Fenomena Urban Heat Island
Di sebagian besar kota-kota besar, suhu udara di jantung atau pusat kota ini tercatat lebih tinggi dari sekitarnya atau daerah pinggiran kota. Fenomena ini disebut efek Urban Heat Island(UHI) (Adinna dkk, 2009). Dengan kata lain, suhu udara di tengah perkotaanlebih besar dibandingkan daerah pedesaan sekitarnya, yang dikenal sebagai efek Urban Heat Island (Yamamoto,2006). Permukaan buatan termasuk trotoar, tempat parkir kendaraan, bangunan, ditambah lalu lintas dan infrastruktur terkait yang berkontribusi membuat suhu perkotaan menjadi lebih hangat (Braham,1977). Permukaan beraspal biasanya mencakup hingga 30 persen dari tanah di kota. Lapisan permukaan yang beraspal ini menyerap energi matahari yang diterima pada siang hari dan melepaskan panas dimalam hari. Panas tambahan juga dihasilkan oleh kendaraan dan pemanasan unit ventilasi pada bangunan.
Menurut Santamouris dkk (2007), beberapa faktor penyebab UHI adalah rendahnya jumlah evapotranspirasi karena kurangnya vegetasi, penyerapan radiasi matahari karena albedo rendah, halangan terhadap aliran udara karena sifat berkerut lebih tinggi, tingginya jumlah pelepasan panas antropogenik. Namun, ada sejumlah faktor yang memainkan peran penting dalam pembentukan Urban Heat Island.
-
Bahan Albedo Rendah
Menurut Bouyer dkk (2009), albedo merupakan perbandingan energi matahari yang dipantulkan terhadap energi matahari yang masuk atau yang diserap. Hal ini tergantung pada susunan permukaan, bahan, trotoar, pelapis, dll. Albedo memiliki dampak langsung pada pembentukan iklim mikro. Albedo dari kota bervariasi sesuai dengan berbagai faktor seperti pengaturan permukaan yaitu orientasi, heterogenitas, bahan untuk atap, trotoar dll. Jika Albedo dari permukaan perkotaan rendah, itu akan menyimpan energi matahari yang lebih banyak dan efeknya akan meningkatkan suhu perkotaan yaitu menciptakan iklim mikro perkotaan.
-
Peningkatan Penggunaan Air Conditioner
Untuk memberikan kenyamanan kepada manusia di musim panas, penggunaan AC secara besar-besaran cenderung meningkat. AC terus menjaga keadaan di dalam ruangan agar tetap dingin, tapi melepaskan panas yang diserap dari dalam ruangan ke atmosfer (Okwen, 2011). Hal ini menyebabkan suhu udara lingkungan di luar bangunan yang menggunakan AC menjadi lebih hangat.
-
Penebangan Pohon
Untuk memenuhi permintaan dari berbagai fasilitas perkotaan, hutan ditebang dalam skala besar. Pohon yang berkurang berarti efisiensi pendinginan berkurang. Pohon mencegah panas matahari sampai ke tanah dan juga menyerap CO2 untuk fotosintesis mereka sendiri, sehingga membuat lingkungan sejuk (Akbari dkk, 2001). Dengan penebangan tanaman hijau dan pepohonan, efisiensi sistem pendingin turun.
Banyak penelitian sebelumnya yang meneliti tentang taman dan perubahan iklim. Taman dengan ruang terbuka biasanya sebagian besar tak beraspal dan dikenal untuk mengurangi konsekuensi dari perubahan iklim dengan memberikan efek pendinginan dan penyerapan karbon (Braham, 1977). Taman kota juga telah lama dijadikan warga setempat sebagai kantong-kantong udara yang sejuk di musim panas.
-
Kanopi Perkotaan
Bangunan-bangunan tinggi yang berjajar di daerah perkotaan memantulkan panas dari bangunan yang satu ke bangunan yang lain. Sehingga panas terperangkap dan meningkatkan suhu. Hal ini dikenal sebagai kanopi perkotaan (Masson, 2006). UHI diperburuk dengan pembentukan kanopi perkotaan.
-
Pemblokiran Angin
Karena keberadaan bangunan yang sangat padat, kecepatan angin berkurang.Akibatnya, efek pendinginan oleh konveksi berkurang. Jadi, panas terperangkap dan tidak dapat mengalir, sehingga mengakibatkan intensifikasi efek panas (Priyadarsini, 2008).
-
Polusi Udara
Di daerah perkotaan, terutama di pusat-pusat kota, polusi udara meningkat. Gas buang dari kendaraan dan polutan industri dibuang ke lingkungan, menjadi perangkap radiasi matahari (Bousse, 2009). Dengan demikian, suhu naik dan efek iklim mikro menjadi lebih kuat.
Tinggalkan komentar