Mikroalga adalah tanaman bersel satu yang tumbuh di air dan menggunakan reaksi fotosintesis untuk menghasilkan biomassa. Mikroalga seperti Spirulina platensis memiliki kandungan protein yang tinggi. Mikroalga ini juga memiliki kandungan vitamin sertam mineral yang berguna bagi kesehatan tubuh. Potensi produksi mikroalga di Indonesia cukup tinggi mengingat daerah di Indonesia dilalui garis khatulistiwa dan memiliki kondisi lingkungan yang bagus. Trend kedepan, diprediksi bahwa Indonesia mampu memproduksi mikroalga dalam jumlah yang cukup besar, dengan biaya lebih murah, dan produk yang dihasilkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Mikroalga sebagai stok pangan sebenarnya sudah lama digunakan oleh bangsa China. Mirkroalga yang digunakan umumnya adalah Arthospira, Nostoc, dan Aphanizamenon lebih dari 2000 tahun yang lalu. Diketahui juga bawah bangsa Aztec telah mengkonsumsi Spirulina pada abad 14-16. Produksi mikroalga sebagai stok pangan mulai digalakkan secara masiv ketika perang dunia kedua, di mana Jepang, Amerika, dan Jerman waktu itu sedang menghadapi krisis. (Potvin & Zhang, 2010).
Dari sumber bebas, badan antariksa amerika NASA bahkan menggunakan Alga aphanazonemon flos aquae (AFA) sebagai pil makanan para astronot sejak 50 tahun yang lalu, yang dianggap memiliki nutrisi dalam 1 grm samadengan 1000grm buah dan sayur.
Perbandingan Gizi alga
1. Tabel perbandingan protein alga dengan komoditas utama
Sumber: (a) William & Ashutosh, 2011 ; (b) Rishi Shukla, Munir Cheryan 2001(c) Michael D. Edgerton 2009 (d) Mateos-Aparicio et al. 2008.
2. Tabel perbandingan Vitamin dalam alga dengan Hati sapi dan Bayam
Keterangan: sampel dalam (mg/kg) 1=Spirulina platensis, 2=Scenedesmus
obliquus 3=Chlorella phyronoidosa, Becker (1994).
3. Tabel. Kandungan Nutrisi alga dibanding sumber lain
(Panggabean, 1998)
4. Tabel. Jenis mikroalga yang dapat dikonsumsi dan gizi
(Becker, 2007)
Mikroalga telah menjadi fokus beberapa dekade penelitian – awalnya sebagai bahan baku untuk bahan bakar alternatif, tetapi baru-baru ini sebagai sumber nutrisi dalam makanan manusia. Mereka terutama diproduksi di kolam terbuka di Asia.
Perbandingan Omega 3 dalam alga dan Ikan
Namun penelitian terbaru mengungkap, bahwa kolam-kolam terbuka sering berisiko mengalami kontaminasi. Juga, beberapa spesies ganggang lebih mudah untuk dibudidayakan dalam sistem tertutup, yang disebut photobioreactors. “Kami ingin mengetahui apakah mikroalga yang diproduksi di photobioreactors di Jerman dapat memberikan sumber nutrisi esensial yang lebih ramah lingkungan daripada ikan,” kata Susann Schade dari Institut Ilmu Pertanian dan Nutrisi di MLU.
Sampai sekarang, photobioreactors biasanya hanya dibandingkan dengan budidaya kolam dan mereka sering mendapat nilai lebih buruk karena dampak lingkungan yang lebih tinggi. “Namun, sedikit penelitian yang telah dilakukan pada tingkat dampak lingkungan ganggang yang dihasilkan untuk konsumsi manusia, terutama di bawah kondisi iklim seperti yang ditemukan di Jerman,” tambah Schade.
Untuk studi mereka, para peneliti mengembangkan model untuk menentukan dampak lingkungan spesifik lokasi. “Salah satu hal yang kami lakukan adalah membandingkan jejak karbon nutrisi dari mikroalga dan ikan. Kami juga menganalisis seberapa banyak kedua sumber makanan meningkatkan pengasaman dan eutrofikasi dalam badan air,” jelas Dr. MLU.
Para peneliti mampu menunjukkan bahwa budidaya mikroalga memiliki dampak yang sama pada lingkungan seperti produksi ikan. “Namun, jika kita membandingkan efek lingkungan dalam kaitannya dengan jumlah asam lemak omega-3 yang dihasilkan, ikan dari akuakultur jauh lebih buruk,” kata Schade. Dengan kata lain mikroalga memiliki kuakitas Omega 3 lebih baik.
Salah satu keuntungan budidaya ganggang adalah konsumsi lahannya yang rendah; bahkan tanah infertil dapat digunakan. Sebaliknya, kolam terbuka dan budidaya pakan untuk akuakultur membutuhkan lahan yang sangat luas.
Secara khusus, spesies ikan yang populer di Jerman, seperti salmon dan pangasius, terutama diproduksi melalui budidaya dan oleh karena itu menempatkan lingkungan di bawah tekanan yang cukup besar.
Namun, bahkan memancing pollack Alaska liar memiliki nilai lebih buruk daripada mikroalga untuk semua indikator lingkungan.
“Mikroalga seharusnya tidak dan tidak dapat sepenuhnya menggantikan ikan sebagai sumber makanan. Tetapi jika mikroalga dapat ditetapkan sebagai makanan umum, itu akan menjadi sumber asam lemak omega-3 rantai panjang ramah lingkungan yang sangat baik,” jelas Meier.
Beberapa ganggang sudah digunakan sebagai suplemen makanan dalam bentuk bubuk atau tablet dan sebagai tambahan untuk makanan seperti pasta atau sereal. Ini akan menjadi cara untuk mengurangi kesenjangan saat ini dalam pasokan global asam lemak omega-3. Pada saat yang sama, itu akan memberikan bantuan besar bagi lautan dunia.
Jurnal Refrensi:
- M.M. Azimatun Nura. 2014. Potensi Mikroalga sebagai Sumber Pangan Fungsional di Indonesia. Yogyakarta: Prodi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran”.
- S. Schade, G. I. Stangl, T. Meier. Distinct microalgae species for food—part 2: comparative life cycle assessment of microalgae and fish for eicosapentaenoic acid (EPA), docosahexaenoic acid (DHA), and protein. Journal of Applied Phycology, 2020; DOI: 10.1007/s10811-020-02181-6
Tinggalkan komentar