Kadar Karbon di Lautan Berada pada Level Kritis Karena Manusia

Mahsun saleh S.Si

0 Comment

Link

Sebuah studi baru oleh ilmuan dari Lamont-Doherty Earth Observatory Universitas Columbia, memeriksa dari periode kuno kondisi laut 55,6 juta tahun yang lalu, yang dikenal sebagai Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM) yang dianggap sebagai analog alami terdekat dengan era emisi karbon manusia modern saat ini, menemukan bahwa vulkanisme besar-besaran mengirimkan gelombang besar karbon ke lautan lebih dari ribuan tahun yang lalu namun tidak sebanding dengan apa yang dilakukan manusia hari ini.

Sebelumnya, planet ini sudah jauh lebih hangat daripada sekarang, dan tingkat CO2 yang melonjak dari PETM mendorong suhu naik lagi 5 hingga 8 derajat C (9 hingga 14 derajat F). Lautan menyerap karbon dalam jumlah besar, memicu reaksi kimia yang menyebabkan air menjadi sangat asam, dan membunuh atau merusak banyak spesies laut.

Para ilmuwan telah mengetahui tentang lonjakan karbon PETM selama bertahun-tahun, tetapi sampai sekarang, masih belum jelas apa penyebabnya. Selain vulkanisme, hipotesis juga mencakup pelarutan mendadak metana beku (yang mengandung karbon) dari lumpur dasar laut, atau bahkan tabrakan dengan komet. Para peneliti juga tidak yakin tentang berapa banyak karbon dioksida yang ada di udara, dan dengan demikian berapa banyak lautan yang menyerap. Studi baru ini memperkuat teori gunung berapi, dan jumlah karbon yang dilepaskan ke udara.

Penelitian ini secara langsung relevan dengan hari ini, kata penulis utama Laura Haynes, yang melakukan penelitian sebagai mahasiswa pascasarjana di Lamont-Doherty. “Kami ingin memahami bagaimana sistem bumi akan merespons cepat emisi CO2 sekarang,” katanya. “PETM bukanlah analog yang sempurna, tapi itu yang paling dekat yang kita miliki. Saat ini, segalanya bergerak lebih cepat.” Haynes sekarang menjadi asisten profesor di Vassar College.

Mereka melakukan ini dengan membudidayakan organisme laut bercangkang kecil yang disebut foraminifera di air laut yang mereka formulasikan menyerupai kondisi sangat asam dari PETM. Mereka mencatat bagaimana organisme mengambil elemen boron ke dalam cangkangnya selama pertumbuhan. Mereka kemudian membandingkan data ini dengan analisis boron dari fosil foraminifera di inti dasar laut Pasifik dan Atlantik yang membentang di PETM. Ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi tanda tangan isotop karbon yang terkait dengan sumber karbon tertentu.

Ini menunjukkan bahwa gunung berapi adalah sumber utama – mungkin dari letusan besar yang berpusat di Islandia, ketika samudra Atlantik Utara terbuka, dan Amerika Utara bagian utara dan Greenland terpisah dari Eropa utara.

Para peneliti mengatakan pulsa karbon, yang diperkirakan berlangsung setidaknya selama 4.000 hingga 5.000 tahun, menambahkan sebanyak 14,9 kuadriliun metrik ton karbon ke lautan dan meningkatman dua pertiga dari kandungan sebelumnya. Karbon berasal dari CO2 yang dipancarkan langsung oleh letusan, pembakaran batuan sedimen di sekitarnya, dan beberapa metana yang mengalir dari kedalaman. Saat lautan menyerap karbon dari udara, air menjadi sangat asam, dan tetap seperti itu selama puluhan ribu tahun. Ada bukti bahwa ini membunuh banyak kehidupan laut dalam, dan mungkin juga makhluk laut lainnya.

Relevansi dengan keadaan sekarang oleh manusia

Saat ini manusia menyebabkan emisi karbondioksida di atmosfer meningkat tajam dan tentu lautan membantu menyerap sebagian besar darinya. Perbedaannya hanya dalam beberapa dekade aliran karbon ke lautan jauh lebih cepat daripada gunung berapi pada konsisi PETM yang prosesnya ribuan tahun. Tingkat atmosfer telah melonjak dari sekitar 280 bagian per juta pada tahun 1700-an menjadi sekitar 415 hari ini, dan mereka berada di jalur yang akan terus meningkat dengan cepat. Tingkat atmosfer sudah jauh lebih tinggi jika lautan tidak menyerap banyak menyebabkan pengasaman laut yang cepat dan menjadi beban kehidupan laut.

“Jika Anda menambahkan karbon secara perlahan seperti yang terjadi pada era PETM oleh gunung berapi makhluk hidup dapat beradaptasi. Tapi Jika penambahan karbon terjadi dengan sangat cepat, itu adalah masalah yang sangat besar,” kata rekan penulis studi Bärbel Hönisch, ahli geokimia di Lamont-Doherty. Dia menunjukkan bahwa bahkan pada kecepatan PETM yang jauh lebih lambat, kehidupan laut mengalami kematian besar. “Masa lalu melihat beberapa konsekuensi yang sangat mengerikan, dan itu bukan pertanda baik untuk masa depan,” katanya. “Kita melampaui masa lalu, dan konsekuensinya mungkin akan sangat serius.”

Jurnal Referensi:

  • Laura L. Haynes, Bärbel Hönisch. 2020. The seawater carbon inventory at the Paleocene–Eocene Thermal Maximum. Proceedings of the National Academy of Sciences, 2020; 202003197 DOI: 10.1073/pnas.2003197117

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar