahan Baku
Menurut Widilestariningtyas, dkk (2012, h.03) bahan baku adalah: “Bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Contohnya adalah kayu yang digunakan untuk membuat mebel dan minyak mentah yang digunakan untuk membuat bensin.”
2) Tenaga Kerja Langsung
Menurut Sodikin dan Bogat (2012, h.280) biaya tenaga kerja langsung adalah: “Tenaga yang memiliki kinerja langsung terhadap proses pengolahan barang, baik dengan menggunakan kemampuan fisiknya maupun dengan bantuan mesin-mesin. Tenaga kerja langsung memperoleh kontraprestasi yang disebut upah dan dikategorikan sebagai upah tenaga kerja langsung. Jadi upah tenaga kerja langsung adalah semua kontraprestasi yang diberikan kepada tenaga kerja langsung.”
3) Biaya Overhead Pabrik
Menurut Sodikin dan Bogat (2012, h.280) overhead pabrik merupakan: “komponen harga pokok produksi yang timbul dalam proses pengolahan yang tidak dapat digolongkan dalam bahan baku dan tenaga kerja langsung.”
2.1.3 Metode Harga Pokok Produksi
Menurut Menurut Carter dan Usry (2006, h. 123) metode yang digunakan dalam menentukan harga pokok produksi menggunakan metode harga pokok pesanan (job order costing) dan metode harga pokok proses (process costing).
Dalam perusahaan yang memproduksi atau menjual lebih dari satu produk atau jasa (berdasarkan pesanan), dalam suatu proses produksi dapat dihasilkan dua jenis produk atau lebih. Karena berbagai produk tersebut berasal dari proses pengolahan yang sama, timbul masalah pengalokasian biaya bersama (joint cost) kepada berbagai produk yang dihasilkan tersebut.Pengertian biaya bersama menurut
Mulyadi (2005, h.333) yaitu “Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen baik dalam perusahaan yang kegiatan produknya berdasarkan pesanan maupun kegiatan kegiatan produknya dilakukan secara massa”.
Selanjutnya menurut Mulyadi (2005, h.336) untuk mengalokasikan biaya bersama pada tiap-tiap produk bersama dapat digunakan salah satu metode dari empat metode, yaitu:
1. Metode Nilai Jual Relatif
2. Metode satuan fisik
3. Metode Rata-Rata Biaya per Satuan
4. Metode Rata-rata Tertimbang
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Menurut Widilestariningtyas, dkk (2012, h.15) metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua metode yaitu :
1. Full costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
2. Variable costing
Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variabel.
2.2 Pengertian Harga Jual
Dalam Karjono (2011) Definisi harga pokok penjualan menurut Carter dan Usry hal. 14 adalah: “harga pokok yang melihat dari biaya biaya standar suatu produk yang dianggarkan akan dijual dalam estimasi penjualan yang realistis berdasarkan analisis atas penjualan dimasa lampau dan penjualan pasar saat ini.”
Harga merupakan satu hal penting, dimana harga merupakan komponen besar dari kepuasan konsumen, dan nilai produk adalah apa yang dirasakan konsumen, jadi pembeli membantu menetapkan nilai dari produk. Dari sudut pandang produsen, harga tentu saja mempunyai peranan yang sangat penting. Laba yang akan diperoleh perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan sangat ditentukan oleh seberapa besar pendapatan yang mereka peroleh, dan ini tergantung dari berapa banyaknya jumlah produk yang terjual. Banyaknya jumlah penjualan produk sangat di pengaruhi oleh harga jual produk itu sendiri. Jadi harga jual merupakan hal penting atas suatu produk yang dijual baik bagi produsen, maupun bagi konsumen.
Harga adalah nilai barang atau jasa yang diungkapkan dalam satuan rupiah atau satuan uang lainnya. Sedangkan harga jual adalah nilai yang dibebankan kepada pembeli atau pemakai barang dan jasa. Dalam hal ini harga jual merupakan suatu yang dapat digunakan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang dan jasa serta pelayanannya.
Dalam pengarnbilan keputusan dalam menetapkan harga jual suatu produk atau jasa, perusahaan mempunyai tujuan dan sasaran tertentu, baik itu untuk tujuan dan sasaran jangka panjang maupun pendek. Hal ini dimaksudkan agar berkelangsungan hidup suatu perusahaan dapat terjaga dan dapat ditingkatkan untuk masa-masa akan datang.
Pada prinsipnya rumus penentuan harga jual adalah “Harga Jual = Biaya produksi + Biaya nonproduksi + Laba yang diharapkan
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa harga jual merupakan biaya penuh ditambah biaya wajar atau laba yang diinginkan oleh perusahaan yang dibebankan kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan.
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual
Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual, baik dipandang dari barang yang akan dijual atau pasarnya dan tak kalah pentingnya adalah biaya untuk membuat barang tersebut. Secara singkat berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga jual adalah:
1. Faktor pertama yang mempengaruhi harga untuk mendapatkan laba yang diinginkan :
· Apakah pengambilan modal (return on capital0 sudah mencukupi
· Berapa yang dibutuhkan untuk membayar deviden
· Berapa laba yang dibuuhkan untuk perluasan(ekspansi)
· Berapa trend penjualan yang diinginkan
2. Faktor kedua : faktor produk atau penjualan produk tersebut:
· Apakah volume penjualan tersebut betul-betul bisa direalisir.
· Apakah ada diskriminasi harga
· Apakah ada kapasitas menganggur
· Apakah harga tersebut logis untuk diterapkan
3. Faktor ketiga : adalah faktor biaya dan produk tersebut ;
· Apakah biaya variabel atau tetapnya tinggi
· Apakah harga tersebut merupakan harga pertama (perdana) apakah penggunaan modal sudah efektif
· Apakah ada biaya bersama karena ada produk campuran ( biayanya menjadi satu untuk lebih dari satu produk)
4. Faktor keempat ; adalah faktor dari luar perusahaan (konsumen):
· Apakah permintaan pada produk tersebut elastis atau in elastis
· Siapa langganan yang akan dicapai, muda/mudi, orang tua, orang kaya, orang sederhana dan sebagainya.
· Apakah produknya yang dipasar homogen atau hiterogen
· Persaingan tajam atau tidak.
Harga jual akan berubah jika unsur-unsur harga jual mengalami perubahan. Jadi, semakin besar harga jual yang dikeluarkan perusahaan, semakin besar laba yang diperoleh perusahaan. Dan sebaliknya semakin kecil harga jual yang dikeluarkan perusahaan maka semakin kecil laba yang diperoleh perusahaan. Sehingga dikatakan bahwa harga jual berpengaruh terhadap laba. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual, baik dipandang dari barang yang akan dijual atau pasarnya dan tak kalah pentingnya adalah biaya untuk membuat barang tersebut.
Dalam hubungannya dengan penetapan harga jual, tujuan dan sasaran dari penetapan harga atau tarif adalah:
1. Untuk mencapai target dalam pengambilan keputusan
2. Untuk mencegah persaingan
3. Untuk mendapatkan laba maksimum
4. Untuk menstabilkan harga
5. Untuk mempertahankan atau memperbaiki market share.
Tujuan penetapan harga atau jasa yaitu : Penetapan harga bertujuan mengeruk uang sebanyak-banyaknya, mendapatkan uang tunai secepat mungkin, mendapatkan rate of turn yang memuaskan dan meningkatkan penjualan seluruh produk.
Tujuan penetapan harga pada perusahaan adalah :
1. Penetapan harga untuk laba maksimal
Penetapan harga adalah suatu tujuan yang paling lazim dalam suatu perusahaan yaitu memperoleh laba yang maksimal. Para ahli ekonomi menyusun suatu model yang cukup indah untuk menetapkan harga guna memaksimalkan laba. Model ini didasarkan pada pengetahuan tentang fungsi permintaan dan harga untuk produk yang bersangkutan.
2. Penetapan harga untuk merebut saham pasaran
Perusahaan juga dapat memutuskan harga untuk memaksimalkan laba, makin banyak perusahaan beranggapan bahwa keuntungan jangka panjang akan meningkatkan dengan bertambahnya saham dipasaran.
3. Penetapan harga untuk pendapatan nasional
Suatu perusahaan hendaknya menetapkan harga yang dapat memaksimalkan pendapatan dari hasil penjualan sekarang. Hal ini merupakan soal menentukan kombinasi harga atau kuantitas yang menghasilkan pendapatan penjualan terbesar. Perusahaan berminat untuk secara tepat dan cepat menghasilkan dana secara tunai, mungkin karena sedang harus mencari dana, atau karena menganggap masa depan kurang menentu sehingga tidak membenarkan pembinaan secara besar.
4. Penetapan harga untuk sasaran laba
Ada sementara perusahaan mengungkapkan tujuan penetapan harga adalah mencapai tingkat hasil laba (rate of return) yang memuaskan. Akibatnya, sekalipun harga yang lain akan dapat menghasilkan tingkat laba yang yang besar dalam jangka panjang, perusahaan akan merasa memperoleh hasil yang konvensional dengan membandingkan suatu tingkatan investasi dan resiko tertentu. Penetapan harga seperti itu adalah penetapan harga saham (target pricing) untuk jangka pendek tanpa melihat atau mennperhitungkan sasaran jangka panjang.
5. Penetapan harga untuk promosi
Adakalanya satu perusahaan menetapkan harga khusus untuk mempromosikan penjualan semua produknya dan bukan untuk mendapatkan laba dari jenis produknya. Contohnya ialah penetapan harga pemuka (loss leader pricing) dengan memasang harga murah untuk suatu produk yang benar, dengan maksud untuk menarik sejumlah besar pembeli dan diharapkan mereka membeli pula produk-produk lainnya.
Contoh lainnya adalah penetapan harga prestice yaitu menetapkan harga mahal untuk jenis produk tertentu dengan maksud meningkatkan citra mutu dari seluruh jajaran produknya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat harga jual akan menggerakkan perusahaan pada pencapaian laba optimal, ketidakakuratan informasi dapat mengakibatkan kesalahan dalam penetapan harga, apakah terlalu tinggi atau terlalu rendah. Penetapan harga yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dengan produk / jasa yang sejenis di pasar. Sedangkan penetapan harga terlalu rendah dapat mengakibatkan minimnya laba yang dihasilkan atau kerugian. Secara umum penetapan harga jual untuk mengoptimalkan pertumbuhan perusahaan, serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
2.2.2 Situasi harga
Situasi tersebut terdiri dari tiga faktor yang merupakan ringkasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan harga jual yaitu :
1. Laba dan tujuan-tujuan lain
Faktor-faktor lain selain pasar dan biaya bisa dimasukkan dalam faktor ketiga ini.
2. Situasi pasar : disini meliputi konsumen,sifat produk,sifat pasar dan sebagainya.
3. Biaya produksi dan operasi
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membuat barang (produk) dan biaya produk tersebut bisa sampai ketangan konsumen.
Dengan demikian ringkasan situasi-situasi tersebut bisa di gambar sebagai berikut :
Biaya produksi
Dan operasi
Harga Jual Laba dan faktor-faktor lain
Situasi Pasar
4. Menstabilkan har
2.2.3 Metode Penetapan Harga Jual
Charles T, Horngen (2008, h.350) mengatakan bahwa terdapat empat metode penentuan harga jual, yaitu :
1. Penentuan Harga Jual Normal (Normal Pricing)
Metode penentuan harga jual normal seringkali disebut dengan istilah cost-plus pricing , yaitu penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk.
2. Penentuan Harga Jual dalam Cost-type Contract (Cost-type Contract Pricing)
Cost-type Contract adalah kontrak pembuatan produk dan jasa yang pihak pembeli setuju membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya yang sesungguhnya.
3. Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus (Special Order Pricing)
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan diluar pesanan regular perusahaan.
4. Penentuan harga jual produk yang dihasilkan perusahaan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Penentuan harga jual berdasarkan biaya penuh masa yang akan datang ditambah dengan laba yang diharapakan.
Berbagai jenis perusahaan dengan berjenis kebijaksanaan manajemen. Salah satu kebijaksanaan yang penting adalah keputusan untuk memberi harga jual pada produknya yang profitable dan marketable. Penentuan harga jual ini banyak faktor-faktor yang mempengaruhi selain cost dari pembuatan produk itu sendiri. Harga jual ini harus disesuaikan dengan jenis perusahaan, produk dan pasarnya. Ada bebrapa metode penentuan harga jual tetapi yang sering digunakan ada 5 metode sebagai berikut:
1. Gross Margin Pricing
Metode penetuan harga jual dengan proses margin pricing pada umumnya tepat diguanakan oleh perusaahaan perdagangan di mana jenis perusahaan ini tidak membuat sendiri produk yang dijual sehingga tidak banyak aktiva tetap yang diguanakan. Caranya dengan menentukan persentase tertentu diatas harga (cost) produk yang dibeli,persentase ini disebut “mark on Prosentage” atau “Mark up”.
Persentase ini meliputi dua komponen yaitu bagian untuk menutup biaya operasi dan bagian yang merupakan laba yang diinginkan. Persentase Markup besarnya berbeda-beda antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Perusahaan yang mempunyai resiko besar akan menentukan persentase markup ini relative lebih besar dibanding dengan perusahaan yang resikonya tidak begitu besar.
Berbagai macam faktor yang mempengaruhi besarnya markup,diantaranya ;
· Musiman /tidak produksinya
· Biaya operasinya tinggi/rendah
· Aktiva (modal) yang digunakan besar/tidak
· Persaingan tajam/tidak
· Dan sebagainya.
Penetuan harga jual dengan metode ini penentuannya relatif mudah,yaitu dengan menentukan cost barang yang dijual ditambah markup yang diinginkan perusahaan jadi bisa dirumuskan sebagai berikut :
Cost Produk+(%se Markup × dasar penentuan Markup)
2. Direct Cost Pricing
Perusahaan-perusahaan yang menjul produknya di pasar yangb persaingannya tajam (persaingam sempurna) mendasarkan harga jual dengan memperhitungkan semua biaya (full cost) yaitu baik biaya variabel maupun biaya tetap seringkali kurang tepat. Harga jual dengan mendasarkan pada full cost akan kaku dan mungkin malah tidak laku produknya, dalam keadaan demikian perusahaan sebaiknya hanya memperhitungkan biaya variabel saja, tetapi bagaimanapun untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan semua biaya harus tercover (tertutup) untuk itu umumnya metode ini diterapkan pada produk yang diprodusir tetapi melibihi daya serap pasar ( produk dari kapasitas yang menganggur) yang kemudian produk ini dipasarkan dipasar yang berbeda, dengan catatan itu tidak merusak pasaran produk dipasaran bebas.
Secara simple dapat dijabarkan dalam formula sebagai berikut:
( biaya produksi variabel + biaya lain-lain variabel ) + (%yang diinginkan x dasar penentuan harga)
|
3. Full Cost Pricing
Penentuan harga jual dengan metode ini hampir sama dengan penentuan harga jual dengan metode Direct Cost Pricing. Perbedannya terletak pada dasar pembebanan costnya kalau dalam “Direct Cost Pricing “ hanya biaya-biaya variabel saja sebagai dasar perhitungan harga jual tetapi dalam metode ini semua jenis biaya dipakai sebagai dasar untuk menentukan harga jual.
4. Time and Material Pricing
Dalam pembicaraan penentuan harga jual hampir semuanya mempunyai langkah yang sama, pertama menghitung cost produk, kemudian menambah persentase tertentu untuk laba. Pendekatan yang lain dari penentuan harga jual yang disebut” Time and Material Pricing”. Dalam metode ini tarif tarif tertentu ditentukan dari upah langsung dan tarif lainnya dari bahan baku masing-masing, tarip ini dijadikan satu ditambah jumlah tertentu dari biaya tak langsung serta laba yang di inginkan. Metode ini kebanyakan digunakan untuk perusahaan-perusahaan jasa seperti : reparasi mobil, percetakan, reparasi Tv, dan juga perusahaan profesional seperti Kantor Notaris, Konsultan-konsultan dan sebagainya.
Yang dimaksud “time” dalam metode ini ditunjukkan oleh tarip per jam/per waktu dari tenaga kerja, di mana tarip labor ini merupakan :
1. Upah langsung dan premi-premi pada karyawan.
2. Bagian yang layak dan berhubungan dengan upah tenaga kerja
3. Bagian untuk laba.
Yang dimaksud “material” adalah semua beban yang dimasukkan dalam faktur pembelian material yang digunakan untuk job (pekerjaan) tertentu ditambah handling dari material tersebut serta laba dari penggunaan material. Beban-beban material ini biasanya ditentukan dengan persentase tertentu dari cost material. Dengan menentukan “time” dan “material” tersebut maka dengan mudah perusahaan bisa menentukan harga jual suatu job (produk) perusahaan.
5. Capital Employed Pricing.
Metode ini prosedurnya dengan menentukan persentase Mark-up tertentu dari capital employed, yaitu capital ( cosset ) yang di anggap mempunyai peranan dalam memprodusir barang ( produk).
Caranya adalah dengan menggunakan rumus (formula) sebagai berikut :
Total cost + (% se + aktiva tetap )
Harga Jual = Volume penjualan dalam unit
1 – ( %se x aktiva lancar)
|
Atau
Total cost + (% + total capital employed )
Harga jual =
Volume penjualan dalam unit
|
Atau
2.2.4 Strategi Penetapan Harga Jual Produk
Manajemen perusahan memiliki berbagai hal untuk dipikirkan dan dilakukan guna mencapai tujuannya. Salah satu hal penting yang harus selalu diingat oleh setiap pengelola perusahaan adalah bahwa perusahaan tidak sendirian ketika beroperasi disuatu wilayah tertentu. Perusahaan selalu memiliki pesaing ,sehingga harus membangun strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan disuatupasar tertentu.tanpa memenangkan persaingan , maka tujuan dari perusahaan tersebut tidak akan tercapai . karna itu , diantara berbagai fungsi manajemen yang paling penting adalah fungsi manajemen strategis .
Terdapat begitu banyak strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan. Diantara berbagai konsep strategi yang ada , salah satunya adalah konsep strategi kompetitif yang menekankan keunggulan biaya .
Keunggulan biaya mrupakan strategi kompetitif yang dapat membuat perusahaan sukses dengan membuat produk atau jasa pada biaya yang paling rendah dalam industry. Perusahaan akan menghadapi pesaing dengan cara membuat produk pada biaya paling rendah . cost leader menghasilkan laba yang cukup pada harga yang rendah, sehingga membatasi pertumbuhan persaingan dalam industry melalui keberhasilan dalam perang harga dan merusak profitabilitas pesaing. Cost leader umumnya memiliki pasar yang relatif besar dan cenderung menghindari segmen pasar yang kosong dengan menggunakan keunggulan harga untuk menarik pasar.
Perusahaan yang memiliki biaya sebagai basis strateginya dalam bersaing harus memahami dengan baik klasifikasi biaya dan prilaku dari setiap jenis biaya tersebut. Melalui pengenalan yang baik terhadap prilaku biaya dan hubungannya dengan berbagai unsure lain dalam organisasi manajemen dapat memetik manfaatnya dalam membangunstrategi yang cepat. Salah satu persoalan rumit yang dihadapi oleh manajemen perusahaan adalah menetapkan harga jual produk perusahaan, karna hal ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan dalam menccapai tujuannya. Tetapi menetapkan harga jual yang dianggap tepat bukanlah perkara mudah . penetapan harga jual produk memerlukan analisis pasar, analisis pesaing , analisis statistic , analisis prodksi . penetapan harga jual produk memerlukan berbagai pertimbangan yang terintegrasi. Mula dari biaya prodksi, biaya operasi , target laba yang diinginkan perusahaan , daya beli masyarakat , harga jual pesaing , kondisi perekonomian secara umum, elastisitas harga produk dan sebagainya.
Walaupun terdapat banyak aspek yang dipertimbangan oleh perusahaan dalam menentukan harga jual produk , sering kali factor biaya dijadikan titik tolak dalam penetapan harga jual produk . kebijakan harga jual produk dan biaya akan selalu berubah-ubah sejalan dengan perubahan biaya produk serta kondisi pasar .
Secara umum , ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan harga jual produk dengan berbasis pada besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan, yaitu metode :
1. Maksimalisasi laba
Secara umum , tujuan didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk manghassilkan laba maksimal dalam jangka panjang. Laba usaha perunit produk yang besar tetapi tidak diimbangi dengan volume penjualan produk yang optimal, jelas hanya akan menghasilkan laba usaha total yang tidak optimal. Sebaliknya, laba usaha perunit produk yang kecil tetapi diimbangi dengan penjualan produk dalam volume yang besar, mungkin juga tidak akan menghasilkan laba usaha total sepertiyang diharapkan.
Jika factor harga jual akan berpengaruh secara nyata terhadp volume penjualan secara nyata terhadap volume penjualan sangat diperlukan untuk melihat alternatif harga jual dan volume pejualan sangat diperlukan untuk melihat alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan . kombinasi antara harga jual dan volume penjualan yang paling menguntungkan harus dipilih untuk melihat dampak optimalnya terhadp perolehan laba usaha perusahaan .
2. Tingkat pengembalian atas modal yang digunakan
Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para penenanam modal atau investor mengharuskan perusahaan menggunakannya sebagai dasar untuk menetapkan harga jual produk pada kapasitas produksi yang dimiliki.
3. Biaya konversi
Jika suatu perusahaan membuat lebih dari satu produk dengan komposisi biaya yang berbeda satu dengan yang lainnya, maka perusahaan tersebut dapat mempertimbangkan untuk membuat pilihan produksi yangg paling menguntungkan. Artinya, jika memiliki dua produk dengan jumlah laba per unit yang sama anatara satu produk dengan lainnya, maka perusahaan harus melihat komposisi biaya di antara kedua produk. Dengan melihat dan menganalisis komposisi biaya masing-masing produk, perusahaan dapat mimilih untuk membuat salah satu produk saja yang memberikan keuntungan total yang lebih besar bagi perusahaan.
4. Marjin kontribusi
Marjin kontribusi adalah selisih antara harga jual dan biaya produksi variabel yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Marjin kontribusi bukanlah lab kotor usaha, dan dihitung dengan mengabaikan biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan. Jika perusahaan telah mencapai titik impas (break even point), maka biaya tetap yang dikeluarkan pada periode tersebut telah dibebankan dab ditutup oleh volume impas. Itu juga berarti bahwa untuk volume penjualan di atas volume impas, perusahaan dapat mengabaikan biaya tetap dalam menentukan harga jual produknya. Tentu saja, hal itu hanyalah salah satu alternatif yang dapat diambil perusahaan dalam menghadapi berbagai persoalan ketika menentukan harga jual produk. Misalnya, dalam menghadapi persaingan harga yang ketat, menentukan harga jual produk untuk pesanan khusus, menentukan harga jual produk untuk pesanan tambahan, dan sebagainya.
5. Biaya standar
Jika perusahaan telah memiliki biaya standar yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan besarnya biaya produksi, maka penentuan harga jual dapat pula ditentukan berdasarkan biaya stndar yang dimiliki perusahaan. Persoalannya, sering kali realisasi biaya produksi menyimpang dari biaya stndar yang dimilki perusahaan. Jika terjadi penyimpangan realisai biaya produksi dari biaya stndarnya, maka harus segera diambil tindakan untuk merevisikeputusan harga jual yang telah ditetapkan.
Secara umum, terdapat 4 jenis perusahaan dilihat dari reaksi yang diberikan atas penyimpangan terhadap biaya standar yaitu :
· Perusahaan yang tidak merevisi stndar yang telah ditetapkannya, walapun terjadi penyimpangan dalam realisasi biaya produksi.
· Perusahaan yang merevisi stndar yang telah ditetapkannya dalam batas tertentu, ketika terjadi penyimpangan dalam realisasi biaya produksi.
· Perusahaan yang merevisi stndar yang telah ditetapkannya agar lebih sesuai dengan kondisi aktual, ketika terjadi penyimpangan dalam realisasi biaya produksi.
· Perusahaan yang menggunakan harga pasar, ketika terjadi penyimpangan terhadap realisasi biaya produksi.
2.3 Implementasi Harga Pokok Produksi Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Pada CV Harapan Inti Usaha Palembang
CV Harapan Inti Usaha mendapatkan izin usaha pada tanggal 1 Januari 2010 dengan akte nomor 8 notaris Deska Paramita Sari. Kantor pusat beralamatkan di Jalan Kol.H. Burlian nomor. 754 Kel. Sukarami Kec. Sukarami Palembang. Perusahaan ini sempat membuka kantor cabang di Jalan R. Soekamto Komplek Ruko PTC Mall Blok G2/25 lantai 2 Kel. 8 ilir Ilir Timur II Palembang yang hanya bertahan satu tahun.Lingkup usaha yang dijalankan oleh CV Harapan Inti Usaha adalah bidang manufaktur membuat membuat furniture rumah tangga. Saat ini karyawan yang bekerja di CV Harapan Inti Usaha sekitar 30 orang.
Karyawannya terdiri dari pegawai tetap maupun pegawai tidak tetap. Perusahaan memproduksi furniture berdasarkan pesanan. Oleh karena itu, metode pengumpulan harga pokok yang digunakan oleh CV Harapan Inti Usaha Palembang adalah metode harga pokok pesanan.Perusahaan memproduksi produk secara terputus-putus. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan, sehingga pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lainnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi dan harus dikeluarkan untuk mengolah dan membuat bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Metode-metode harga pokok produksi yaitu metode nilai jual relatif,metode satuan fisik,metode Rata-Rata Biaya per Satuan,metode Rata-rata tertimbang.
Harga adalah nilai barang atau jasa yang diungkapkan dalam satuan rupiah atau satuan uang lainnya.
Pada prinsipnya rumus penentuan harga jual adalah “Harga Jual = Biaya produksi + Biaya nonproduksi + Laba yang diharapkan. Ada 5 metode sebagai berikut penetapan harga jual yaitu Gross Margin Pricing,Direct Cost Pricing,Full Cost Pricing,Time and Material Pricingdan Capital Employed Pricing.
3.2 Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan kami juga butuh saran atau kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Mas’ud Mc, Akuntansi Manajemen, Penerbit BPFE, Yogyakarta, Edisi Ketiga Cetakan Pertama, juli 1985.
Rudianto, Akuntansi Manajemen: Informasi untuk pengambilan keputusan strategis, Penerbit Erlangga, Jakarta, Percetakan PT. Gelora Aksara Pratama, 2013.
Tinggalkan komentar