Patriachy: Dibalik Suku Leher Panjang di Thailand

Mahsun saleh S.Si

0 Comment

Link
Di thailand terdapat suku leher panjang , bukan karena genetiknya suku tersebut memiliki leher-leher panjang sebagaimana wanita pada umumnya tetapi leher mereka dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk bentuk pisiologi leher yang panjang. Alasan dan tujuannya adalah merupakan warisan budaya yang mereka percayai sebagai bentuk keindahan dari seseorang wanita, sederhananya wanita yang berleher panjang disebut lebih cantik. 
Tapi apa yang menjadi dasar terbentuknya budaya tersebut keyakinankah? atau sesuatu yang disebut patriachy, sebagai upaya pemisahan dan anggapan bahwa wanita tidak berdaya. 
Terlepas dari kebudayaan semenjak berabad-abad silam, mari kita lihat apa yang tersembunyi dibalik itu. Ini salah satu kekuatan patriachy sejak ribuan tahun lalu. Patriachy merupakan suatu sistem yang menempatkan laki-laki berada di posisi paling tinggi dan menganggap perempuan tidak mampu berbuat apa-apa. Sistem ini dibuat secara massive, tertata dengan baik, dan dibangun di masyarakat.
Perempuan dibuat terbatas geraknya “berdalih jika perempuan cantik itu jika lehernya panjang“. Sama halnya seperti budaya China, para perempuan dikekang kakinya semenjak kecil dengan sepatu yang sempit. Sehingga kaki mereka kecil dan membatasi pergerakan dan kecepatan berjalan mereka “berdalih jika perempuan akan cantik jika kakinya kecil”.
Ini sejalan dengan patriachy yang semenjak dahulu sudah muncul diawal peradaban dinegara-negara amerika, eropa, asia dan tak ketinggalan Indonesia. Namun Perempuan-perempuan di tempat-tempat tersebut  termasuk di  Indonesia lebih beruntung, karena definisi perempuan yang hakiki ada dalam doktrin2 (misal, perempuan mengurus rumah tangga saja, urusan dapur saja dll) sehingga membatasi gerak perempuan yang hanya diperbolehkan dalam domestic area (baca: rumah). Tabu jika berada di public area.
Seyogyanya aktualisasi diri adalah suatu bentuk kebutuhan manusia, sejalan dengan teori Maslow tentang hirarki kebutuhan manusia. Perempuan2 haruslah memiliki kuasa penuh pada dirinya, tuan bagi dirinya sendiri. Perempuan berhak untuk memiliki pendidikan serta mengaktualisasikan diri.
Penulis:
Indri Mariska Safitri Aktualisasi diri

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar