Sifat-sifat Periodik Unsur
Beberapa sifat periodik yang
akan dibicarakan di sini adalah jari-jari atom, energi ionisasi,
keelektronegatifan, afinitas elektron, sifat logam, dan titik leleh serta titik
didih (Martin S. Silberberg, 2000).
a. Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak
dari inti atom sampai kulit terluar. Bagi unsur-unsur yang segolongan,
jari-jari atom makin ke bawah makin besar sebab jumlah kulit yang dimiliki atom
makin banyak, sehingga kulit terluar makin jauh dari inti atom.
Unsur-unsur yang seperiode
memiliki jumlah kulit yang sama. Akan tetapi, tidaklah berarti mereka memiliki
jari-jari atom yang sama pula. Semakin ke kanan letak unsur, proton dan
elektron yang dimiliki makin banyak, sehingga tarik-menarik inti dengan
elektron makin kuat. Akibatnya, elektron-elektron terluar tertarik lebih dekat
ke arah inti. Jadi, bagi unsur-unsur yang seperiode, jari-jari atom makin ke
kanan makin kecil.
Gambar 1.16 Jari-jari atom
unsur-unsur dalam satu periode, dari kiri ke kanan makin kecil
Dalam satu golongan,
konfigurasi unsur-unsur satu golongan mempunyai jumlah elektron valensi sama
dan jumlah kulit bertambah. Akibatnya, jarak elektron valensi dengan inti
semakin jauh, sehingga jari-jari atom dalam satu golongan makin ke bawah makin
besar. Jadi dapat disimpulkan:
1) Dalam satu golongan,
jari-jari atom bertambah besar dari atas ke bawah.
2) Dalam satu periode,
jari-jari atom makin kecil dari kiri ke kanan.
b. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi
yang diperlukan untuk melepaskan elektron terluar suatu atom. Energi ionisasi
ini dinyatakan dalam satuan kJ mol–1.
Unsur-unsur yang segolongan,
energi ionisasinya makin ke bawah semakin kecil karena elektron terluar makin
jauh dari inti (gaya tarik inti makin lemah), sehingga elektron terluar makin
mudah dilepaskan.
Gambar 1.17 Hubungan energi
ionisasi dengan nomor atom.
Sumber: Kimia Untuk Universitas, Jilid 1, Keenan - A.Hadyana P, Erlangga, 1986. |
Sedangkan unsur-unsur yang
seperiode, gaya tarik inti makin ke kanan makin kuat, sehingga energi ionisasi
pada umumnya makin ke kanan makin besar.
Ada beberapa perkecualian yang
perlu diperhatikan. Golongan IIA, VA, dan VIIIA ternyata mempunyai energi
ionisasi yang sangat besar, bahkan lebih besar daripada energi ionisasi unsur
di sebelah kanannya, yaitu IIIA dan VIA. Hal ini terjadi karena unsur-unsur
golongan IIA, VA, dan VIIIA mempunyai konfigurasi elektron yang relatif stabil,
sehingga elektron sukar dilepaskan.
c. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah
kemampuan atau kecenderungan suatu atom untuk menangkap atau menarik elektron
dari atom lain. Misalnya, fluorin memiliki kecenderungan menarik elektron lebih
kuat daripada hidrogen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keelektronegatifan
fluorin lebih besar daripada hidrogen. Konsep keelektronegatifan ini pertama
kali diajukan oleh Linus Pauling (1901 – 1994) pada tahun 1932.
Unsur-unsur yang segolongan,
keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil sebab gaya tarik inti makin
lemah. Sedangkan unsur-unsur yang seperiode, keelektronegatifan makin ke kanan
makin besar. Akan tetapi perlu diingat bahwa golongan VIIIA tidak mempunyai
keelektronegatifan. Hal ini karena sudah memiliki 8 elektron di kulit terluar.
Jadi keelektronegatifan terbesar berada pada golongan VIIA.
d. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energi
yang menyertai proses penambahan 1elektron pada satu atom netral dalam wujud
gas, sehingga terbentuk ion bermuatan –1. Afinitas elektron juga dinyatakan
dalam kJ mol–1.
Unsur yang memiliki afinitas elektron
bertanda negatif, berarti mempunyai kecenderungan lebih besar dalam menyerap
elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin
negatif nilai afinitas elektron, maka makin besar kecenderungan unsur tersebut
dalam menyerap elektron (kecenderungan membentuk ion negatif).
Dari sifat ini dapat
disimpulkan bahwa:
1) Dalam satu golongan,
afinitas elektron cenderung berkurang dari atas ke bawah.
2) Dalam satu periode, afinitas
elektron cenderung bertambah dari kiri ke kanan.
3) Kecuali unsur alkali tanah
dan gas mulia, semua unsur golongan utama mempunyai afinitas elektron bertanda
negatif. Afinitas elektron terbesar dimiliki oleh golongan halogen.
e . Sifat Logam
Secara kimia, sifat logam
dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan melepas elektron
membentuk ion positif. Jadi, sifat logam tergantung pada energi ionisasi.
Ditinjau dari konfigurasi elektron, unsur-unsur logam cenderung melepaskan
elektron (memiliki energi ionisasi
yang kecil), sedangkan
unsur-unsur bukan logam cenderung menangkap elektron (memiliki
keelektronegatifan yang besar).
Sesuai dengan kecenderungan
energi ionisasi dan keelektronegatifan, maka sifat logam-nonlogam dalam
periodik unsur adalah:
1) Dari kiri ke kanan dalam
satu periode, sifat logam berkurang, sedangkan sifat nonlogam bertambah.
2) Dari atas ke bawah dalam
satu golongan, sifat logam bertambah, sedangkan sifat nonlogam berkurang.
Jadi, unsur-unsur logam
terletak pada bagian kiri-bawah sistem periodik unsur, sedangkan unsur-unsur
nonlogam terletak pada bagian kanan-atas. Batas logam dan nonlogam pada sistem
periodik sering digambarkan dengan tangga diagonal bergaris tebal, sehingga
unsur-unsur di sekitar daerah perbatasan antara logam dan nonlogam itu
mempunyai sifat logam sekaligus sifat nonlogam. Unsur-unsur itu disebut unsur
metaloid. Contohnya adalah boron dan silikon.
Selain itu, sifat logam juga
berhubungan dengan kereaktifan suatu unsur. Reaktif artinya mudah bereaksi.
Unsur-unsur logam pada sistem periodik unsur makin ke bawah semakin reaktif
(makin mudah bereaksi) karena semakin mudah melepaskan elektron. Sebaliknya,
unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik makin ke bawah makin kurang
reaktif (makin sukar bereaksi) karena semakin sukar menangkap elektron. Jadi,
unsur logam yang paling reaktif adalah golongan IA (logam alkali)
dan unsur nonlogam yang paling
reaktif adalah golongan VIIA (halogen) (Martin S. Silberberg, 2000).
f. Titik Leleh dan Titik
Didih
Berdasarkan titik leleh dan
titik didih dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Dalam satu periode, titik
cair dan titik didih naik dari kiri ke kanan sampai golongan IVA, kemudian
turun drastis. Titik cair dan titik didih terendah dimiliki oleh unsur golongan
VIIIA.
2) Dalam satu golongan,
ternyata ada dua jenis kecenderungan: unsur-unsur golongan IA – IVA, titik cair
dan titik didih makin rendah dari atas ke bawah; unsur-unsur golongan VA –
VIIIA, titik cair dan titik didihnya makin tinggi.
Gambar 1.16 Dengan bertambahnya bobot atom, titik didih unsur-unsur berubah secara berkala. Titik didih niobium dan molibdenum begitu tinggi, sehingga keluar dari grafik.
Sumber: Buku Kimia Untuk Universitas,
A. Hadyana Pudjaatmaka Ph.D. |
(Kimia SMA Kelas X, Budi Utami dkk, 2009 Hal.29-33)
Post a comment for "Sifat-sifat Periodik Unsur"