Evolusi Demonstran: Bahasa Guyonan dan Meme Lebih Jitu Menggerakkan Masa

0 Comment

Link
Dari awal kemerdekaan hingga tahun 2000an kita masih melihat demonstran baik dikalangan pelajar ataupun non pelajar dengan spanduk yang jelas langsung to the point ke tuntutannya. Namun Demonstran baru-baru ini yang menolak RKUHP yang dianggap kontroversi menjadi penanda baru perubahan cara pikir demonstran, bukan bahasa yang lebih tinggi dari cara sebelumnya, berpilosofi, melainkan gaya bahasa yang sederhana, dianggap aneh, nyeleneh, tidak penting namun diakui lebih jitu dalam menggerakkan masa.

Menurut psikolog Friska asta (Tempo.co) “perubahan zaman telah menciptakan pola pikir yang baru, poster yang mereka tunjukan adalah bagian dari pengembangan imajinasi dan sisi kreatif” menurutnya itu bukanlah hal yang aneh, tapi bentuk dari kreativitas Demonstran.

Perbedaan era pemerintahan juga menentukan diera suharto 1998 gaya bahasa dan komunikasi diatur sehingga posternya lebih tesmi dan semenjak era pak habibie kebebasan pers mengemukakan pendapat menjadi bagian dari hak asasi.

Poster unik bukan hanya penanda revolusi demonstran, tapi juga cara pikir dan prilaku banyak orang sebagai bagian dari tanda pergantian zaman, orang-orang yang lahir tahun 90-an akan sangat jelas merasakan sensasi perubahan zaman.

Perubahan zaman, era digital telah menyatukan orang-orang dalam satu kelompok humor yang sama tanpa membedakan umur, status pendidikan sehingaa baik anak-anak hingga orang tua dapat memahami dan memaklumi bahasa yang sama. Bahasa- bahasa yang tabu menjadi hal lumrah untuk di sampaikan tanpa menyinggung perasaan banyak orang, “Anjay” misalnya, meski mereka tau berasal dari pelesetan “anjing” tapi itu bahkan dianggap keren dan menghibur. Selangkangan, tetek, zinahi, urusan ranjang yang ditampilkan diposter demonstrasi dari kalangan mahasiswa menjadi tanda bahwa pola pikir adat telah berganti moderat.

Menelusuri jejak digital, mengapa demonstran menggunakan bahasa aneh tidak penting dan nyeleneh? Tim sainspedia mencatat era digital membentuk beberapa golongan yang telah mengubah pola pikir banyak orang yaitu: Meme, Shitpost, Bucin, Korean, Wibu. Yang dibagi menjadi badword dan pansos.

Lima golongan ini adalah produk dari era digital dimana mereka disatukan berdasarkan hobi, humor dan gaya bahasa yang sama. Namun mereka ada yang mentolerir badword dan ada juga yang bijak, banyak bicara disebut pansos. Sehingga alasan mengapa demonstran menggunakan poster meme yang bahkan mengundang tawa? Adalah karena pola pikir mereka telah terbentuk dari 5 golongan mereka, Eksistensi yang menunjukkan keperibadian mereka.

Apakah poster meme, aneh nyeleneh lebih efektif? Iya, itu terbukti bahasa demonstran, tuntutan dengan bahasa yang aneh dan mengundang tawa diterima disemua kalangan masyarakat pelajar ataupun masyarakat awam. Masyarakat tidak merasa berat atau takut membagikan poster demonstran dijejaring sosial karena menggunakan bahasa meme atau nyeleneh.

Secara tidak langsung masyarakat ikut membantu menyuarakan tuntutan, saat ini meme, bahasa-bahasa nyeleneh lebih cepat viral dibanding bahasa tinggi berpilosofi.

Mengutip laman caratuyul.com kata-kata yang nyeleneh mudah diingat bahkan bisa jadi ide branding, salah satu perusahaan jasa jerman bahkan terinspirasi dari bahasa nyeleneh anak-anak indonesia, nama perusahaannya adalah “kontool” dalam beberapa minggu saja petusahaan tersebut viral.

Apakah ada dampak buruk poster meme, aneh dan nyeleneh demonstran? Ada juga, hal itu juga memberikan nilai pelajaran, terlebih jika itu dengan bahasa nyeleneh orang- orang jadi ikut membuat hal semacam itu untuk sekedar lucu-lucuan yang tetlihat tidak memiliki nilai etika.

Apakah poster meme, aneh nyeleneh yang demonstran dapat memperluas penyebaran hoax karena cepat viral? Tidak juga hal ini seperti dua hal yang berbeda, kadang orang tidak mau tau kebenarannya hanya ingin menikmati gaya bahasanya, jadi masalah hoax adalah tugas bersama untuk terus menberikan edukasi pada masyarakat.

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar